Share

API YANG BERKOBAR

**BEBERAPA BULAN SEBELUMNYA**

 Asap membumbung tinggi di udara, membuat senja hari itu menjadi lebih panas dari biasanya. Api besar itu melalap bangunan lantai lima, menghanguskannya tanpa sisa.

 “Warrior api itu benar-benar hidup dekat dengan kita, ya?!”

“Kedua orang tuanya pasti akan menerima hukuman berat dari HUNTERIXAR.”

“Itulah kenapa memiliki anak seorang warrior tidak bisa dibanggakan!”

Sindiran-sindiran itu tepat mengenai hati seorang ibu yang juga tertegun melihat api yang menyala-nyala di hadapannya. Dia menatap jauh ke arah bangunan sebelum menyadari satu hal ...

Putrinya ... putrinya masih ada di dalam!

“Putriku! Agnia!” teriak Avina, dia menunjuk ke dalam bangunan dan mulai menangis tak karuan. “Pak! Putri kita masih ada di dalam!”

Suami Avina—Dash, tidak bergeming sama sekali. Dia tahu hidup keluarganya akan berakhir hari itu juga dengan penangkapan putri mereka serta hukum yang akan menjatuhi keduanya—dia beserta istrinya—dengan berat sebab membiarkan seorang warrior api hidup di tengah-tengah masyarakat biasa.

“Pak!” Avina mengguncang-guncangkan tubuh suaminya, menangis putus asa.

Dugaannya benar karena tidak lama kemudian datanglah tiga buah mobil hitam dan dalam setiap mobil, lebih dari lima orang dengan seragam keamaan lengkap keluar. Semua penduduk kembali berbisik, mereka tidak berani menghalangi sehingga memberi jalan selebar-lebarnya kepada para petugas keamanan dari organisasi pemburu makhluk dunia bawah ternama, HUNTERIXAR.

Masalah yang disebut-sebut itu sedang berada di puncaknya!

Seorang diantara mereka yang memiliki seragam lebih simpel dari pada yang lainnya mendekati pasangan suami-istri itu. Dia mengarahkan jam tangan yang dipakainya ke udara, menampilkan sebuah layar yang dipenuhi oleh catatan-catatan hukum yang telah Avina dan Dash langgar.

“Avina Diankala dan Dashika Adhitama, kalian berdua ditangkap atas kelalaian dalam menjaga warrior api yang berkobar, Agnia Shiasara.”

Tidak ada yang berani mendekat atau berkomentar sehingga suara yang terdengar hanyalah milik beberapa petugas HUNTERIXAR yang berusaha memadamkan api dengan warrior mereka masing-masing.

“Tuan?!” Avina membuka mulutnya, meskipun gemetar dia tetap memohon, “Tolong, putri kami masih ada di dalam. Api memang tidak bisa membunuhnya tetapi bangunan yang mulai runtuh masih bisa menimpa tubuhnya dan membuatnya kesulitan keluar dari sana.”

Namun yang Avina dan Dash dapatkan hanyalah tatapan dingin, mereka sama sekali tidak mendapatkan jawaban atas permohonan mereka dan langsung dibawa masuk ke dalam sebuah mobil.

“Gunakan warrior es secara bersamaan!” seru komandan pasukan, pemilik warrior badai, Hanish. “Api yang kalian coba padamkan bukanlah api biasa!”

Anggota HUNTERIXAR memang sangat misterius dan jarang berbicara, mereka juga terkenal kuat dan cerdas. Namun menurut rumor yang beredar, para pemilik warrior sihir lain tidak pernah bisa akur dengan pemilik warrior api.

Rumor itulah yang membuat Avina merasa khawatir setengah mati.

Mata seorang ibu yang dipenuhi kekhawatiran, Avina berbisik kepada suaminya, “Mereka akan menolong Agnia, bukan? Putri kita … akan mereka selamatkan, bukan?”

“Pasti,” jawab Dash yakin. “Agnia bukan anak biasa yang bisa mereka abaikan begitu saja. Putri kita sangat istimewa, Bu. Aku yakin mereka akan menyelamatkannya.”

Hanya saja Avina dan Dash tidak tahu bahwa putri mereka sudah berada di dalam mobil yang pertama tiba di lokasi kejadian. Kondisinya cukup mengkhawatirkan sebab reruntuhan bangunan yang menimpa kakinya menyebabkan luka terbuka yang lumayan parah. Namun tetap saja dia masih sadar sepenuhnya.

“Licik sekali,” sindirnya tajam. Selain karena kondisi kakinya, mobil yang terkunci membuatnya tidak bisa berlari untuk memeluk kedua orang tuanya. “Pada akhirnya kalian menjebakku, membuat orang tuaku ditangkap dan menerima hukuman … benar-benar organisasi yang kotor.”

Pria yang duduk di sebelah Agnia hanya tersenyum kecil mendengar sindiran gadis berusia 20 tahun itu. Dia mengakui betapa liciknya dirinya tetapi demi membawa seorang warrior api yang berkobar, dia benar-benar harus melakukannya.

“Tempatmu memang bukan di sini, kau dan kedua orang tuamu tahu akan hal itu,” sahutnya tenang. “Aku hanya memancingmu tetapi kau membakar seluruh bangunan itu tanpa sisa. Katakan, apakah ada yang bisa mengajarimu cara mengontrol warriormu kecuali kami?”

Menggemeretakkan giginya, Agnia menatap tajam lawan bicaranya. “Perlukah kalian melibatkan orang tuaku?” tanyanya dengan mata memerah.

“Agnia Shiasara, kedua orang tuamu bukanlah seorang warrior ataupun keturunan warrior tetapi mereka bersikeras ingin menjaga dan merawatmu sendiri tanpa memiliki dasar,” bisiknya. “Jika dipikir-pikir, ini bukan sepenuhnya salahmu—maksudku … kebakaran itu. Orang tua yang tidak mendidikmu dengan benar adalah masalahnya, ya, mereka memang bersalah.”

Tangan Agnia yang mengepal memukul kaca jendela mobil dengan keras, menimbulkan sedikit keretakan di sana.

“Katakan itu sekali lagi atau aku bakar tubuhmu di sini!”

Lagi-lagi lawan bicaranya itu hanya tersenyum, tidak merasa takut sama sekali atas amarah gadis di sebelahnya. Dia mengulurkan tangannya, menyentuh kening Agnia dan membuat gadis itu kehilangan kesadarannya.

Jendela mobil diketuk dari luar sebanyak tiga kali, setelah itu pintu kemudian dibuka dan komandan pasukan bernama Hanish muncul. Dia melirik Agnia yang sudah tidak sadarkan diri sebelum menunduk hormat kepada laki-laki dengan pembawaan tenang berwibawa itu.

“Semua api sudah berhasil dipadamkan, Sir Aryk!” lapornya.

Laki-laki yang dipanggil Sir Aryk itu mengangguk. “Perintahkan semua warrior untuk segera kembali ke HUNTERIXAR!” perintahnya tenang, dia kemudian melirik luka terbuka di kaki Agnia. “Kita juga harus mengobati luka gadis ini. Brian sudah menunggu.”

“Baik, Sir.”

Aryk menghela napas dan menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum bergumam, “Kenapa semua warrior api itu keras kepala dan sensitif? Ada-ada saja.”

Kemudian seorang supir masuk, menunduk hormat kepada Aryk dan mulai melajukan mobil menuju HUNTERIXAR. Akhirnya setelah penantian selama 20 tahun, pemilik warrior api yang berkobar kembali berada di dalam arahan HUNTERIXAR, lagi.

***

Agnia terbangun dalam ruangan dengan pencahayaan remang-remang. Gadis itu berusaha untuk duduk dan mengerutkan kening ketika tidak merasakan rasa sakit apapun di kakinya. Penasaran, Agnia menyentuh tempat lukanya dan tidak menemukan apapun.

Dia kebingungan. Kemana lukanya? Kebakaran itu … apa itu hanyalah ilusinya?

 “Halo!”

 Kepalanya berputar dengan cepat mencari sumber suara yang menyapanya. Dalam hati, Agnia mengutuk cahaya remang-remang yang membuatnya kesulitan melihat apapun, sampai kemudian terdengar langkah kaki mendekat bersamaan dengan suara saklar lampu yang dinyalakan.

 Silau!

 “Aku sudah menunggumu bangun sejak tadi,” katanya. “Tetapi rupanya tidurmu nyenyak sekali. Pasti sangat melegakan karena sudah berhasil mengeluarkan warriormu tanpa bersusah payah menahannya—ah, sudah lama aku bertanya-tanya kenapa pemilik warrior api selalu memiliki tatapan yang sama dalam mencurigai seseorang; kalian tidak menahannya.”

 Ada aura karismatik yang keluar dari setiap kalimat maupun langkahnya. Namun bagi Agnia yang kembali diingatkan atas peristiwa kebakaran yang berbuntut kepada penangkapan orang tuanya, aura karismatik itu sama sekali tidak berguna. Dia terlalu marah kepada HUNTERIXAR dan juga kepada dirinya sendiri.

Setelah terjadi keheningan yang cukup lama, laki-laki itu mengulurkan tangannya. “Aku Brian, pemimpin organisasi pemburu makhluk dunia bawah ini,” katanya memperkenalkan diri. “Selamat bergabung di HUNTERIXAR, Agnia Shiasara. Secara pribadi aku berharap kau akan betah di sini dan tidak melarikan diri.”

 Mata Agnia menatap tangan yang terulur itu dan wajah Brian secara bergantian tanpa mengatakan apapun. Dia merenung.

 Pada akhirnya, sekeras apapun dia menolak takdir dan seerat apapun orang tuanya memeluknya, Agnia tetap berakhir di tempat itu. Namun bukan berarti gadis itu sudah menyerah, dia tidak selemah itu.

 Dia hanya perlu mengacau. Ya … mengacau, dianggap tidak berguna dan dibuang.

 “Agnia,” sahut Agnia, dia akhirnya menjabat tangan Brian dan berkata, “Kita lihat saja kedepannya, entah aku yang akan melarikan diri atau malah kau yang akan membuangku dari organisasi tercintamu ini.”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status