Sang preman berbalik badan dan berniat meninggalkan sang kakek tapi langkahnya terhenti saat melihat sosok Keyra tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Orang tua loh itu, sopan sedikitlah” ucap Fia dengan raut wajah tenang.
“Gak usah ikut campur lu bocah” kata sang preman dengan raut wajah menahan geram.
Mendengar ucapan sang preman membuat Keyra diam dan menatap keduanya dengan raut wajah menilai.
“Natep apa lu?!” kata salah satu di antara mereka dengan raut wajah menahan marah.
“Lu berdua kalau berantem menye-menye gak? Luka gue masih ada yang baru dan yang kemarin belum sembuh. Kalau gue adu jotos sama elu bisa tambah banyak lebam gue, tapi kalau lu pada menye-menye ‘kan luka gue gak terlalu banyak” ucap Keyra dengan raut wajah tenang.
“Sialan tuh bocah” ucap preman satu dengan raut wajah kesal dan menahan geram.
“Maju gih, gue capek” ucap sang preman dua deng
Hari ini adalah hari terakhir ujian semester, hari terakhir untuk mereka berpikir dengan keras. Saat ini Keyra sedang belajar di taman belakang di temani oleh roti dan susu kotak kesukaannya. Keyra terus membaca dengan sesekali mengunyah roti miliknya. Hingga alarm di ponselnya berbunyi dan menampilkan tulisan ‘waktunya masuk’. Dengan gerakan tenang Keyra membereskan buku-bukunya dan membawa dalam pelukannya.Keyra mulai berjalan ke arah gedung Fakultasnya dengan gerakan tenang, banyak pasang mata yang menatap ke arahnya tapi Keyra terus berjalan tanpa memedulikan semua tatapan itu. Hingga sebuah suara membuat fokusnya teralihkan.“Panggilan untuk Mahasiswi yang bernama Keyra maharani dari Fakultas kedokteran jurusan dokter psikologi untuk segera ke ruang Dekan Fakultas kedokteran. Sekian pemberitahuan dari saya, selamat pagi” ucap orang di seberang sana dengan nada suara lemah lembut.“Gue ada salah apa?” gumang Keyra dengan
“Kalau bukan kamu lalu siapa yang ada di dalam foto itu?” tanya sang Rektor dengan raut wajah tak percaya dan senyum remeh.“Tapi ini benar bukan saya, saya tak pernah melakukan ini semua. Apa lagi membeli kisi-kisi ujian akhir semester atau menyogok karyawan. Bapak tahu sendiri saya anak beasiswa hidup saja pas-pasan uang dari mana saya untuk melakukan itu semua?” tanya Keyra dengan raut wajah serius dan nada suara meyakinkan. Tapi beberapa orang masih menatap rendah ke arah Keyra dan memasang wajah datar.“Bukti sudah ada dan kamu ingin mengelak?” tanya sang Dekan dengan raut wajah datar.“Tapi ini benar-benar bukan saya pak” ucap Keyra dengan frustrasi.“Jika itu benar bukan kamu apa kamu punya bukti untuk membuktikan semua ucapanmu?” tanya sang Dekan yang lainnya dengan datar.“Saya belum punya bukti tapi beri saya waktu untuk membuktikannya” ucap Keyra dengan raut wajah ya
Keyra terus berjalan dengan lesu menuju ke asramanya, karena fitnah itu dia tak di perbolehkan ikut ujian akhir semester. Di sepanjang koridor ada banyak pasang mata yang menatapnya dengan tatapan mencemoh dan merendahkan.“Lihat tuh, cewek beasiswa yang curang!” ucap salah satu dari mereka sambil menatap ke arah Keyra dengan tatapan merendahkan.“Wah wah wah, gak ada rasa malu!” ucap yang lainnya dengan nada dan raut wajah jijik.“Diem kalau gak tau apa-apa!” ucap Keyra dengan nada suara geram.“Cih! Anak beasiswa yang sok berkuasa!” ucap salah satu di antara mereka dengan senyum mengejek dan nada suara tak suka.“Pergi lu!” kata yang lain sambil melemparkan bola kertas ke arah Keyra, bahkan ada yang melemparkan tomat busuk dan beberapa sayuran busuk ke arah.Keyra yang melihat itu hanya bisa diam dan melindungi wajahnya dari lemparan mereka. Bajunya yang tadi bersih menjadi kotor
Sedangkan Arka dan Satria yang mendengar ucapan Bima barusan mulai mengerutkan dahinya bingung.“Abang?” gumang Satria sambil menatap ke arah Bima dengan raut wajah rumit.“Tunggu pembalasan dari keluarga Aditama karena kalian sudah lancang menyentuh permata kecil kami” ucap Bima dengan datar dan berlalu dari sana bersama Keyra yang sudah di gendongannya.Beberapa mahasiswa yang mendengar ucapan Bima tadi mulai menegang dan sangat menyesali perbuatan mereka. Karena perbuatan ceroboh mereka membawa kehancuran untuk masa depan mereka.Sedangkan Arka dan Satria masih diam di tempat sambil mencerna semua kejadian barusan. Mereka masih loading dengan ucapan Bima barusan.“Dia adik bang Bima yang hilang? Keyra adik bang Bima yang selama ini di cari?” ucap Satria dengan raut wajah linglung.Berbeda dengan Arka, dia malah menampilkan raut wajah senang dan bahagia? Entah apa alasannya yang membuat dia memasang raut
Tubuh Keyra saat ini sedang di baringkan di atas kasur dengan hati-hati, entah karena lelah atau dia ‘nya yang kebo sampai tidak terbangun dengan pergerakan atau suara apa pun. “Kamu keluar gih, Mama mau ganti baju adik mu dulu” ucap Mama Bima mengusir sang anak.“Mama ngusir Bima?” tanya Bima dengan raut wajah mendelik tak percaya.“Terus kamu mau di sini hah? Mau lihat adikmu ganti baju?” tanya sang Mama dengan raut wajah menahan geram.“Bangun ‘in aja, apa susahnya?” ucap Bima dengan malas dan duduk di meja belajar dengan tenang tak memedulikan tatapan nyalang dari sang Mama.“Ck, punya anak laki satu, di atur susahnya minta ampun” dumel Mama Bima dan berjalan ke arah Keyra berada.“Sayang...” ucap Bu Mila sambil menepuk pelan pipi Keyra.“Anak Mama, bangun yuk” ucap Bu Mila kembali saat tak mendapatkan respons dari Keyra.
Malam harinya, saat ini mereka sudah berkumpul di meja makan. Keyra sudah tahu akan satu fakta, bahwa mereka adalah keluarga kandungnya. Awalnya dia tak percaya dan menatap mereka dengan kecurigaan tapi semua kecurigaan itu lenyap saat melihat hasil tes DNA yang di berikan oleh Pak Bram. Hasilnya membuat Keyra terkejut yaitu 99% darahnya ada kecocokan dengan pak Bram.Saat Keyra masih tak percaya jika dia sekarang sudah berkumpul dengan keluarga, seperti kejadian hari adalah sebuah mimpi indah untuknya.‘Jika ini mimpi tolong biarkan aku tidur lebih lama tuhan’ batin Keyra sambil menunduk sedih, dia sedih jika besok saat dia bangun dari tidur semuanya kembali seperti dulu. Seorang Keyra yang tak memiliki keluarga, seorang Keyra yang menjalani kehidupannya sendirian tanpa ada dukungan keluarganya sendiri.“Sayang” panggil Bu Mila sambil mengelus rambut Keyra sayang.Keyra yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Mamanya sedikit t
Bima berjalan menuju ke kamarnya dengan langkah pelan, langkahnya terhenti di depan pintu samping kamarnya. Dengan perlahan Bima membuka pintu kamar Keyra dan menatap ke penjuru kamar tapi tak menemukan sosok yang dia cari.“Dek” panggil Bima sambil berjalan memasuki kamar.“Adek!” panggilnya lagi saat tak mendapatkan balasan dari sang adik dengan langkah panik Bima berniat ke kamar mandi untuk mengecek tapi belum sampai di kamar mandi langkahnya sudah terhenti saat melihat sosok yang dia cari. Bima berjalan mendekati sosok Keyra yang duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya dengan tangan di bawah paha.“Dek” panggil Bima sambil menyentuh bahu Keyra.Keyra yang tadinya melamun mulai tersentak kaget saat merasakan tangan menyentuh bahunya.“Iya?” ucap Keyra sambil menatap ke arah Bima dengan raut wajah terkejut.“Mikirin apa?” tanya Bima sambil duduk di samping Keyra. Bima menatap
Pagi harinya Keyra sudah bersiap dengan pakaian rapi. Hari ini dia berangkat bersama Bima, dia sudah menyiapkan mental dan telinga untuk menerima semua ucapan dari para Mahasiswi untuk dirinya.Keyra turun ke bawah dengan langkah ringan dan senyum yang senantiasa mengembang di bibirnya.“Selamat pagi” sapa Keyra dengan senyum yang masih belum luntur dari tempatnya“Pagi” balas Papa dan abangnya dengan raut wajah datar setelah itu kembali ke kesibukan mereka masing-masing. Sedangkan Mamanya sedang memasak di dapur bersama beberapa pembantu di rumahnya.“Udah bangun kamu dek?” ucap Mamanya basa basi dengan senyum manisnya.“Iya Mah” balas Keyra dengan senyum mengembang.Setelah itu makanan di tata dengan rapi di atas meja. Mereka mulai makan tanpa ada percakapan, hanya ada dentingan sendok yang sedang beradu dengan piring. Beberapa menit kemudian mereka sudah selesai semua. Keyra dan Bima berdiri