Share

2 - Ajakan Kencan Semalam

Ryder menghitung hampir setengah jam dirinya satu meja dengan Rosen Green, tapi mereka tidak mengobrol banyak.

Seperti tidak ada pembicaraan panjang yang bisa diambil untuk menambah keakraban. Bukan berarti juga, Ryder ingin lebih dekat dengan Rosen Green secara cepat.

Sulit menjelaskan secara benar. Tapi, Ryder berniat mengenal wanita itu dari tampilan yang tidak diperlihatkan padanya.

"Kau Ryder Davis bukan?"

Sebuah kalimat bernada sopan, langsung saja membuat atensinya teralih dari Rosen. Kini, memandang ke sosok seorang wanita dengan gaun malam yang cukup terbuka. Berdiri cukup dekat dari tempat duduknya.

Segera dianggukan kepala seraya berupaya mengingat siapa gerangan wanita itu. Terasa tidak asing bagi Ryder.

Dan, tak butuh waktu lama baginya untuk mengenali kembali. Senyum pun lebih lebar dipamerkan pada si wanita.

"Iya, benar." Ryder menjawab ramah.

"Kau sendiri Maria bukan?"

"Haha. Iya. Aku Maria Gomez. Aku kira kau tidak ingat denganku, Ryder. Senang bisa bertemu kau di sini. Setelah sekian lama."

Ikut diloloskan tawa. Walau, hanya sebentar. Lalu, dilakukan anggukan lagi. "Aku masih ingat kau dengan jelas, Maria. Kita pernah beberapa kali satu kelas, saat kuliah."

"Senang berjumpa dengan kau di sini juga." Ryder menambahkan.

"Aku sebenarnya ingin banyak mengobrol bersamamu seputar bisnis. Tapi, aku sudah ditunggu oleh kekasihku di lantai atas."

"Mungkin lain waktu saja, ya? Hm, selamat atas pengangkatanmu menjadi CEO."

Ryder menyadari perubahan ekspresinya secara mendadak. Namun, ia tetap berupaya menjaga keramahannya lewat sunggingan senyum. Harusnya memang begitu.

Ryder enggan ketidaknyamanan sendiri atas bahasan apa pun berkaitan akan bisnis serta perusahaan. Terutama soal posisinya sebagai CEO baru dan juga pewaris tunggal.

"Trims, ya." Ryder sopan.

Ucapannya pun dibalas anggukan saja oleh Maria Gomez. Kemudian, wanita itu mulai melangkah mundur, menjauh dari mejanya. Maria akan pergi. Ryder merasa lega.

"Sampai jumpa lagi."

"Sampai jumpa." Dibalas sekadarnya saja.

Ryder pun dengan segera alihkan atensi ke sosok Rosen Green. Wanita asing itu masih bersamanya. Entah kenapa, ia senang.

Hanya saja, cara Rosen memandang Maria menarik perhatiannya. Sudah disadari sejak pertama kali Maria datang ke mejanya.

"Apa aku harus berpenampilan seperti itu?"

Ryder mengernyitkan kening. Tidak paham akan pertanyaan dilontarkan Rosen Green.

Ryder enggan mengakui bahwa kemampuan dalam berpikir kritis berkurang, akibat tiga gelas vodka yang sudah diminum.

"Apa definisi wanita seksi untukmu?"

Kali ini, pertanyaan dari Rosen Green dapat dipahami benar oleh Ryder. Namun, tetap tak disangka dirinya akan ditodong kalimat tanya yang seperti itu.

Apalagi, Rosen adalah orang asing. Belum ada satu jam mereka berbagi meja dan juga berkenalan. Keakraban belum terjalin.

Namun, jika tidak dijawab, Ryder seperti akan kalah. Lebih baik memang diutarakan saja pendapatnya. Sesuai akan apa terpikir di dalam kepalanya.

Kemudian, saat nyaris meloloskan jawaban. Tiba-tiba saja, muncul sebuah ide jahil. 

Ryder tak perlu menimbang kembali. Ia pun sudah mantap akan merealisasikan godaan pada Rosen. Gunakan kesempatan dalam kondisi yang memungkinkan.

Ryder berpindah cepat ke samping Rosen. Ia duduk berdekatan dengan wanita itu. 

Mata mereka yang sudah saling bersitatap, pun dapat memberi tahu Ryder bahwa tak ada penolakan Rosen atas tindakannya.

Dilihat pula pada sepasang mata wanita itu ada semacam bara gairah. Maka, Ryder kian yakin untuk menggoda Rosen Green.

"Wanita seksi definisinya untukku? Seperti kau, aku rasa." Dijawab dengan mantap.

"Kau tidak hanya seksi. Kau juga cantik," bisik Ryder tepat di telinga kiri Rosen.

"Itu artinya kau sedang berusaha untuk mengajakku berkencan satu malam?

Ryder terkekeh. Tak menyangka Rosen akan meluncurkan kalimat yang demikian.

Lalu, diraih tangan wanita itu. Terasa halus permukaan kulit Rosen yang putih.

"Mari, berkencan satu malam. Aku sudah mengincarmu sejak tadi, Mr. Davis."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status