Share

DIA YANG DITAKDIRKAN MENJADI PEMIMPIN

 Hampir semua perhatian tertuju kepada Agnia, terutama karena darah yang menetes dari lehernya terasa berbeda dari darah kebanyakan manusia; lebih hangat.

 “Itu hanya luka kecil jadi berhentilah merasa khawatir!” Chasel berdecak ketika melihat Brandon sibuk menanyakan kondisi Agnia, dia masih menggerutu meskipun sudah memberi ancaman kepada warrior api itu. “Dia hanya bermain-main denganmu jadi jangan merasa bersalah atau memasang ekspresi wajah seperti itu. Kau terlihat bodoh.”

 Menoleh kepada Chasel, Brandon menepuk punggung temannya itu dua kali tanpa mengatakan apapun. Lalu setelah dia memastikan bahwa luka di leher Agnia sudah ditangani dengan baik, dia langsung mengambil pedang miliknya yang terlempar jauh karena keterkejutannya tadi.

 Agnia memperhatikan itu dengan wajah tanpa ekspresi. Dia sudah menduga kalau Brandon Kavindra tidak akan memarahinya atau memasang tatapan tajam karena tindakan bodohnya tetapi ternyata laki-laki itu memiliki sisi yang lebih lembut dari yang Agnia perkirakan sebelumnya.

 “Agnia, kenapa kau melakukannya?” bisik Danae, dia membantu Agnia membersihkan pakaiannya yang kotor sebelum melanjutkan perkataannya. “Kau tidak harus melakukan itu jika alasannya hanya untuk bersenang-senang. Brandon tidak bisa melihat darah manusia menetes sia-sia, apalagi jika darah itu menetes karena pedangnya.”

 “Oh ya?” sahut Agnia tidak peduli. Dia hanya tersenyum miring dan melirik Chasel dengan wajah menyebalkan yang dia miliki lalu berkata, “Aku amati ... sepertinya kau sangat ‘menyukai’ ketua tim itu sampai membuat satu pemikiran muncul di kepalaku.” Sekarang bukan hanya melirik, Agnia maju dan tersenyum tipis kepada Chasel. Ekspresinya yang sangat menyebalkan itu membuat darah Chasel mendidih, ditambah dengan perkataan selanjutnya yang jauh lebih mengesalkan, “Apakah aku akan melihat kisah cinta terlarang dengan mata kepalaku sendiri mulai dari sekarang ... atau ternyata kalian sudah mulai ‘berkencan’ diam-diam? Hah, organisasi ini tidak melarang hubungan semacam itu, bukan?”

 Emir yang sejak awal hanya bisa mengamati dalam diam langsung menyanggah meskipun terdengar gugup. “Itu ... Agnia? Sir Brian tidak akan suka mendengar hal semacam itu jadi tolong kontrol sedikit kata-katamu.”

 Danae dan Chasel yang sudah lama mengenal Emir langsung memasang ekspresi terkejut. Anak paling muda dan dikenal pemalu diantara mereka sedang melemparkan bom kepada pemilik warrior langka yang bahkan baru dikenalnya.

 Sementara itu Agnia hanya mencebikkan bibirnya, mengangguk sekali untuk mengapresiasi keberanian Emir karena sudah menegurnya. Tetapi hanya itu, ekspresi menyebalkannya masih tetap terpatri di wajah cantiknya.

 “Bagus, Emir!” Chasel menepuk punggung Emir beberapa kali, dia tersenyum sebelum menatap Agnia yang hanya diam. “Orang yang tidak tahu apa-apa tentang kita memang harus dibungkam agar tidak banyak bicara. Mencoba menjadi sosok yang mengintimidasi hanya karena diincar oleh organisasi-- ck, bagaimanapun juga dia hanya warrior api yang tidak memiliki pengalaman bertarung sama sekali.”

 “Berhenti berdebat dan lanjutkan latihan kalian!” sela Brandon tegas. Dia baru kembali setelah selesai membersihkan pedangnya. “Kecuali untuk Agnia ... kau bisa beristirahat terlebih dahulu di dalam kamarmu atau mengamati latihan kami-- itu terserah padamu.” Begitu katanya dengan nada tenang dan diakhiri senyum yang menenangkan.

 Sedikit memiringkan kepalanya, Agnia tersenyum saja dan memilih untuk mendekati boneka jerami yang cukup besar sebelum kemudian suara Brandon kembali menembus telinganya.

 “Oh ya, aku yang akan bertanggungjawab atas izin latihan pertamamu ini kepada Sir Aryk nanti, kau tidak perlu khawatir.”

 “Sir Aryk?” ulang Agnia. Dia berusaha mengingat wajah pemilik nama itu sebelum mengangguk-anggukkan kepalanya. “Ah, maksudmu orang licik yang menjebakku itu? Tidak perlu menganggapku sebagai anggota timmu sampai merasa bertanggungjawab seperti itu--”

 PPRRASTT

 Sebuah dinding yang memiliki keindahan warna layaknya aurora tiba-tiba muncul tepat di hadapan Agnia, membuat gadis itu berhenti berbicara selama beberapa detik-- bukan karena terkejut, lebih tepatnya karena terpana oleh keindahan dinding di hadapannya.

 “Chasel, jangan menyerang rekan satu timmu seperti itu!” tegur Brandon tegas sebelum menambahkan, “Lalu kau Agnia, aku tidak keberatan kalau kau tidak menganggap aku atau kami di sini sebagai teman dan bahkan rekan satu timmu. Aku pribadi tidak bisa memandangmu jelek begitu saja karena aku tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya sampai-sampai kau berdiri di HUNTERIXAR sekarang ini tetapi ... mari kita perbaiki sopan santunmu terlebih dahulu. Oke?!”

 Menyentuhkan tangannya ke dinding yang dibentuk Chasel, membuat dinding aurora yang cantik itu berubah menjadi dinding api dan membuat sekitarnya menjadi terasa lebih hangat adalah hal yang dilakukan oleh Agnia. Dia tidak menjawab Brandon dan sibuk bermain dengan dunianya.

 “Oke, runtuhkan dindingmu!” Perintah Brandon kepada Chasel karena dinding itu tanpa sengaja sudah membuat perhatian Agnia teralihkan.

 Meskipun sempat berdecak, lucunya Chasel langsung menuruti perintah Brandon dan membuat api Agnia menghilang bersama dengan dinding yang mulai runtuh tak bersisa.

 “Apa kita harus mempertahankannya di dalam tim?” keluh Chasel kesal. “Ada Maya yang cukup hebat dengan warrior ilusi miliknya dan yang pasti Maya seratus kali lebih sopan dari warrior yang entah Sir Aryk temukan dari mana ini.”

 “Tetapi Maya bukanlah orang yang kalian butuhkan,” celetuk Aryk yang baru masuk ke dalam ruang latihan. Dia tersenyum sambil melirik Agnia yang langsung mendengus ketika matanya tanpa sengaja bertemu dengannya. “Kalian berempat mungkin sudah lama berada di HUNTERIXAR tetapi selama ini kalian dilatih di tempat yang berbeda, bukan? Anggap saja Agnia seperti itu, dia dilatih di tempat yang jauh sebelum bergabung dengan tim. Bukankah begitu, Agnia Shiasara?”

 “Aku akan membunuhmu,” balas Agnia sebagai jawaban.

 Aryk tertawa. “Selera humornya memang kacau tetapi sebenarnya dia cukup lucu tanpa harus mencoba, bukan?”

 Keempatnya menatap Aryk tidak mengerti, sementara Agnia hanya memutar bola matanya, jengah.

 “Hari pertama tetapi sudah mendapat luka, ya,” singgung Aryk tiba-tiba. Tawanya menghilang begitu saja dan dia melirik Brandon, orang yang bertanggungjawab atas apa yang terjadi di dalam tim.

 “Sir--“

 “Ikut ke ruanganku, Brandon!”

 Begitu saja dan Aryk langsung pergi dengan Brandon yang menurut tanpa melancarkan protes apapun. Benar-benar hanya mengikuti Aryk tanpa memperlihatkan kegelisahan, bahkan langkahnya juga tegap seperti orang yang tidak mengkhawatirkan apapun.

 “Sir Aryk tidak akan menghukum adiknya sendiri, bukan?” gumam Emir khawatir, dia bahkan menggigit kukunya untuk menetralisir kegugupannya. “Tim kita tidak akan dibubarkan hanya dalam waktu satu hari, bukan?”

 “Mana mungkin seperti itu,” sahut Danae, mencoba menenangkan tetapi dia juga tidak bisa menutupi kegelisahannya sendiri. “Brandon tidak akan mendapat hukuman ‘itu’, bukan?”

 Chasel menatap Agnia tajam, masih menyimpan dendam. “Tenang saja,” katanya namun dengan tatapan mata mengarah kepada Agnia. “Sir Aryk tidak akan setega itu, bagaimanapun juga Brandon adalah adiknya.”

 “Brandon Kavindra ... adik dari wakil pimpinan HUNTERIXAR?” bisik Agnia dalam hati. Cukup terkejut dengan informasi yang dia dapat secara tiba-tiba.

 “Lagipula dia tidak bersalah,” imbuh Chasel lagi. “Dia hanya sedang sial saja karena harus menerima api berkobar yang tidak memiliki kesopanan sebagai anggota timnya.”

 Tawa menyebalkan Agnia langsung terdengar. Gadis itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum mengarahkan tangannya kepada boneka jerami yang tadi didekatinya, membuat boneka itu terbakar dengan hebatnya sebelum kemudian berucap pelan, “Seperti dia merasa beruntung saja memilikimu di dalam timnya.”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status