Share

11. Dunia Milik Berdua

"ADIT."

Teriakan memanggil Adit terdengar sangat nyaring, sedangkan pemilik suara tidak menunjukkan batang hidungnya.

"Adit," panggil Bara di ambang pintu aula.

Ya, ternyata Bara lah pemilik suara nyaring tadi.

Mereka mendengkus kesal. Lagi asik melihat keromantisan ketua danger dan Bara datang sebagai pengganggu.

Dengan santainya Bara mendekat ke arah sepasang kekasih yang masih berpelukan.

"APA INI MISKAH," teriak Bara tidak percaya.

Serius? Ini Adit? Teman kulkasnya? Dan memeluk perempuan?

Saking tidak percayanya Bara sampai melongo.

"Ad-

"Lo kok ninggalin kita sih, Bar," potong Revan kesal yang baru saja sampai bersama Daniel.

"Bar, lo dengerin gue enggak sih," ucap Revan protes.

Daniel heran melihat ekspresi Bara yang melongo dengan mata melotot.

Mengikuti arah pandang Bara, Daniel ikut terdiam terkejut.

Itu sahabat batunya?

Revan semakin kesal melihat Daniel yang ikut terdiam.

"Kal-

Ucapan Revan terpotong saat Daniel menolehkan kepalanya ke arah sepasang kekasih yang sedari tadi tidak melepas pelukannya.

Revan melotot kaget. Semua yang ada di aula tertawa pelan kala melihat ekspresi inti danger.

"KALIAN NGAPAIN?" teriak Revan mengagetkan semuanya.

Bahkan Nisa dkk, Bara, dan Revan pun ikut terjingkat kaget. 

Karena malu Diva semakin menelusup kan kepalanya ke dada bidang Adit.

Mukanya memerah malu.

Muka Adit berubah datar, menatap tajam ke arah Revan yang sudah membuat gadisnya malu.

Tanpa berkata apa pun Adit menggendong Diva ala koala dan berlalu meninggalkan mereka yang masih melongo tidak percaya.

"Adit malu," bisik Diva mengeratkan pegangannya di leher Adit.

"Enggak papa, ada gue," jawab Adit menenangkan.

**

"Woy mau lo bawa kemana sahabat gue?" seru Mira kencang.

"Itu tadi Adit enggak kerasukan kan?" tanya Revan ngawur.

"MAK GUE PENGEN KAYA ADIT," teriak Bara nyaring dengan menghentak-hentakkan kakinya.

Mereka menutup telinga, percayalah suara Bara sangat nyaring. Mereka hanya takut telinganya akan rusak mendengar teriakan Bara tadi.

"Astaga suara lo, Bar," cetus Revan melirik sinis Bara.

"Nyaring amat, budeg nih," lanjut Mira ketus.

"Harus ke THT ini mah," ucap Tika enteng.

Bara melotot kesal. Padahal suaranya limited edition tapi mereka bersikap seolah suaranya akan merusak telinga mereka. Dasar tidak berprikesuaraan.

Sebelum Bara melontarkan protesannya mereka sudah berlalu pergi Bara sendirian di aula.

Tanpa Bara sadari ternyata seluruh murid sudah keluar aula sedari tadi.

"Gini banget nasib gue," ucap Bara dramatis.

Merasa tidak mendengar suara siapa pun Bara melihat sekeliling yang ternyata hanya tinggal dirinya sendiri di dalam aula.

"Hehe kok gue sendirian ya?" tanya Bara kepada dirinya sendiri seraya mengusap tengkuknya merinding.

Berjalan pelan menuju pintu keluar. "Permisi, Bara ganteng cuma mau lewat," ucapnya sebelum berlari kencang.

**

Sahabat Diva dan Adit berjalan menelusuri koridor dengan tampang kebingungan.

"Kemana sih mereka?" tanya Nisa kesal.

Mereka sedang mencari Adit dan Diva, hampir 15 menit dan mereka belum ketemu. 

"Capek gue." Keluh Tika.

"Kita udah kemana aja tadi?" tanya Revan.

"Ke kelas, kantin, dan perpustakaan," jawab Daniel seadanya.

"Rooftop," seru Mira antusias.

Dirinya sangat yakin bahwa mereka pasti ada disana.

"Lah iya, kenapa enggak dari tadi coba," sahut Revan terkekeh.

**

Terlihat sepasang kekasih yang sedang tertidur dengan pulasnya,  dan posisi si cewek berada di pangkuan cowoknya. Tanpa memikirkan sahabatnya yang kebingungan mencari mereka.

Ya, sepasang kekasih yang tertidur dengan posisi intim itu adalah Adit dan Diva.

Tadi sewaktu keluar dari aula Diva tertidur di gendongannya, yang berakhir Adit membawanya ke rooftop. Niat hati hanya ingin menjaga Diva yang tertidur, apalah daya kala kantuk menyerangnya. Membuat ia tertidur dengan memeluk Diva erat.

**

"Gila capek banget." Keluh Tika mengelap peluh di dahinya.

"Demi diva nih gue rela naik tangga sebanyak ini," sambung Mira seraya mengatur nafas.

"Baru kali ini gue ke sini," ucap Nisa lesu.

"Udah si diem, mending kita langsung masuk aja," sela Daniel sebelum mereka mengeluh lebih banyak lagi.

Mereka masuk secara bergantian.

Setelah semuanya masuk, mereka tercengang. Pemandangan yang langka dengan posisi yang intim.

"Ini gimana?" tanya Revan berbisik.

"Bangunin lah, yakali kita diem aja," jawab Mira ngegas.

"Gue setuju sama Mira, posisi mereka tuh intim banget," tutur Nisa menunjuk Diva yang tertidur di pangkuan Adit.

Daniel mengangguk menyetujui. Memang benar, posisi mereka sangat intim untuk seukuran kekasih. Bagaimana pun mereka juga normal yang mempunyai nafsu.

"Yaudah bangunin sana!" Perintah Tika dengan seenak jidat.

"Terus lo mau ngapain?" tanya Revan ketus.

"Gue? ya diem lah," jawabnya enteng yang justru membuat temannya geram.

Ini sih definisi teman enggak ada akhlak. Mereka di suruh bangunin macan, dan dia hanya diam? Enak sekali dirimu Tika.

"Enak aja, lo juga bantu bangunin dong," tukas Mira tidak terima.

"Tinggal bangunin aja kan?" tanya Tika dengan polosnya.

"Apa lo bilang? tinggal bangunin aja? gila lo, ini yang mau kita bangunin adit, Tik," jelas Revan dengan raut tidak percayanya.

"Emang kenapa kalau Adit?" tanya Tika lagi.

"Udah deh, mending lo diem aja," sela Daniel jengah.

Mereka seharusnya bersatu. Karena kita akan membangunkan tidur ketua Danger yang terkenal bringas itu.

"Kalian kan sahabatnya, kenapa enggak kalian aja?" tanya Nisa yang di tujukan ke Revan dan Daniel.

"Bukannya gimana, kita cuma enggak mau ambil resiko. Daniel sebagai sahabat yang paling dekat sama Adit aja enggak berani, apalagi gue," jelas Revan.

"Adit itu tipe cowok yang paling enggak suka di ganggu apalagi saat tidur. Gue pernah satu kali bangunin dia, dan kalian tau apa yang Adit lakuin ke gue?" Sambung Daniel dan bertanya ke Nisa dkk.

Mereka kompak menggeleng tidak tahu.

"Adit mukulin gue sampai gue di larikan ke rumah sakit," jawabnya terus terang.

"Segitu parahnya?" tanya Tika bergidik ngeri.

Daniel mengangguk. Sampai sekarang pun Daniel tidak berani lagi membangunkan Adit. Dia trauma.

"Khem." 

Suara deheman seseorang membuat mereka meneguk salivanya susah payah. 

Dengan kaku mereka menoleh ke arah sofa. Ternyata Adit sudah bangun dan sedang menatap mereka tajam. Layaknya singa yang kelaparan.

"Hehe, Bos, lo udah bangun?" tanya Revan cengengesan.

"Yaiyalah bangun, orang matanya udah melek gitu," jawab Mira berbisik kesal.

"Ngapain?" tanya Adit dingin.

"Em kita mau manggil Diva, nah iya Diva," balas Nisa gugup.

Ingin sekali dirinya menghilang sekarang. Tidak sanggup jika harus ditatap tajam oleh Adit.

Adit tidak menjawab. Tangannya masih setia mengelus lembut rambut sang kekasih.

Merasa terusik Diva perlahan membuka matanya.

"Jangan dikucek," ucap Adit lembut seraya menjauhkan tangan Diva yang mengucek matanya.

"Hihi iya," jawab Diva tersenyum imut.

"Kalian ngapain disini?" tanya Diva kebingungan ketika melihat para sahabatnya berdiri kaku di dekat pintu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mamah Tyo
adit baik bngett yaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status