Share

4 - Interaksi Pagi

Rosen lelah sudah pasti karena permainan panas dengan Ryder semalam. Ia pun perlu istirahat yang cukup karena tubuhnya pegal.

Namun, Rosen tak bisa tidur nyenyak sama sekali Walau, sudah berupaya memejamkan

kedua mata selama berbaring di samping Ryder yang justru terlelap pulas.

Dekapan pria itu hangat. Rosen merasakan kenyamanan sekaligus kegugupan. Ia tidak juga mengharapkan apa-apa.

Hubungannya dengan Ryder pun hanya satu malam. Tak ada kisah lanjutan yang akan terjadi untuk mereka berdua.

Kembali, ke masalah insomnia dialami oleh Rosen. Wanita itu dibuat terjaga hingga pagi datang, tanpa bisa tidur sedikit pun.

Tepat pukul enam, Rosen turun dari kasur. Bergegas ke kamar mandi membersihkan diri. Ia menghabiskan satu jam di dalam.

Rosen tidak menikmati waktunya dengan berendam air hangat di bath up. Ia duduk di closet memikirkan sejumlah hal. Dan, ada dua masalah yang membuatnya pusing.

Pertama, cara menghadapi Ryder nanti, saat pria itu sudah bangun.

Dalam artian, menunjukkan sikap biasa saja. Rosen bingung dan juga kurang percaya diri, sebab Ryder jadi orang pertama pernah melakukan kencan semalam dengannya.

Apalagi, mereka sudah terlibat hubungan intim yang menggelora. Mustahil baginya tak akan gugup bertemu Ryder nanti.

Kedua, persoalan tentang biaya kamar hotel.

Rosen sudah berkomitmen ia akan ikut serta dalam pembayaran. Bagaimana pun juga kencan semalam ini adalah kesepakatan.

Tidak akan dibebani pada Ryder Davis saja. Walau, pria itu terlihat tak kekurangan uang untuk bisa membayar kamar sepenuhnya.

Andai Ryder tidak kaya, mustahil pria itu akan mengajaknya ke hotel berbintang.

Walau, harga kamar tidak seberapa masalah bagi Ryder, tapi harga diri Rosen menolak.

Jika dibiarkan Ryder yang bertanggung jawab seorang. Maka, ia merasa seperti wanita panggilan. Sungguh menjijikan!

Memikirkan saja, sudah membuat Rosen ingin membersihkan tubuhnya kembali. Namun, ia sudah mandi.

Daripada mengikuti pikiran yang kacau, Rosen memilih keluar dari kamar mandi.

Dan, baru saja dua langkah berjalan, Rosen disadarkan akan keberadaan Ryder yang tak jauh darinya. Pria itu bertelanjang dada.

Sementara, tubuh bagian bawah Ryder ditutupi selembar kain handuk. Tapi, Rosen malah berpikiran yang kotor.

Bagaimana pun juga, mereka sudah tidur bersama semalam. Setiap inchi tubuh Ryder sudah dilihatnya dengan jelas.

Bahkan, masih dapat diingat betul saat pria itu memasukinya. Bergerak di dalam dirinya dengan kecepatan yang liar dan mendesak hingga bisa diraih puncak menakjubkan.

"Hai."

"Selamat pagi." Rosen membalas cepat.

Pikiran nakalnya tentu saja sudah pergi jauh setelah Ryder menyapa tadi. Rosen jelas bersyukur tak kian larut dalam lamunan.

Harusnya kaki sudah digerakkan kembali, tapi nyatanya Rosen masih berdiri dengan kekakuan dan kegugupan kian besar.

Kontras akan senyuman lebar dipamerkan pada Ryder. Aktingnya memang lumayan, disaat waktu yang tak terduga-duga.

Namun saat, Ryder Davis semakin terasa mendekat, maka kedua ujung bibir Rosen mulai menunjukkan pelengkungan yang turun. Kegugupannya pun bertambah.

"Aku kira kau sudah pergi, ternyata belum."

Rosen menggeleng cepat. "Aku baru selesai mandi. Dan, aku rasa aku akan pergi dari sini sekarang," jawabnya seraya berjalan.

Rosen melangkah menuju ke meja di dekat sofa guna mengambil tasnya. Saat, sudah berhasil meraih benda tersebut, Rosen pun langsung keluarkan ponselnya dari tas.

"Tapi, sebelum aku pergi, aku ingi kau tulis nomor rekening bank milikmu. Aku ingin ikut membayar tagihan hotel kita."

Ryder hendak membantah, namun Rosen seperti tidak akan menerima. Ia mengambil handphone wanita itu yang diberi padanya.

Dituliskan cepat nomor rekening bank. Lalu, cepat dikembalikan ponsel Rosen lagi.

Saat, wanita itu melangkah. Ryder segera saja meraih lengan Rosen. Menyebabkan wanita itu berhenti melangkah.

"Ada apa?"

"Apakah ada kesempatan untuk kita bisa melakukan kencan satu malam lagi?" Ryder berupaya bertanya dengan tenang.

"Kita lihat saja nanti, Mr. Davis."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status