Share

7 - Rencana Untuk Rosen

"Kau akan segera pulang atau singgah ke mana dulu? Aku bersedia mengantarmu."

Ryder hanya menggeleng lemah untuk tawaran dari sang sahabat. Tidak akan dikeluarkan satu patah kata sebagai jawaban tambahan. Walau tahu, Erren ingin menciptakan obrolan dengannya.

Ryder sedang merasakan lelah secara fisik dan pikiran yang luar biasa, hari ini. Energi begitu terkuras hingga badannya lemas. 

Berbicara tentang hal tidak penting, ingin dihindari. Lagi pula, suasana hatinya juga tengah tak mendukung. Lebih baik diam, daripada nantinya mengeluarkan jawaban yang sinis pada Erren.

Tugas memimpin beberapa bisnis serta juga perusahaan semakin berat baginya, seiring dengan hari demi hari yang sudah dilewati.

Dulu, Ryder bisa menghindar sesuka hati karena ia punya saudara bisa dihandalkan. Namun, sekarang menjadi tanggung jawab dirinya seorang.

"Kita ke klub sebentar bagaimana? Aku sudah satu bulan tidak bersenang-senang."

"Aku kira bekerja denganmu akan santai. Ck. Kau ternyata suka menyiksa sahabatmu sendiri."

Ryder masih memejamkan mata. Walau, Erren Verlen menggunakan nada menyindir yang sangat kentara. Apalagi ditambah pemilihan kata.

Namun, Ryder tidak akan meladeni. Ia tahu sang sahabat menggunakan taktik tersebut hanya untuk memancingnya saja.

"Kau harus menaikkan upahku bulan depan."

Ryder hanya memberi balasan anggukan kepala. Satu kali gerakan saja sudah cukup.

Bukan masalah untuknya meningkatkan gaji bagi sang sahabat. Hartanya berlimpah. Tidak akan habis hanya karena membayar Erren Verlen.

Kinerja sang sahabat juga terbilang bagus. Cakap dalam setiap pekerjaan yang diberikannya.

"Bulan depan, aku akan mentraktirmu minuman. Kau tidak boleh menolak pergi."

"Bukan cuma aku yang muak karena kau sulit diajak keluar sekarang. Tapi, Michael juga. Dia tidak kalah kesal denganku."

Erren tetap menyeringai, walau Ryder tidak akan melihat ekspresinya itu. Ia hanya menunjukkan reaksi atas bayangan lucu muncul di dalam benaknya. Tawa kemudian menyusul keluar.

"Aku dan Michael bahkan sudah menyiapkan sebuah rencana menyeretmu keluar bersama kami. Tapi, aku rasa cara tersebut tidak akan mempan."

"Terserah kalian saja." Ryder menjawab, kali ini.

"Satu bulan lagi …." Digantungkan ucapannya.

"Aku akan menyisihkan satu hari luang untuk kau dan Michael. Terserah kalian akan mengajakku ke mana." Ryder masih berkata dengan cuek.

"Hahahaha."

Erren tambah menyeringai. Walau, sang sahabat tetap tak melihat. "Kau harus tetap nakal, Kawan."

"Tidak peduli statusmu sudah menjadi Daddy. Kau harus tetap bergaul malam hari dengan kami."

"Pria akan tetap menjadi seorang pria, Kawan."

Ryder memandang Erren yang menyeringai dengan tatapan datar. Tak akan memiliki pengaruh apa pun untuknya. Atau dapat membuatnya menjadi berubah pikiran dalam memegang prinsip.

"Kau sudah lama tidak tidur dengan wanita bukan? Yang terakhir hanya bersama Miss Rosen Green."

Ryder bungkam. Tak merasa perlu menjawab apa yang ditanyakan oleh Erren. Karena, sahabatnya itu pasti sudah lebih dari tahu. Jika bertanya ulang, Erren pasti hanya berniat untuk menggoda.

"Aku punya ide untuk membuat Rosen kembali."

"Aku rasa bayimu juga harus segera mendapatkan seorang ibu. Kau tidak mungkin mengurus sendiri."

Ryder yang hendak keluar dari mobil karena telah sampai di rumahnya, langsung saja mengurungkan niatan mendengar ucapan sang sahabat.

Ryder pun memandang lekat dan sarat akan curiga ke sosok Erren yang menyeringai kian lebar. "Apa maksudmu soal Rosen kembali?"

"Ayolah, Kawan. Kau pikirkan kata-kataku. Kau itu punya kecerdasan di atas rata-rata. Kau tidak akan mungkin tidak paham maksudku."

Ryder seketika diam. Tentu, ia sedang memikirkan perkataan Erren kembali. Sudah pasti beberapa kesimpulan muncul di dalam kepalanya. Ia perlu untuk memilah dan memilih jawaban tertepat.

"Cepatlah bertindak. Sebelum orang lain yang menjadikan Rosen sebagai ibu dari anak-anaknya."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status