Share

DINDING YANG BERUSAHA DIRUNTUHKAN

 Ruang latihan Hurricane adalah ruang latihan paling panas di HUNTERIXAR. Bukan karena boneka jerami yang terus-menerus dibakar dalam kurun waktu satu jam terakhir, melainkan karena suasana yang ditimbulkan oleh perdebatan antar anggotanya. Ruang latihan Hurricane diselimuti asap tetapi tidak ada yang mendekat.

 “Kenapa kita harus mempertahankan dia di dalam tim?!” keluh Chasel tanpa henti sejak Brandon kembali. “Jika dia dibutuhkan dan dia sehebat itu, dia bisa membasmi seluruh makhluk dunia bawah seorang diri. Dia tidak membutuhkan kita dan kau lihat apa yang dia lakukan!” Chasel menunjuk api yang mengelilingi mereka. “Dia tidak tahu cara mengontrol kekuatannya sendiri!”

 “Karena itu kita di sini untuk mengajarkan hal itu padanya,” sahut Brandon tenang.

 “Sir Aryk mengatakan bahwa tim kita membutuhkan Agnia,” timpal Danae, dia menatap Chasel dengan ekspresi meyakinkan. “Agnia belum mengerti karena selama ini dia memang tidak melalui pelatihan seperti warrior pada umumnya. Aku mendukung Brandon, siapa lagi yang bisa mengajarinya selain kita?”

 “T-tapi apa kita bisa melakukannya?” tanya Emir pesimis, dia melirik Agnia yang bersikap seperti anak kecil dengan terus membakar benda apapun di sekitarnya. “Dia bahkan tidak mendengarkan kita.”

 Agnia memang berpura-pura tidak mendengar apapun dan sibuk mengarahkan apinya pada benda apapun yang dia temui. Jika saja mereka bukan berada di ruang latihan HUNTERIXAR, sudah pasti tempat itu sudah hancur karena tidak bisa menahan panas api yang berkobar.

 Brandon menatap Agnia yang memilih untuk menulikan terlinganya, dia tersenyum tipis dan berkata, “Agnia Shiasara, Sir Aryk sudah menjelaskan padaku tentang alasanmu yang setuju untuk bergabung bersama kami. Dia mengatakan semuanya dengan jujur termasuk ‘cara liciknya’ yang membuatmu merasa terjebak di sini.”

 Ketika tatapan Agnia berubah dan gadis itu berhenti bermain-main, senyum Brandon terlihat jelas. Hal itu bukan hanya menarik perhatian Agnia, tetapi juga ketiga lainnya yang langsung menatap Brandon ingin tahu.

 “Aku menawarkan diri untuk membantumu jadi maukah kau mendengarku?”

 “Apa itu?” tanya Agnia tertarik. Tanpa dia sadari, dia bahkan mendekat kepada Brandon. “Aku mungkin akan mentertawakan tawaranmu tetapi mari kita dengarkan dulu. Siapa tahu adik dari orang yang menjebakku bisa membawa keberuntungan bagiku.”

 “Kalau begitu tolong padamkan apimu terlebih dahulu,” ujar Brandon ringan, memerintah tanpa terlihat seperti perintah. “Setidaknya kau bisa melakukan itu, ‘kan?”

 “Tidak,” jawab Agnia langsung. “Kau yang harus memadamkannya. Aku tidak tahu caranya.”

 “Sudah aku bilang apa!” seru Chasel kesal. “Dia bukan hanya tidak bisa mengontrol kekuatannya tetapi juga tidak bisa melakukan apapun untuk kekacauan yang dia perbuat! Bagaimana jika kita harus menjalankan misi dan dia membakar seluruh tempat dan menghanguskan kita semua di dalamnya?”

 “Sebelum aku melakukan itu, aku pastikan akan memanggangmu di sini.”

 Celetukan Agnia itu membuat ketiga lainnya tertawa, terutama Danae yang tidak sungkan untuk terbahak-bahak.

 “Kalau begitu Danae saja yang memadamkan apinya,” ujar Brandon.

 Terkejut, Danae langsung berhenti tertawa. “HUH?”

 “Bukannya hanya pemilik warrior es yang bisa melakukannya?” tanya Emir pelan. Dia selalu terlihat kurang tidak percaya diri sekalipun apa yang dia katakan benar.

 “Musik Danae bisa melakukannya,” sahut Brandon lagi, mencoba membangun kepercayaan diri timnya. “Jika Agnia tidak bisa mengontrol kekuataannya, harus ada satu diantara kita yang bisa menjadi ‘pendukung’ di belakangnya. Seperti yang Chasel katakan, jika Agnia membuat kesalahan di dalam misi, harus ada satu diantara kita yang bisa menimalisir kesalahan yang dia perbuat.”

 “Lalu kenapa aku?” Danae menjadi tidak percaya diri. “Brandon, musikku mengandalkan kekuatan angin dan angin adalah saudara dari api. Bukannya memadamkan, aku akan semakin membuat ruang latihan kita on fire!”

 “Kalau begitu Emir,” lempar Brandon. “Coba padamkan apinya. Kau tidak mau kita terkurung dalam ruangan yang terbakar, bukan?”

 Emir kebingungan. “A-aku ... aku hanya bisa membaca arah-- maksudku ... bagaimana aku bisa memadamkan api yang tidak bisa dipadamkan oleh pemiliknya sendiri?”

 “Begitu, ya?” gumam Brandon. Namun dia tidak menyerah, karenanya dia menatap Chasel. “Kalau begitu bagaimana jika Chasel saja yang melakukannya?! Kau bisa membangun dinding yang akan melingkupi api-api Agnia sebelum kemudian meruntuhkannya seperti yang kau lakukan sebelumnya.”

 “Benar, Chasel bisa melakukannya!” ucap Danae dan Emir bersamaan.

 “Memangnya dia bisa?” celetuk Agnia, meremehkan.

 Chasel yang awalnya sudah akan menolak langsung merasa termotivasi. Dia maju, merasa tertantang dengan respon Agnia yang meremehkannya. “Kau pikir karena kau warrior paling langka maka kau boleh meremehkan warrior lainnya? Dengar, aku bisa memadamkan api berkobarmu itu!”

 “Lalu padamkan saja!” balas Agnia.

 Brandon yang melihat interaksi itu tersenyum, dia tidak menegur melainkan juga ikut mengompori Chasel. “Kau bisa, bukan? Ayo padamkan sebelum para pemilik warrior es tahu tentang ini dan datang! Kau tidak ingin tim kita diremehkan, bukan?”

 Mendengus, Chasel langsung mengambil ancang-ancang.

 PPRRASTT PPRRASTT PPRRASTT

 Dinding indah itu kembali terlihat dan karena langsung menyentuh api milik Agnia, warnanya langsung berubah, menjadi aurora merah darah.

 Semua anggota tim Hurricane memperhatikan dengan ekspresi yang berbeda-beda. Apalagi ketika Chasel sudah berhasil memerangkap api milik Agnia namun gagal dalam peruntuhannya, ekspresi Emir dan Danae berubah dari senang ke terkejut dan hal sebaliknya terjadi kepada Brandon dan Agnia.

 “Sial!” umpat Chasel kesal. Dia terus mencoba tetapi tetap saja gagal. Api Agnia, tetap berkobar.

 “Kau harus belajar lebih jauh untuk bisa melakukannya,” ujar Brandon, dia menepuk-nepuk punggung Chasel.

 “Tetapi dia melakukannya beberapa saat yang lalu!” seru Danae bingung sebelum beberapa detik setelahnya air mukanya langsung berubah dan dia mengangguk paham. “Apa itu karena Agnia yang sengaja menyentuhkan apinya ke dinding Chasel sebelumnya?”

 Tidak perlu penekanan. Apa yang dikatakan Danae adalah sebuah jawaban.

 “Lalu bagaimana cara memadamkannya?” tanya Chasel kemudian. Dia tetap melirik Agnia tidak suka. “Cepat temukan cara, aku sudah malas melihat ekspresi menyebalkan gadis itu!”

 “Cara?” ulang Brandon. “Aku juga tidak tahu.”

 “Lalu apa yang kau bicarakan dengan Sir Aryk sebenarnya?” tanya Danae tidak sabar. “Kau benar-benar tidak akan menerima hukuman, bukan?”

 “Ya, dia bilang semua anak-anak pernah berbuat kesalahan,” sahut Brandon ringan, dia melirik Agnia yang diam saja sebelum memberi perintah, “Kalian bertiga cari cara untuk memadamkan apinya, aku ingin berbicara empat mata dengan Agnia.”

 Setelah itu Brandon memberi isyarat kepada Agnia untuk mengikutinya. Awalnya Agnia enggan menurut, tetapi kemudian Brandon menarik lengan bajunya, membuat Agnia tidak memiliki pilihan selain menuruti keinginan ketua timnya.

 “Kau terkejut, bukan?” ujar Brandon dengan senyuman hangat.

 “Kenapa aku harus terkejut?”

 “Karena Chasel memiliki potensi untuk memadamkan api berkobarmu.”

 Tidak ada jawaban dan itu semakin memperkuat dugaan Brandon tentang Agnia yang sebenarnya juga menyadari potensi besar dari dalam diri Chasel Javas.

 “Jangan berbelit-belit, katakan saja apa penawaranmu itu!?”

 Berhenti melangkah, Brandon membalikkan tubuhnya dan menatap Agnia yang lebih pendek darinya itu tepat di mata. Laki-laki itu masih tersenyum.

 “Aku akan memberitahu cara untuk membebaskan kedua orang tuamu.”

 Agnia mengerutkan keningnya. “Dengan syarat?”

 Senyum Brandon semakin melebar karena tanpa dia harus menjelaskan, Agnia sudah tahu bahwa ada syarat yang ingin dia ajukan.

 “Tetaplah di HUNTERIXAR sampai misi ketiga untuk tim kita diselesaikan.”

 “Lalu?”

 “Jujur saja, kau sendiri tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Siapa tahu nantinya kau akan terikat dengan HUNTERIXAR dan menjadi pemburu dunia bawah untuk selamanya? Tetapi sebelum itu, aku berjanji, setelah misi ketiga untuk tim kita terselesaikan, aku akan membantumu berbicara dengan Sir Brian.”

 Agnia mendengus geli, dia tersenyum miring.

 “Kenapa aku harus mempercayai omong kosongmu?”

 “Karena kau tidak tertawa atas penawaranku.”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status