Share

CHAPTER 6

Pagi ini musim semi baru saja tiba di New York. Udara di luar begitu segar. Burung-burung berterbangan kesana kemari, pohon-pohon hijau, serta bunga-bunga bermekaran benar-benar memberi kehangatan kepada setiap penduduk Ibu negeri paman Sam ini.

Tapi hal ini berbeda dengan kondisi di salah satu rumah mewah yang ada di kawasan The Hampston. Bukan kehangatan yang selalu ada disana, tapi kesan dingin yang akan selalu ada didalamnya. Berbeda dengan kondisi di Aparteme Anna yang terasa hangat, rumah keluarga Clark yang ditempati oleh kedua orang taunya terasa begitu dingin.

Suasan sepi memang selalu terlihat di rumah keluarga Clark. Sama seperti biasa, hanya akan ada 2 orang yang duduk di atas meja menikmati sarapan mereka dalam keheningan. Hanya saja pagi ini sedikit berbeda. Jika biasanya yang duduk disana adalah sosok Ethan dan Edward, kini sosok Edward tak ada disana. Sosok Rebecca yang kini terlihat duduk di depan Ethan. Wanita cantik itu tampak tenang memakan sepotong roti sandwich  dan segelas susu pagi ini.

“Ethan, besok malam apa kau ada pekerjaan di rumah sakit?” Suara Rebecca yang penuh dengan keraguan dengan tiba-tiba memecahkan keheningan pagi ini. Ia memandang Ethan yang masih sibuk dengan makanan paginya, seakan-akan tak mendengar kata-katanya. Oh! Suaminya itu memang terlalu hebat dalam mengacuhkannya.

Setelah menunggu beberapa saat tanpa jawaban, Rebecca kembali bersuara, “Aku tahu aku tak pantas meminta ini padamu. Tapi aku akan menghadiri 24th

Golden Globe besok malam, dan managerku memintamu untuk hadir bersamaku. Apa bisa?” Tanya Rebecca dengan penuh harap.

“Aku sibuk.” Itu jawaban dingin Ethan.

Rebecca menghela nafas sejenak dan menahan kesedihannya. Ia meneguk susu yang ada di tangannya, lalu kembali bersuara sendu, “Aku tahu aku tak pantas meminta ini. Tapi setidaknya aku butuh kau menunjukkan perhatianmu padaku di publik. Aku sedang hamil saat ini dan mereka menantikan kehadiranmu. Kalau kau tak hadir..”

Ethan langsung menghentikan makannya dan memandang Rebecca dengan tajam, “Apa lagi yang kau inginkan dariku? Aku tak pernah sekalipun mengelak ketika kau dengan kebohonganmu mengatakan anak dalam perutmu itu adalah anakku!  Sekarang kau masih berani memintaku menemanimu? Kau gila, Rebecca! Aku tak akan pergi, sekalipun aku punya seribu hari kosong! Tak akan!”

Hati Rebecca seketika menjadi begitu sakit mendengar jawaban Ethan. Sekalipun Ia tahu apa yang dikatakan Ethan tak ada salahnya sedikitpun. Bayi ini memang bukan bayi pria itu. Hak apa yang dimiliki dirinya untuk memintanya menemaninya besok malam? Bahkan Ia tak punya hak apapun untuk meminta Ethan sedikitpun mengakui bayi ini di depan publik. Jika Ethan selama ini diam, itu bahkan sudah lebih dari cukup untuk Rebecca.

Tapi tetap saja hatinya akan terasa sakit saat harus mendengar kata-kata dari mulut Ethan, suami yang sangat dicintainya, “I’m sorry.” Kata Rebecca pelan. Ia tahu tak ada lagi gunanya memaksa Ethan untuk pergi bersamanya. Pria ini bahkan sudah terlalu baik untuk tak menceraikannya. Rebecca kini hanya bisa kembali menundukkan kepalanya dan berusaha menahan tangisnya.

“Apapun yang kau ingin lakukan, lakukan saja. Aku bahkan sudah tak peduli! Sekalipun kau mau datang ke acara itu besok dengan seribu lelaki, atau bahkan ayah dari bayimu itu, aku tak peduli! Aku hanya memintamu jangan pernah membawa namaku atau bahkan nama anak-anak sekalipun dalam setiap wawancaramu. Mengerti?” Kata Ethan dengan nada dinginnya. Tanpa peduli Rebecca yang tengah menahan sedihnya seorang diri, Ethan langsung beranjak dari kursinya. Meneguk habis kopinya dan berjalan keluar dari meja makan mereka.  

Ketika suara mobil sudah terdengar di telinganya, air mata yang sejak tadi ditahannya sudah mengalir deras. Ia tak kuat lagi menahan rasa sakit di hatinya. Ini memang bukan pertama kalinya Ethan bersikap dingin padanya. Sudah sejak bertahun-tahun lalu keluarga mereka hancur, Rebecca tahu jelas dengan itu. Tapi puncak kehancuran ini terjadi sejak 3 bulan yang lalu. Saat Ethan mengetahui bahwa Rebecca tengah mengandung.

Bukankah kehamilan Rebecca seharusnya adalah hal yang membahagiakan? Tentu saja. Kehamilan Rebecca yang pertama dan kedua saat mengandung Edward dan Anna tentu adalah berita yang membahagiakan bagi Ethan. Tapi itu sudah cerita belasan tahun yang lalu. Tapi kehamilan ini jelas bukan hal yang membahagiakan bagi mereka. Kehadiran bayi ini dalam perut Rebeccaa bagaikan sebuah kutuk bagi keluarga ini. Keluarga yang sudah hacur itu seakan sudah mati saat mendengar berita kehamilan Rebecca kali ini.

Ethan tahu dengan jelas sudah berbulan-bulan mereka tak pernah melakukan hubungan intim. Ingin tahu kenapa? Ethan selalu merasa jijik dengan tubuh istrinya itu. Membayangkan Rebecca disentuh oleh ratusan pria sudah membuat Ethan tak lagi ingin bahkan memeluk istrinya itu. Jangankan memeluk, berdekatan dengan Rebecca saja sudah membuat seluruh harinya terasa buruk. Dan kini wanita itu bahkan mengandung anak dari pria lain. Adakah hal yang lebih buruk dari ini?

Rebecca sendiri bukan tak tahu hal itu. Sekalipun berada di keluarga yang sangat dingin, Rebecca juga bukan wanita murahan yang akan menjual tubuhnya kepada sembarang pria. Rebecca hanya membiarkan aktor-aktor atau bahkan model pria yang menyentuh tubuhnya sebatas profesionalitas, hanya pekerjaan. Tapi semuanya berubah 5 bulan yang lalu, ketika kesalahan fatal itu terjadi.

Saat acara Paris Fashion Week malam itu, Rebecca dan beberapa rekan model dan aktor yang lain tengah merayakan acara ulang tahun salah satu artis. Malam itu seakan membuat Rebecca lupa menjaga dirinya. Ia dan teman-temannya terlalu asyik dalam kekacauan pesta yang ada di sebuah club. Entah berapa banyak minuman keras yang Rebecca teguk saat itu, Ia juga tak mengingat dengan jelas. Satu hal yang pasti, pagi itu Ia sudah terbangun di sebuah hotel dengan seorang aktor papapn atas Korea, Chris Lee.

Rebecca tahu dengan kesalahan apa yang dilakukannya malam itu, tapi Ia sungguh berharap tidak akan ada sesuatu yang terjadi. Ia sudah cukup merasa jijik dengan apa yang dilakukannya malam itu. Rebecca jelas tahu saat ini Ia masih berstatus sebagai istri Ethan dan Ia telah mengkhianati pria itu. Tapi Ia berharap biarlah malam itu hanya menjadi rahasia yang akan ditutupinya selamanya sampai Ia mati.

Tapi Rebecca salah besar. 2 bulan kemudian semua kesalahan itu berbuah pada kekacauan yang lebih besar lagi. Ia harus mengandung seorang anak! Saat itu Rebecca bahkan tak berani memberitahukannya pada siapapun, khususnya pada Ethan. Rebecca hampir berpikir untuk menggugurkan kandungannya sebelum siapapun tahu akan hal ini. Tapi Ia lupa, media di Hollywood begitu cepat. Dengan popularitas yang Rebecca miliki, berita kehamilannya tersebar begitu cepat. Hingga tanpa pernah Ia siap, Ethan  sudah mengetahuinya.

Rebecca ingat dengan jelas, malam itu Ethan masuk ke kamarnya dengan amarah yang begitu besar. Ia sangat kecewa. Tapi Ethan adalah Ethan! Sekalipun pria itu kecewa besar pada Rebecca bahkan hingga hari ini, tak pernah sekalipun Ethan mengizinkanya untuk menggugurkan kandungannya. Ethan tahu dengan jelas, bayi itu sudah bernyawa. Sekalipun Ia membencinya, tak akan sekalipun Ia biarkan Rebecca membunuhnya.

“Aku tak tahu apa-apa! Kau bukan tak tahu, aku tak akan melakukan hal yang lebih jika aku dalam keadaan sadar Ethan!”

“Lalu apa yang kau harapakan dariku? Mengaku pada publik bahwa kau mengandung anakku ? Kau gila! Aku bahkan tak peduli apa ceritamu! Satu hal yang aku tahu, aku bahkan tak menyentuh tubuhmu beberapa bulan ini!”

“Kalau begitu aku akan menggugurkan bayi ini! Aku akan menggugurkannya!”

“Jangan gila, Rebecca! Tak cukup kau membunuh bayi kita sekali? Kau masih berani melakukannya lagi?”

“Lalu apa yang harus aku lakukan? Mempertahankan bayi ini? Sementara kau bahkan tak mau mengakui bayi ini! Apa yang harus aku lakukan ? Aku hancur, Ethan ! Karirku, keluargaku, dan bahkan diriku hancur ! Kau kira aku suka hamil dalam keadaan seperti ini?’’

‘’Sekali lagi kau berani membunuh anak tak bersalah itu, kita bercerai ! Aku tak bisa tinggal bersama wanita pembunuh sepertimu ! Aku sudak muak dengan semua ini! Mengerti ?’’

Kata-kata Ethan malam itu akhirnya membuat Rebecca mengurungkan niatnya untuk membunuh bayi tak bersalah ini. Sekalipun rumah tangga yang dibangunnya bukan sebuah rumah tangga yang ideal, tapi Ia tahu dengan jelas Ia tak mau bercerai. Ia masih mencintai Ethan dan anak-anaknya. Ia tak ingin berpisah dengan mereka.

Tapi entahlah, akhir-akhir ini semuanya terasa begitu berat. Ethan memang tak meninggalkannya, tapi pria itu sangat kecewa padanya. Akhir-akhir ini pria itu bersikap terlalu dingin padanya. Begitu juga dengan kedua anaknya, kedua anaknya bahkan kini tak lagi mau sekedar berbicara dengannya, seakan-akan Ia adalah musuh mereka. Rebecca tahu ini adalah hal yang wajar. Rebecca bukan hanya mengecewakan Ethan, tapi juga kedua anaknya.

Mereka bahkan sudah cukup baik tak pernah mengungkapkan semua kebohongan Rebecca ke publik, atau bahkan kepada keluarga besar mereka. Lihatlah! Gina Clark, ibu mertuanya bahkan tak tahu kebohongan ini. Ia terlalu bahagia dengan kabar ini dan tak sabar menantikan kelahiran cucu barunya ini. Begitu juga dengan Robert Callahan, ayah Rebecca. Ia juga tak pernah tahu kekacauan ini dan sangat bahagia dengan berita ini. Bukankah mereka sudah terlalu baik padanya?

Tapi inilah yang membuat Rebecca semakin merasa bersalah. Ia tahu tak sepantasnya seperti ini. Ia sudah terlalu mengecewakan mereka, tapi kenapa mereka harus begitu baik padanya? Rebecca merasa beban di punggungnya semakin berat. Ia kini tak bisa menahannya lagi. Rebecca tak ingin lagi hidup seperti ini. Ia lelah. Ia ingin menghentikan semuanya. Jika Ia boleh meminta, Ia bahkan ingin mati saat ini. Ia lelah dan ingin menutup semua kisah hidupnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status