Share

BAB 2 (TENTANG 5D)

Terkadang persahabatan menjadi tembok pemisah atas rasa yag sedang bertahta, namun seperti yang kita ketahui rasa adalah hal yang tidak hanya dikontrol oleh diri sendiri melainkan pemberi rasa itu sendiri. Kebersamaan merupakan salah satu hal yang bisa menjadi awal tumbuhnya rasa itu sendiri, mungkin saja menyadarinya terlambat karena menganggapnya hanya menyayanginya sebatas sahabat sebagai mana yang dilakukan oleh sahabat-sahabat yang lain padanya. Namun harus tetap selalu diingat bahwa persahabatan itu harus tetap berdiri kokoh meski cinta adalah taruhannya. Menemukan cinta dalam persahabatan bisa terjadi, namun menemukan persahabatan dalam cinta adalah hal yang sangat jarang terjadi. 

'Tumbuh bersama menjadikan mereka tak terpisahkan satu sama lain, itu juga yang menjadikan ketergantungan antara kita. Begitulah awal dari semua kebersamaan ini, bermain bersama jatuh dan terluka bersama. Saling mengulurkan tangan satu sama lain, hingga tak satu pun merasa terasingkan. Semoga waktu selalu membuat kita selalu dalam keadaan baik-baik saja, meski waktu selalu menunggu untuk membentangkan jarak antara kita dan itu adalah hal yang pasti akan terjadi kelak'. Tulisan itu terpajang pada tiap kamar anak 5D yang terbingkai rapi.

***

Orang tua mereka yang membuka jalan awal menuju pertemuan mereka, orang tua mereka dulu hidup bertetangga sehingga sangat wajar untuk membuat mereka semua saling mengenal. Dengan kata lain semesta telah menuliskan. Saat mereka SD, semuanya bertemu dan bersatu dalam satu komplek. Sudah bisa ditebak orang tua mereka adalah sahabat, orang tua mereka pernah saling berjanji akan tinggal dalam satu komplek saat anak mereka memasuki SD. Dan semesta merestui. Di situlah menjadi awal mereka selalu bersama hingga saat ini, mereka telah duduk di kelas XI.

5D adalah identitas mereka, nama geng atau nama kelompok perkumpulan mereka. 5D dibaca (Five D) artinya "Lima D" yang merupakan inisial nama-nama mereka. Terdiri dari 5 orang dan semuanya huruf D. Dayyan Dzawwaad, Dira Dyandra, Dion Danendra, David Dizhwar, dan Dimas Dhaifullah. Dari situlah mereka disebut 5D. Nama geng anti mainstream dan sangat unik.

Hanya ada satu perempuan di antara mereka, dialah Dira pecinta bunga dan puisi. Dira Dyandra adalah anak bungsu dalam keluarganya, ia mempunyai kakak kembar laki-laki dan bertemu dengan sahabat-sahabat yang semuanya juga laki-laki. Sudah bisa dipastikan ia jarang bergaul dengan perempuan. Baginya berada di tengah lingkungan seperti itu membuatnya sangat bersyukur karena ia tak harus punya saingan dengan saudara perempuan dan sahabat perempuan jika ingin mendapatkan sesuatu.

Perbedaan selalu menjadi hal yang menarik dalam sebuah persahabatan, seperti kehadiran David di dalam 5D. David Dizhwar, dia adalah anak blasteran pertama yang dimiliki oleh 5D. Darah Inggris-Indonesia mengalir dalam darahnya, sebagian besar keluarganya adalah nasrani. Tepat, dia ayahnya seorang muallaf. Kehadiran David membuat anak 5D tak pernah kehilangan ide, ia paling tahu tentang fashion dan desain. Ia mewarisi bakat ayahnya yang seorang arsitek.

Makanan adalah salah satu sumber kebahagiaan, begitulah motto di dalam keluarga Dimas. Dimas Dhaifullah, tukang masaknya 5D. Dimas sangat mahir memasak, ia mewarisi bakat kedua orang tuanya yang keduanya seorang chef. Orang tua Dimas punya restoran sendiri yang juga menjadi salah satu impiannya, mempunyai restoran sendiri. Selain memasak, Dimas juga mahir menggambar. Dia termasuk pecinta anime.

Seperti yang sudah nampak sejak awal bahwa sosok satu ini adalah sosok yang selalu tak ingin jauh dari Dira, dia adalah Dion Danendra. Bukan berarti ketiga yang lain tidak peduli pada Dira, tapi semua sudah tahu bahwa Dion punya perasaan lebih pada Dira. Di antara mereka bertiga, Dion adalah yang ketiga mengenal Dira setelah Dayyan dan David. Dion memiliki darah cina, anak blasteran kedua yang dimiliki oleh 5D. Orang tuanya memiliki perusahaan distributor mainan. Maka wajar kalau Dion seorang gamer dan suka dengan hal-hal berbau teknologi modern.

Anak blasteran ketiga yang dimiliki oleh 5D, Dayyan. Dayyan Dzawwaad, anak laki-laki berdarah Arab-Inggris-Indonesia yang sering disebut Zayn Maliknya 5D. Dayyan adalah yang paling berdarah campuran di antara mereka. Seperti David, Dayyan juga punya kelurga yang nasrani dari pihak ibunya. Ibunya yang berdarah Inggris-Indonesia muallaf sebelum menikah dengan ayahnya yang berdarah Arab-Indonesia. Dayyan adalah pecinta sejarah dan musik. Dia adalah orang pertama yang mengenal Dira sebelum David.

Dengan segala perbedaan latar belakang mereka ada satu hal yang membuat mereka menyatu dan tak terpisahkan, dan itu adalah kopi. Mereka bahkan mengibaratkan bahwa persahabatan mereka adalah kopi. “Kopi itu seperti kebersamaan, selalu mampu merangkul perbedaan." Pada tiap kamar mereka ada foto mereka berlima dengan kutipan itu. Dayyan (Latte), Dira (Caramel Coffee), Dion (Espresso), David (Hazelnut Coffee), dan Dimas (Cappucino).

***

"Dim, beberapa menit lagi gua jalan," ucap Dayyan.

"Oke, Day," balas Dimas.

"Day, lu naik apa? Jalan?" tanya David.

"Ya rencana sih."

"Day, lu gak usah jalan. Gua jemput kalian semua, oke? usul Dion.

"Gimana, Day? Biar sekalian aja." tanya David

"Oke," jawab Dayyan.

"Sebelum gua jemput kalian, gua ke Dira dulu ya," kata Dion.

"Oke, sekarang waktunya gua ngomong. Di, kita ketemu di rumah David aja. Gua mau beli sesuatu dulu." Jelas Dira.

"Oke, Ra."

"Di, lu lewat belakang ya. Pintu depan dikunci, di rumah cuman ada gua dan satpam," kata David. Dion hanya mengacungkan jempol pertanda paham, video call pun berakhir.

***

Dira ternyata mencari bunga yang cantik untuk ibu Dimas, ia berkeliling toko bunga langganannya bersama Dayyan. Ia menuju ke bunga mawar merah, Dayyan hanya menunggu dan melihatnya di dekat kasir.

"Kok di situ aja, Mas? Ayo masuk ke sini lihat-lihat bunganya banyak yang baru," sapa penjual bunga itu mencoba membujuk Dayyan untuk melihat-lihat. Namun Dayyan hanya mengangguk.

"Day, sini!" Dira melambaikan tangannya sambil memanggil Dayyan.

"Tuh kan, Mas. Akhirnya Mas dipanggil ama pacarnya tuh." Penjual bunga itu iseng. Dayyan hanya melihat ke arah penjual bunga itu sekilas seakan ingin mengelak tapi mengacuhkannya dan langsung menuju ke arah Dira berdiri.

"Cantik gak?" tanya Dira pada Dayyan.

"Iya," jawab Dayyan seperti biasanya singkat pada siapapun.

"Ya udah, aku ambil ini aja deh buat Tante Eliza."

"Oke, gua tunggu di depan ya," ucap Dayyan sambil berlalu.

"Oke."

"Mas, kok pacarnya ditinggalin sih? Kan dia sisa bayar." Mbak penjual bunganya menggoda Dayyan lagi. Namun Dayyan mengabaikannya.

***

Dayyan dan Dira tiba tepat waktu di rumah David, sebelum Dion tiba. Tak lama setelah keduanya tiba, Dion pun tiba di sana. Mereka semua telah siap dan langsung masuk ke dalam mobil Dion.

"Ra, kamu naik apa ke rumah David?" tanya Dion sesaat setelah mereka berangkat yang memecah keheningan.

"Oh, dijemput ama Dayyan." jawab Dira.

"Ya mendingan gitu sih, Di. Biar lu sekali jalan aja." David tahu jawaban Dira itu akan mengundang tanda tanya di benak Dion apa Dira yang meminta Dayyan untuk menjemputnya atau justru Dayyan yang langsung menawarkan diri untuk menjemputnya, hingga ia langsung ikut bicara.

"Iya, jadi kita bisa cepat," ucap Dion.

Beberapa menit kemudian mereka pun tiba di depan rumah Dimas, semuanya turun dan Dion memarkir mobilnya.

"Tante Elizaaaaa!! seru Dira sambil memeluk ibu Dimas itu.

"Diraa, udah lama ya gak liat kamu. Makin cantik loh," sambut Eliza (Ibu Dimas).

"Makasih, Tante," kata Dira sambil masuk ke dalam rumah Dimas.

"Boys, kalian juga makin ganteng. Gak terasa nih Tante makin tua aja," sapa Ibu Dimas pada mereka bertiga.

"Iya dong, Tante," David mulai menyapa sambil bersalaman dengan Eliza (Ibu Dimas) diikuti oleh Dayyan dan Dion.

"Ayo, semua masuk! Ngobrolnya di dalam aja," tambah Ibu Dimas.

Di ruang makan Dimas telah tersaji berbagai makanan dan minuman. Yang membuat mereka auto lapar.

"Guys, sebelum kita makan kita doa dulu ya buat orang tua gua. Buat anniversary ke-17 mereka. Doa dimulai." Dimas menjelaskan kemudian memimpin doa.

"5D, makasih ya udah datang di acara om dan tante," ucap Ayah Dimas (Pak Harun).

"Tante juga ucapkan terima kasih ya, apalagi bunga mawarnya loh. Cantik dan segar," tambah Ibu Dimas.

"Welcome, Om, Tante," seru 5D serentak.

"Oke, guys. Selamat menikmati makanan dan minumannya," seru Dimas.

Mereka semua pun mengambil piring untuk menyantap makanan berat, Dayyan maju duluan dari yang lainnya kemudian disusul oleh Dira.

"Lu semangat banget, laper ya?" Dira berbisik yang sekaligus mengejeknya.

"Bawel," bisik Dayyan.

"Bisik-bisik aja trus," ejek Dimas yang berada tepat di belakang mereka.

"Dim, kayaknya rendangnya enak tuh." David tiba-tiba hadir di dekat Dimas.

"Iya, itu andalannya mamah. Banyakin, Dav."

"5D, itu di sana ada kopi kalian ya," kata Ibu Dimas.

"Siap, Tan," jawab Dira.

"Lu duduk, gua yang ambil," ucap Dayyan.

Mereka semua pun duduk, tersisa Dion sendiri di depan meja makan disusul oleh ayah Dimas. Yang menyarankan makanan yang enak untuk disantap bersama. Ayah Dimas jarang berada di rumah karena harus memantau resto cabang milik keluarga mereka di luar kota. Hanya sekali-kali saja mereka bisa bertemu dengan Pak Harun.

***

Terlihat Dayyan sedang memberikan kopi pada Dira, yang disaksikan langsung oleh Dion. Dayyan tahu betul bagaimana perasaan Dion pada Dira, akan tetapi Dayyan merasa persahabatan mereka lebih awal ada dari semua perasaan itu. Dayyan tak merasa harus menghindar dari Dira hanya karena hal itu. Ia hanya selalu berusaha menyikapi suasana sebagaimana jauh sebelumnya.

"Thanks ya, Day," ucapnya pada Dayyan.

"Ra, lu ngeliat Dion kan dari tadi liatin apa?" tanya David.

"Iyalah, Dav. Liatin gua ama Dayyan, kan?"

"Nah itu lu tahu."

"Ya trus salah Dayyan gitu karena ngambilin gua minuman?"

"Gua gak nyalahin siapapun, tapi ya dia akhir-akhir ini terlihat gak baik saja saat ngeliat lu ama Dayyan bareng," jelas David.

"Waktu di RS gua udah bilang sama Dion tentang semuanya, jadi gak ada yang perlu kalian khawatirin. Gua juga nangkap kok sinyal matanya, Dimas ke elu tadi. Kalian khawatirin gua dan Dayyan. Calm down, okay?" Dira menjelaskan panjang lebar.

"Okelah, berarti aman." kata David.

"Guys, ronde kedua bolehlah!" usul Dimas.

"Boleh, Dim," kata Dayyan sambil meletakkan piringnya dan mengambil salad.

David dan Dira tersenyum melihat Dayyan begitu juga dengan kedua orang tua Dimas. Mengacungkan jempol pada Dayyan. Terlihat Dion yang sedari tadi hanya sendirian dan juga tak membicarakan apapun.

"Di, are you okay? tanya Dimas mengagetkan lamunannya.

"Oh iya, I'm okay," jawab Dion.

"Kamu gak lagi terlihat baik, nak," ucap Ibu Dimas menghampiri keduanya.

"Oh, mungkin kecapean aja, Tan," katanya singkat.

"Nggak, nggak, kamu rebahan ya di ruang tengah," usul Ibu Dimas.

"Iya, Di. Dengar aja kata nyokap gua, gua temanin. Ayo!" tambah Dimas.

"Oh, oke," ucap Dion sambil berdiri.

David, Dayyan, dan Dira menghampiri Dion dan Dimas. Ayah Dimas (Pak Harun) mencoba membuat suasana santai.

"Kalian semua kalo pengen ngumpul, bisa pindah ke ruang tengah aja. Om dan Tanta gak apa kok, lagian semuanya juga udah makan kan. Ya udah, kalian bawa yang bisa kalian bawa. Lebihnya biar Bi Ira yang bawa." Ayah Dimas menjelaskan.

***

"Lu udah demam ya sejak tadi?" tanya Dira pada Dion sambil mengecek kepalanya.

"Ya nggak tahu juga," jawab Dion singkat.

"Okelah, ini kepala lu panas banget. Lu terlalu maksain, Di. Kalo gak enak badan ya bilang aja, biar gak kayak gini." Dira mulai resah dan panik.

"Udah, Ra. Tenang, gua ambil siapin es batunya dulu." Dayyan langsung menawarkan diri sambil memutus celotehan Dira pada Dion.

"Di, Di, Dira benar loh. Harusnya lu ngomong ke gua kalo lu gak enak badan. Pake lu segala yang jemput anak-anak lagi. Gua ngerasa bersalah." Dimas juga mulai bicara.

"Dim, ini bukan salah lu. Dan untuk kalian berdua udah ya, tenangin diri kalian dulu. Gua gak belain sama siapa-siapa ya, cuman sekarang bukan waktunya kalian debat, oke? Di, lu rebahan aja. Dalam hal ini ya elu emang ada salahnya, tapi itu gak penting sekarang. Oke?" David mendamaikan suasana.

Dira, Dion, maupun Dimas pun diam mendengar apa yang dikatakan David. Dayyan pun muncul membawa mangkuk yang berisi es batu dan sapu tangan untuk Dion, Dayyan langsung mencelupkan sapu tangan ke dalam mangkuk berisi es batu.

"Biar gua aja, Day," ucap Dira yang memecah keheningan. Dayyan pun tak membantah dan langsung memberikannya pada Dira.

David dan Dimas saling berganti pandang namun tetap diam, Dayyan langsung mundur dan duduk di sofa bersama David dan Dimas. Ada yang berubah dari raut wajah Dion, pandangannya kini lebih teduh dari sebelumnya.

"Gua ambil camilan dulu ya," ucap Dimas sambil menepuk bahu David. Entah itu isyarat apa. Saat Dimas hendak ke ruang makan mengambil camilan, ibunya telah muncul dan membawanya. Ia pun duduk kembali dan menonton TV bersama yang lainnya.

Begitulah keadaan 5D saat ini, kekakuan muncul di antara Dira dan Dion. Dira selalu berlajar untuk bersikap normal namun tatapan Dion padanya tak mampu mendustakan satu kata pun atas rasanya. Semua masih misteri apa Dira abai pada yang Dion rasakan karena 5D atau ia menyimpan rasa pada orang lain?

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status