Hanya dengan membawa tas berukuran kecil, Jessy kini sudah pindah ke kediaman mewah Earth. Mulai hari ini ia akan tinggal di tempat itu meninggalkan kontrakan yang sudah ia tempati bertahun-tahun lamanya.
Kedatangannya telah dinanti oleh kepala pelayan Earth. Wanita itu mendekati Jessy dan memperkenalkan dirinya.
"Saya adalah Clara, kepala pelayan di kediaman ini. Mulai hari ini saya akan membantu Nyonya Muda untuk mempelajari semua tentang keluarga Caldwell." Wanita berusia di penghujung 30-an itu bicara dengan sopan. Wajahnya terlihat datar, tidak ada senyum atau keramahan yang ditunjukan oleh Clara. Ia bukan tidak menyukai Jessy, tapi memang seperti itulah dirinya.
"Ya. Aku Jessy. Aku akan membutuhkan banyak bimbinganmu." Jessy membalas tak kalah sopan.
"Biar saya bawakan." Clara melirik ke tas Jessy.
"Tidak perlu, terima kasih," tolak Jessy.
"Saya akan menunjukan kamar Anda, mari ikuti saya."
"Baik."
Jessy mengikuti Clara, berjalan di atas lantai mengkilap melewati beberapa ruangan. Kemudian menaiki anak tangga menuju ke lantai dua. Kamar Jessy terletak di sebelah kanan tangga, kini ia masuk ke dalam kamar yang ukurannya berkali-kali lipat dari kamar di kontrakannya. Semua barang di dalam kamar itu juga terlihat sangat bagus. Dominasi warna putih memenuhi ruangan itu.
"Semoga Anda menyukai kamar ini." Clara bicara sembari melirik Jessy.
"Aku menyukainya." Jessy memberi jawaban tanpa sadar.
Siapa yang tidak menyukai kamar semewah ini. Jessy bahkan tidak pernah berpikir bahwa ia akan menempati kamar yang luar biasa ini.
"Mau saya bantu merapikan barang-barang Anda?" tanya Clara.
"Tidak, terima kasih."
"Baiklah, kalau begitu silahkan merapikan barang-barang Anda. Jika Anda membutuhkan saya hubungi saya. Tekan angka 1 pada telepon, itu adalah panggilan untuk saya."
"Ah, baik."
"Saya undur diri." Clara menundukan kepalanya kemudian melangkah pergi.
Jessy mendekati sofa yang ada di depan ranjang. Ia meletakan tas yang ia bawa di sana. Matanya berkeliling menatap seisi kamar. Terdapat cermin besar pada dinding yang menyatu dengan kabinet. Lampu gantung yang berada di tengah ruangan. Sofa dan meja yang berada di dekat jendela, karpet bulu berwarna putih yang terlihat sangat nyaman untuk dijadikan tempat bersantai. Jessy tidak menemukan lemari pakaian, tapi ia menemukan sebuah ruangan tanpa pintu. Ia melangkah ke sana dan melihat apa isinya.
Mata Jessy melebar. Ia seperti berada di dalam sebuah butik berukuran kecil. Ruangan itu diisi dengan berbagai macam pakaian, sepatu, tas, serta beberapa barang lainnya. Jessy hanya bisa melongo melihat itu semua. Apakah barang-barang yang ada di sana disiapkan untuknya?
Itukah alasan ucapan Malvis kemarin bahwa ia tidak perlu membawa banyak barang. Kaki Jessy mendekati sebuah lemari berukuran besar yang memuat pakaian-pakaian yang menarik perhatiannya.
Jarinya mengambil sebuah gaun berwarna merah maroon. Ia pernah melihat gaun ini di sebuah majalah fashion, dan kini gaun itu menjadi miliknya. Astaga, benar-benar sebuah keberuntungan.
Dari lemari pakaian, Jessy pergi ke lemari sepatu. Di sana ada berbagai jenis sepatu yang semua ukurannya pas di kaki Jessy.
Jessy beralih ke perhiasan yang ada di sana. Ia bukan wanita matrealitis, tapi tak bisa ia pungkiri melihat perhiasan-perhiasan indah itu membuat Jessy merasa ingin memilikinya. Ia menyentuh kalung bergaya sederhana dengan permata berwarna biru. "Sangat indah," puji Jessy.
Setelah melihat semua barang-barang di ruangan tadi, Jessy keluar dari sana. Ia membuka tas yang ia bawa. Nampaknya semua yang ia bawa tidak berguna sama sekali. Make up sudah ada di meja rias, pakaian juga tidak ia perlukan. Ia membawa tasnya ke dalam ruang pakaian, meletakannya di dalam lemari tanpa mengeluarkan barang apapun selain dompet dan ponsel. Ya, hanya dua benda itu yang tidak ada di kamar itu.
***
Setelah beberapa saat di kamar, kini Jessy berkeliling kediaman Earth ditemani oleh Clara. Jessy akan tinggal di sana, jadi ia harus mengenali setiap sudut rumah itu. Ada tiga bagian yang Jessy sukai dari tempat itu, perpustakaan, rumah kaca, dan dapur.
Jessy suka membaca. Sejak dahulu ia ingin memiliki rumah impian yang memiliki perpustakaan dengan ribuan buku. Ia juga suka tanaman hias, dan terakhir ia suka memasak. Jessy tidak akan bosan berada di kediaman Earth meski ia tidak bekerja, ia bisa membaca, berkebun dan memasak.
Setelah berkeliling, Jessy memutuskan untuk kembali ke perpustakaan. Ia mencari buku tentang usaha kuliner. Sejak remaja Jessy bercita-cita ingin membuka sebuah rumah makan jika ia memiliki uang. Dan ya, saat ini ia memiliki uang, ia bisa membuka rumah makan impiannya. Saat ini ia perlu belajar tentang mengurus berbagai hal mengenai bisnis kuliner.
Berjam-jam Jessy habiskan membaca. Ia tenggelam dalam bacaannya, rasa ingin tahu yang begitu besar membuatnya menghabiskan satu buku hanya dalam tiga jam. Jessy juga mencatat beberapa hal penting. Ia tidak perlu mengkhawatirkan tentang jam, karena Clara baru akan mengajarinya besok. Hari ini Clara hanya memperkenalkan bagian-bagian kediaman itu saja.
Tanpa Jessy sadari pintu ruangan itu terbuka. Sosok Clara melangkah mendekat ke arah wanita yang masih terfokus pada buku yang ia baca.
"Nyonya, Tuan Muda sudah kembali."
Jessy menghentikan kegiatan membacanya. Ia lupa bahwa saat ini ia berada di kediaman Earth, bukan di perpustakaan nasional.
"Tuan menunggu Anda di meja makan."
"Ah, baik, Clara." Jessy segera bangkit. Ia merapikan kembali buku yang ia ambil dari rak, lalu pergi keluar dari perpustakaan.
Di ruang makan, Earth sudah duduk di kursi pemimpin di meja makan. Pria itu terlihat tegas seperti biasanya.
"Selamat malam, Pak." Jessy menyapa Earth.
Earth menaikan sebelah alisnya. Dan Jessy menyadari bahwa ia telah salah bicara.
"Maksud saya selamat malam, Earth."
"Duduklah." Pria itu bicara tanpa melihat ke arah Jessy.
Jessy segera duduk di kursi di sebelah kanan Earth. Meja makan panjang itu hanya diisi oleh dua orang saja dengan berbagai jenis makanan yang ada di meja.
"Makanlah."
Jessy mengangguk patuh. Ia melihat makanan di atas meja, Jessy merasa bingung, yang mana yang harus ia makan, terlalu banyak pilihan di sana. Kehidupan di kediaman Earth tidak bisa ia bandingkan dengan kehidupannya yang terbilang serba kekurangan. Untuk makan saja terkadang ia hanya makan mie instant dan telur dadar.
"Apa kau tidak berselera?" suara Earth kembali terdengar.
Jessy buru-buru menggelengkan kepalanya. Ia mengambil sepotong steak daging dan memakannya dengan tenang.
Usai makan, Jessy tidak beranjak dari meja makan karena Earth juga belum pergi dari sana meski Earth sudah selesai makan lebih dahulu darinya, tampaknya ada yang ingin pria itu bicarakan padanya.
"Aku akan melakukan perjalanan bisnis selama satu minggu. Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa bicara pada Clara." Earth baru bicara setelah memastikan Jessy selesai makan. Pria itu menunggu Jessy hanya untuk memberitahu tentang hal itu. Pernikahan mereka memang pernikahan kontrak, tapi menurut Earth, Jessy berhak tahu ia pergi ke mana agar jika ada keluarganya yang bertanya Jessy bisa menjawab dengan tepat.
"Baik, Earth," jawab Jessy. Jessy memiliki sesuatu yang ingin ia bicarakan pada Earth, tapi ia terlihat sedikit gugup.
Earth melirik Jessy sekilas dan menyadari akan hal itu. "Ada yang ingin kau katakan?" tanyanya.
"Bolehkah aku membuka sebuah rumah makan?" tanya Jessy hati-hati.
"Kau bisa melakukan apapun, Jess. Kecuali berhubungan dengan pria lain selagi menikah denganku," jawab Earth seadanya. "Ada lagi?"
"Terima kasih untuk kamarku."
"Bukan aku yang menyiapkan semuanya. Aku tidak akan mengurusi hal-hal sepele seperti itu, Jess."
Jessy juga tahu akan hal ini. Mana mungkin Earth akan secara khusus memilihkan barang-barang untuknya, tapi tetap saja kamar itu disediakan oleh Earth, jadi ia wajib berterima kasih.
Earth bangkit dari tempat duduknya. "Kau bisa melanjutkan kegiatanmu. Dan ya, jika kau tidak memiliki sesuatu yang penting jangan mendatangiku."
"Baik."
Jessy tentu saja tidak akan mendatangi Earth. Ia bahkan ingin mengurangi pertemuan dengan pria itu sebisa mungkin. Pesona Earth sangat berbahaya baginya, jika ia terus berdekatan dengan Earth, bukan tidak mungkin rencananya menyelesaikan kontrak dengan baik akan gagal.
Berurusan dengan pria tampan saja, Jessy sudah sering menghadapinya. Namun, berurusan dengan pria tampan dengan aura memikat serta kekuasaan di dalam genggamannya adalah pertama kali bagi Jessy. Ia akan menderita jika ia gagal mengontrol dirinya sendiri.
TBC
Sebuah biografi telah berada di tangan Jessy. Wanita itu kini tengah membaca keseluruhan tentang keluarga Caldwell. Di depannya ada Clara yang saat ini menjadi menunggu ia menyelesaikan buku bacaannya.Urutan pertama yang Jessy baca adalah mengenai Max Caldwell, pria itu berumur 83 tahun. Pendiri dari Caldwell Group yang saat ini sudah berusia 60 tahun. Ya, Max telah memulai usaha ketika pria itu berusia 23 tahun.Jessy membaca segala sesuatu tentang Max yang terdapat di biografi itu. Kemudian ia beralih ke istri Max yang sudah tiada sejak sepuluh tahun lalu, Sarah Alynne. Disebutkan bahwa Sarah merupakan seorang mantan ratu kecantikan. Berbagai prestasi telah Sarah dapat. Ia juga putri dari seorang sastrawan terkenal.Max dan Sarah memiliki tiga orang anak. Anak pertama adalah Abraham Caldwell, ayah Earth Caldwell. Putra kedua adalah Benjamin Caldwell. Dan terakhir mereka memiliki seorang putri yang bernama Auristella Caldwell.Mata Jessy terus men
Malvis kembali ke dalam restoran setelah ia menerima panggilan dari Jessy. Ia duduk di sebelah Earth dan memberitahukan pada Earth apa yang tadi Jessy sampaikan padanya."Besok malam Jessy akan pergi ke acara reuni sekolahnya. Dia menghubungiku untuk memberitahumu tentang itu," seru Malvis.Earth mengunyah steak yang ada di mulutnya kemudian menelannya. Ia tidak berniat membalas ucapan Malvis karena Malvis hanya berniat untuk memberitahunya. Earth cukup senang bahwa Jessy bukanlah wanita yang akan merecokinya. Jessy bisa saja menghubunginya karena Jessy memiliki nomor ponselnya, tetapi Jessy lebih memilih menghubungi Malvis. Menjaga jarak adalah hal yang paling penting untuk mereka.Bukan hanya itu yang membuat Earth merasa tidak salah memilih Jessy sebagai istri kontraknya. Jessy cukup pandai dalam beradaptasi. Selama di dalam perjalanan bisnis, Earth menerima laporan dari Clara yang memberitahukan tentang perkembangan Jessy. Wanita itu telah menghapal seluruh
"Sepertinya aku melewatkan sesuatu yang menarik, Jess." Anneth yang datang terlambat menatap temannya penasaran. Ketika ia masuk ke restoran, ia berpapasan dengan Revano dan Alyce yang basah kuyup.Jessy menyesap minuman di tangannya. Ia tersenyum kecil kemudian menanggapi ucapan Anneth. "Hanya sebuah pertunjukan."Anneth merasa sedikit kecewa. "Harusnya aku datang lebih cepat, dengan begitu aku bisa menyaksikan pertunjukan itu, pasti sangat menyenangkan.""Yeah, seharusnya kau tidak melewatkannya," balas Jessy. Ia sangat yakin Anneth pasti akan merasa sangat bahagia melihat apa yang terjadi pada Alyce tadi. Bukan rahasia umum, Anneth dan Alyce sering bertengkar.Jika Jessy diam saja dihina dan direndahkan oleh Alyce, maka berbeda dengan Anneth yang sedikit urakan. Anneth tidak akan segan membalas Alyce meski pada akhirnya ia akan berakhir ditegur oleh guru.Dahulu hidup Anneth lebih baik dari Jessy. Belum ada orang ketiga yang merusak kebahagiaan
Jessy menghentikan kegiatan membacanya ketika seseorang berjalan mendekat ke arahnya. Ia mengenali wanita berusia 26 tahun yang kini mendekatinya. Dia adalah Lara Caldwell, putri dari paman Earth yang berprofesi sebagai seorang designer."Siapa kau? Kenapa kau ada di kediaman Earth?" Nada tidak bersahabat itu tertuju pada Jessy.Jessy meletakan buku yang ia baca. Ia berdiri, menatap lurus ke mata Lara kemudian memperkenalkan dirinya dengan sopan. "Aku adalah Jessy, calon istri Earth."Lara mendengus. Wajahnya terlihat mencemooh Jessy. "Jangan konyol. Earth akan menikah dengan Aurora, bukan dirimu.""Anda bisa bertanya pada Earth secara langsung untuk memastikannya." Jessy tidak ingin membuat keributan dengan Lara.Lara sudah tahu tentang kebenaran itu, ia tidak perlu memastikannya lagi dengan bertanya pada Earth. Lara mengetahui hal ini dari ayahnya. Lara sangat menyayangi Earth, ia tidak ingin Earth menikah dengan wanita sembarangan. Bagi La
Pagi ini Jessy memulai kegiatannya dengan sarapan bersama Earth. Setelah menghabiskan sarapannya, Jessy mengutarakan sesuatu yang ingin ia sampaikan pada Earth."Earth, bisakah aku mengemudi sendiri tanpa sopir?" tanya Jessy. Ia merasa tidak nyaman membuat orang lain menunggu dirinya."Kau bisa melakukannya.""Terima kasih."Earth tidak menjawab. Ia membersihkan bibirnya dengan sapu tangan yang ada di atas meja kemudian meninggalkan Jessy.Beberapa saat kemudian Jessy juga meninggalkan meja makan, ia pergi ke aula di sana Clara sudah menunggunya dengan seorang wanita yang berpenampilan anggun. Jessy yakin wanita itu adalah guru musiknya. Clara sudah memberitahunya kemarin, bahwa Clara hanya akan mengawasi saja."Nyonya, ini adalah Nona Estella, guru musikmu." Clara memperkenalkan Estella pada Jessy."Estella." Guru musik Jessy mengulurkan tangannya. Ia tersenyum ramah pada Jessy yang dibalas sama oleh Jessy."Jessy.""Ap
Malam ini Jessy kembali menginjakan kakinya di kediaman keluarga Caldwell. Ia tidak datang sendirian melainkan bersama dengan Max. Ia telah mempersiapkan dirinya untuk pertemuan penting malam ini. Seluruh keluarga besar Caldwell akan ada di pertemuan keluarga ini. Max Caldwell sengaja memerintahkan Jessy untuk hadir di acara itu dengan tujuan untuk memperkenalkan Jessy pada seluruh anggota keluarga.Penolakan, hanya satu kata itu yang menakutkan bagi Jessy. Ia sudah menghadapi penolakan dari ayahnya sendiri. Meski pernikahannya dan Earth hanya pernikahan kontrak, tetap saja ia merasa takut pada penolakan lainnya. Luka lamanya akan terbuka kembali. Menarik napas dalam, Jessy mencoba untuk menenangkan dirinya. Tidak peduli seburuk apapun penolakan itu, ia harus bisa bertahan. Semua demi kontrak yang akan ia jalani.Di dalam ruang makan besar keluarga Caldwell sudah terdapat seluruh anggota keluarga. Mereka membicarakan tentang perkembangan bisnis keluarga serta hal-hal l
Waktu berlalu begitu cepat. Hari ini Jessy sudah mengenakan gaun pengantin yang beberapa hari lalu baru ia coba. Saat ini ia tengah menunggu di sebuah kamar di kediaman Max Caldwell. Di dekatnya ada seorang pelayan yang ditugaskan untuk bersama Jessy.Pintu ruangan terbuka, sosok Lara dengan wajah yang masih tidak bersahabat mendekati Jessy. "Keluar!" Ia memberi perintah pada pelayan yang menemani Jessy. Pelayan itu menurut dan segera pergi meninggalkan Lara berdua saja dengan Jessy.Kaki jenjang Lara mendekat ke arah Jessy, dan berhenti tepat di depan Jessy. "Kau benar-benar wanita tidak tahu malu." Lagi-lagi Lara menghina Jessy. "Bukankah sudah aku katakan bahwa kau tidak pantas sama sekali menjadi istri Earth, dan kau masih keras kepala hingga hari ini.""Aku tidak akan meninggalkan Earth kecuali dia yang menginginkannya. Pada kenyataannya dia tetap ingin menikah denganku." Jessy menjawab tenang. Wajahnya tidak terlihat kesal sama sekali.Lara mendengu
Sudah menjadi tradisi, ketika salah satu anggota keluarga Caldwell menikah maka ia harus tinggal di kediaman Max Caldwell untuk satu bulan. Tidak terkecuali untuk Earth dan Jessy yang pagi ini sudah berada di kediaman kakek mereka.Jessy tidak tahu jam berapa Earth kembali, tapi ketika jam sarapan tiba, ia sudah menemukan Earth berada di ruang makan dengan seragam lengkap. Setelah itu ia dibawa ke kediaman Max Caldwell."Ah, ini dia pengantin baru yang kita tunggu. Selamat datang di keluarga Caldwell, Jesslyn." Auristella menyambut kedatangan Earth dan Jessy. Tidak nya ada Auris di sana, tapi juga ada Kimmy, dan juga Max Caldwell. Sedang anggota keluarga yang lain sudah beraktivitas di luar rumah.Earth tidak menanggapi sambutan bibinya. Ia menatap lurus ke kakeknya. "Aku akan pergi ke kantor sekarang.""Ya. Hati-hati di jalan," sahut Max.Earth beralih ke Jessy. "Aku pergi, Jess.""Ah, ya, hati-hati." Jessy melihat Earth pergi. Kini ia ting