Share

10. Penyerangan

"Bang gawat bang," teriak salah satu anggota kelas 10 dengan panik.

Inti danger saat ini berada di warung belakang sekolah. Warung ini merupakan markas ke dua geng Danger.

"Kenapa, Sa?" tanya Daniel heran.

"Geng heroz nyerang sekolah, Bang," jawabnya yang bernama Aksa.

Adit geram, giginya bergemelutuk, dan tangannya mengepal hingga buku jarinya memutih.

"Kumpulin semua yang ada di sini," ucap Adit tegas.

Tidak ada yang bersuara. Karena mereka tahu bahwa Adit saat ini sedang emosi. Mereka tidak mau menerima resiko babak belur di tangan Adit.

"KUMPUL!" seru Adit dengan tegas.

Semuanya langsung lari terbirit-birit mendekati Adit.  Bahkan sampai ada yang terjungkal karena tidak memperhatikan jalan saking terburu-burunya.

"SIAP," ucap semuanya lantang.

"Kita menggunakan formasi seperti biasa. Jangan kepancing emosi, saling melindungi dan jika tidak kuat boleh mundur," jelasnya dengan sorot mata yang tajam.

Mereka meneguk salivanya susah payah. Adit sangat mengerikan jika emosi.

"Siap, Ketua," jawab mereka serempak.

Adit berjalan dengan tegas menuju gerbang belakang sekolah yang di ikuti anggota danger.

Pasukan yang dibawa Adit saat ini hanya berjumlah 100 orang dan itu hanya yang satu sekolah dengan Adit.

**

Bugh!

Prang!

"KELUAR LO BAJINGAN," teriak Cakra ketua geng heroz.

"PENGECUT LO," sambung Rizal wakilnya.

"DIMANA LO PENGECUT," teriak Cakra lagi.

"Gue disini." Suara dengan nada dingin langsung mengalihkan perhatian mereka.

Anggota geng heroz yang tadinya melempari sekolah dengan batu pun ikut berhenti.

"Ngapain lo?" tanya Adit dengan suara seraknya.

"Gue mau geng Danger tunduk sama geng heroz," ucap Cakra menantang.

Tangan Adit mengepal begitupun dengan anggota inti danger.

"Enggak akan pernah," sahut Adit tegas.

"Pengecut lo," ejek Cakra menyeringai.

"Lo yang pengecut." Mata Adit berkilat marah, hawa dingin menguar dari tubuhnya.

Semua yang ada di lapangan menelan salivanya susah payah.

Apalagi anggota heroz yang sudah gemetar ketakutan.

Gue enggak mau mati, masih pengen nikah.

"SERANG!" teriak Cakra sebagai bentuk pengalihan rasa takutnya saat merasa hawa mencengkam dari Adit. Geng danger tidak boleh tau bahwa dirinya sedang ketakutan.

"DANGER," seru Adit dengan tangan terkepal ke atas.

"WE HAVE THE WINNER," jawab seluruh inti dan anggota danger lantang.

Baku hantam antara ke dua geng berlangsung sengit.

Anggota heroz banyak yang membawa senjata tajam.

Geng heroz memang terkenal dengan kelicikannya di medan perang.

Walaupun selalu menggunakan senjata tajam mereka tetap kalah jika melawan geng danger. Apalagi posisi danger merupakan geng terkuat di Jakarta. Dari situlah anggota heroz terutama Cakra membenci Adit dan danger.

Apapun yang kamu lakukan dengan cara tidak baik maka akan berakhir tidak baik.

Begitu pula dengan geng heroz.

Sudah banyak anggota heroz yang tumbang. Sedangkan anggota danger masih terlihat lengkap.

"Lo kalau mukul bilang dulu dong," sungut Bara kesal saat musuhnya membogem dirinya saat lengah.

"Harus bilang dulu ya?" tanya anggota heroz yang diketahui bernama Paijo.

"Iya dong," jawab Bara enteng.

"Gue ulang dari awal ya." Beri tahu Paijo dengan kembali ke posisi awal.

"Bar, gue ijin nonjok muka lo ya?" ucapnya dengan polos.

"Enggak boleh," sahut Bara ketus.

"Harus gantian dong." Lanjutnya tersenyum tengil.

"Oh, boleh deh," jawab Paijo senang.

Bugh!

"Rasain noh, siapa suruh nonjok muka ganteng gue," ejek Bara dan langsung melenggang pergi meninggalkan Paijo yang meringis kesakitan.

Revan yang melihat interaksi Bara pun tidak dapat menahan tawanya.

"Bisa-bisanya gue punya temen modelan kaya Bara," ucap Revan disela tawanya.

Saat ini Revan sedang duduk di punggung salah satu anggota geng heroz yang sudah ia buat pingsan.

Disini lain Daniel sedang melawan 4 anggota heroz secara bersamaan. Tanpa menunggu lama dirinya bisa menumbangkan mereka semua.

"Huh lemah," gumamnya melihat kearah anggota heroz yang terkulai lemah.

Hanya tinggal Adit dan Cakra yang masih bertarung. Namun kondisi Cakra sangat memprihatinkan dengan lebam dimana-mana. Sedangkan Adit masih sama seperti awal, tidak ada luka apapun di tubuhnya.

"Ngapain lo nyerang sekolah gue?" tanya Adit disela baku hantamnya.

"Memangnya enggak boleh?" tanya balik Cakra menantang.

"Lihat sekeliling lo!"

Melihat seluruh anggotanya terkapar tak berdaya membuat Cakra mendengkus sebal. Walaupun seluruh anggotanya sudah habis tetapi dirinya tidak boleh kalah.

"Mereka boleh kalah, tapi gue enggak," ucap Cakra tegas.

"Gue pastikan lo yang akan kalah," lanjutnya penuh percaya diri.

"Dalam mimpi," jawab Adit tersenyum miring.

Adit membabi buta tanpa memberikan Cakra kesempatan membalas pukulannya.

Anak danger yang melihat kebringasan Adit bergidik ngeri.

Memang benar, seseorang yang terlihat tenang akan menjadi mengerikan jika marah.

Sama seperti Adit. Jika di luar Adit memang terlihat cuek dan enggak peduli sekitar tetapi jika ada yang memancing emosinya dia akan berubah menjadi monster.

Napas Adit memburu sambil melihat Cakra yang tidak sadarkan diri dengan darah mengucur dari hidungnya.

"Bersihkan!" perintah Adit kepada anggotanya.

"DANGER."

"YES WE WINNER."

"Yeyeye kita menang lagi," ujar Bara bertepuk tangan heboh.

"Kita ke aula," ucap Adit berjalan meninggalkan mereka.

"Ngapain kita ke aula?" tanya Bara kebingungan.

"Diva."

Jawaban singkat Daniel membuat Bara melotot kan matanya kaget. Dirinya baru ingat dengan kekasih bosnya itu.

**

"Udah dong, Va," ucap Mira jengah.

Sedari awal masuk ke aula Diva selalu mondar-mandir, membuat ketiga sahabatnya jengah.

Kalau sudah bucin susah memang.

Diva mendengkus sebal, ini sudah ucapan yang ke 20 kali Mira lontarkan. Mereka tidak tahu saja bagaimana rasanya khawatir pada orang tersayang.

"Gue khawatir tahu," ucap Diva menggigit jarinya dan kembali berjalan mondar-mandir.

"Kita pusing, Diva," sahut Tika kesal.

Guru-guru dan para murid terkekeh geli melihat kelakuan mereka.

"Diva, duduk sini," ajak Nisa lembut.

"Enggak," tolaknya tanpa melihat ke arah Nisa yang tersenyum paksa.

Lagi, sudah beberapa kali dirinya mengajak Diva duduk, dan hasilnya selalu di tolak.

"Bunuh sahabat sendiri boleh enggak sih?" tanya Mira frustrasi.

Yang di jawab senyuman paksa oleh Nisa.

Suara pintu dibuka secara paksa membuat seisi aula ketakutan. Mereka berfikir jika itu anggota heroz.

Saat pintu sudah terbuka muncul seorang pemuda tampan dengan peluh yang menetes. Semua terpesona dengan visual Adit yang sangat sempurna.

Dengan segera Adit berjalan ke arah Diva yang masih tidak menyadari kehadirannya.

"Va," panggil Adit pelan.

Dengan cepat Diva menoleh kala mendengar suara orang yang sedari tadi dia khawatirkan.

"Adit," serunya senang. Tanpa aba-aba Diva langsung menubruk Adit dengan pelukan.

Adit terkejut, dirinya tidak menyangka Diva akan memeluknya di depan banyak orang seperti sekarang.

Namun tak lama dirinya membalas pelukan Diva tak kalah erat. Menghirup dalam aroma strawberry yang menguar dari rambut gadisnya.

Pekikan histeris dari kaum hawa tak membuat kedua sejoli itu melepas pelukannya. Satu kata yang mereka rasakan, nyaman.

Nisa dkk hanya melongo melihat tingkah Diva.

"ADIT."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mamah Tyo
ko bsa geng heroes nyerang sekolah lngsung..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status