Home / Romansa / ADDIVA / 7. Pemilihan Ketua

Share

7. Pemilihan Ketua

Author: Ervin Warda
last update Last Updated: 2021-06-08 10:59:26

Jika menghadapi lawan kita tidak perlu tergesa-gesa. Cukup tenang dan buat lawan mu bungkam dengan keberhasilan  mu.

Seperti yang dilakukan Diva sekarang. Jika orang lain mungkin sudah gugup, namun Diva tetap tenang dengan senyum manisnya.

"INI DIA DIVA," ucap Bu Rere keras.

"Woooo." Sorakan mereka terdengar bersahutan.

Gerakan Diva mencepol rambutnya asal membuat semuanya terpekik takjub, dimana ia memperlihatkan leher jenjang putih mulusnya.

Semua kaum Adam menelan salivanya susah payah, bahkan pak satpam sampai terjungkal karena terlalu fokus melihat Diva.

Disaat semua orang takjub, berbeda dengan Adit yang justru menggeram marah. Dirinya tidak suka berbagi, Diva miliknya untuk sekarang dan selamanya.

Gigi Adit bergemelutuk menahan emosi, mereka yang merasakan aura negatif dari Adit langsung mengalihkan pandangan, tidak mau berurusan dengan ketua danger yang terkenal bringas.

"Jangan menatap Diva seperti itu, dia milik gue," ucap Adit penuh penekanan.

"Udah dit, tahan emosi lo." Daniel mencoba menenangkan, bisa bahaya jika Adit terlalu emosi.

Alunan lagu mengalihkan perhatian semuanya bahkan Adit sekalipun.

Diva melakukan gerakan dengan luwesnya.

I let my soul fall into you🎶

I never thought i'd fall right throught🎶

I feel for every word you said🎶

You made me feel i needed you🎶

And forced my heart to think it's true🎶

But i found i'm powerless with you🎶

Now i don't need your wings to fly 🎶

No, i don't need a hand to hold on mine this time 🎶

You held me down, but i broke free🎶

I found the love inside of me🎶

Now i don't need a Hero to survive🎶

'cause i already saved my life🎶

'cause i already saved my life🎶

Semua mata menatap takjub, bahkan tidak jarang terdengar decakan kagum kala melihat Diva melakukan dance dengan apik dan lincah. Dibandingkan Angel tadi, Diva begitu terlihat profesional.

"WOO DIVA KEREN."

"KEREN BANGET YA AMPUN."

"LINCAH BANGET WOY."

"KAK DIVA AKU PADAMU."

"ITU BADAN SEPERTI TANPA TULANG."

Teriakan mereka saling bersahutan ketika Diva menyelesaikan gerakan terakhir dance dengan sempurna.

Bahkan guru-guru ikut berdecak kagum melihat keluwesan Diva.

Jarang sekali mereka melihat dance dengan begitu sempurna, hanya Diva yang bisa.

"Ish kenapa pada heboh sih?" tanya Angel menggeram kesal.

"Tenang ngel, kita selalu dukung lo," sahut sahabat Angel menenangkan.

Dia merupakan salah satu sahabat Angel bernama Jasmine Rosalina yang memiliki sifat sama seperti Angel yaitu sombong dan angkuh.

"Tapi Diva keren banget tahu," celetuk seorang gadis berbando pink di antara keduanya. Dia sahabat Angel yang bernama Nina Carolline. Di antara mereka bertiga, Nina lah yang paling lemot.

"Apaan sih lo!" sentak Angel melotot yang dibalas tatapan bingung oleh Nina.

"Udah ngel, kan lo tau kalau tuh bocah emang gitu," jawab Jasmine seraya melirik sinis kearah Nina.

"Maafin Nina ya," cicitnya dengan kepala menunduk, tak berani menatap kedua sahabatnya.

**

"Gila keren banget itu si Diva," celetuk Bara dan Revan heboh.

"Ternyata Diva semakin keren," ucap Tika menatap kagum ke arah Diva.

"WOY BOS LO KENAPA?" teriak Bara mengagetkan Adit, bahkan para sahabatnya juga ikut kaget.

Mereka menatap menggoda ke arah Adit, si ketua danger.

"Ciee si bos terpesona," celetuk Revan dengan senyum menjengkelkan.

"Bos kita udah besar woy," sahut Bara dengan tertawa diakhir kalimatnya.

"Sahabat kita cantik banget ya dit?" goda Nisa dkk serempak.

"Apaan sih lo pada," ketus Adit melirik sinis ke arah mereka semua.

Daniel hanya tersenyum geli. Sahabatnya yang satu itu gengsinya memang besar.

Mereka dibuat bingung ketika mendengar alunan lagu lagi, bukannya Diva sudah selesai? Kok lagunya diputar lagi?

**

"Saya mau ke sahabat saya ya, Bu," ucap Diva meminta izin ke Bu Rere.

"Memangnya sudah selesai?" tanya Bu Rere mendengkus geli.

"Memangnya belum ya, Bu?" tanya balik Diva kebingungan.

"Di tanya apa di jawab apa, ya belum lah," sahut Bu Rere dengan kekehannya.

"Ko-

"Sudah sana kamu kembali ke posisi awal," potong Bu Rere.

Walaupun masih kebingungan Diva tetap menuruti perintah gurunya itu.

"Ini gue disuruh dance? Gerakannya ikutin lagunya gitu?" Batin Diva bingung.

Lagu mulai diputar, semua fokus ke arah Diva penasaran.

Sedangkan Diva mencoba meresapi lagu agar bisa senada dengan gerakan dancenya.

Setelah merasa pas, ia menganggukkan kepala pertanda bahwa dirinya siap kepada Bu Rere.

I Saw you🎶

And knew what i was trying to do🎶

I had to play it real, real smooth🎶

And once i finally made my move🎶

I went crazy over you (ah, ah)🎶

Over you, only you (ah, ah)🎶

I went crazy over you🎶

Like eee, eee, eee🎶

Gerakan melepas cepolan rambut hingga tergerai indah bersamaan dengan musik yang berakhir.

"Keren banget."

"Damage nya enggak kaleng-kaleng."

"Jadikan gue suamimu plis."

"Kak Diva woah."

"Sahabat gue tuh."

"Pacar bos gue tuh."

Teriakan mereka seketika senyap kala mendengar seruan terakhir, siapa lagi kalau bukan Bara. Karena hanya Bara lah yang berani berteriak seperti itu.

Dengan langkah tegas Adit berjalan ke arah Diva.

"Jangan pakai seperti ini lagi," bisik Adit seraya memakaikan jaket kebanggaannya ke Diva.

"Lo cuma milik gue va," gumam Adit dengan mengecup kening Diva.

Diva hanya bisa diam mematung, lidahnya terasa kelu. Apalagi saat ini jantungnya berdegup sangat kencang. Tidak pernah terbayangkan oleh dirinya bahwa Adit bisa bersikap se-romantis ini.

Mereka tercengang dengan apa yang dilakukan ketua danger tersebut. Bagaimana bisa Adit yang di kenal bringas menjadi romantis seperti itu.

"Gila itu Adit bucin banget," gerutu Bara iri.

"Ya karena punya pacar," jawab Daniel enteng.

"Mampus lo," ejek Revan tersenyum tengil.

Tanpa menjawab ejekan Revan, Bara  berjalan menuju ke arah Tika.

"Tik pacaran yuk!" ajaknya dengan nada memelas.

"Pacaran aja sana sama pilar," jawab Tika ketus.

"Hahaha sykurin lo," celetuk Mira tertawa.

**

Berbeda dengan kedua sejoli yang sedang dimabuk cinta. Angel justru seperti cacing kepanasan.

Apalagi kala melihat bagaimana perilaku Adit yang begitu romantis.

"Awas aja lo Diva," lirih Angel dengan menatap tajam ke arah Diva.

"Lo enggak akan gue lepaskan," lanjutnya penuh tekad.

Tidak tahu saja, bahwa Diva merupakan anak kesayangan keluarga purnama.

"Lo akan melakukan apa ngel?" tanya Jasmine serius.

"Lihat saja nanti," jawab Angel tersenyum misterius yang diangguki kedua sahabatnya.

**

"Kepala sekolah dan para guru sudah memutuskan, bahwa ketua dance jatuh kepada," ucap Bu Rere menggantung membuat suasana menegang, walaupun tak sedikit dari mereka yakin bahwa Diva lah yang akan terpilih.

"DIVA," lanjut Bu Rere semangat.

"SELAMAT DIVA," ucap semuanya kompak, bahkan guru-guru pun ikut berucap.

Sedangkan yang terpilih hanya bisa tersenyum manis. Berada di kondisi seperti ini sudah biasa baginya.

"Terima kasih, Bu," ujar Diva mencium tangan Bu Rere.

"Sama-sama Nak, tolong buat dance semakin maju ya?" pinta Bu Rere.

"In sya Allah, Bu," jawab Diva mantap.

Kring kring kring

"YEAY!!"

Murid-murid bergegas pulang kala mendengar bel. Mereka akan memanfaatkan waktu ini dengan baik. Seperti jalan-jalan, shoping, atau cuma rebahan.

Ada yang sama?.

**

"Diva selamat ya," teriak Tika cempreng.

"Aaa lo keren banget sih," sambung Mira antusias.

"Diva memang enggak pernah mengecewakan," sahut Nisa seraya memeluk Diva yang di ikuti kedua sahabatnya.

"Ikut peluk," celetuk Bara lebay.

"Lo pulang lewat mana?" tanya Adit dingin.

"Hehe Pak Bos, ampun," ujar Bara cengengesan.

Tanpa menjawab Adit langsung menuju ke arah Diva.

"Huh selamat," gumam Bara.

"Ayo pulang!" ajak Adit menggandeng tangan Diva lembut.

"Guys gue pulang duluan ya," pamit Diva yang dibalas anggukan oleh yang lain.

"Hati-hati, Diva."

"Hati-hati, Bos."

Seru mereka bersamaan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mamah Tyo
duhh bos angker ko jdi bucin gtu yaa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ADDIVA   83. Hamil?

    Adit mengalihkan pandangannya seraya menghela napas pelan. Kemudian kembali menatap kedua sahabatnya dengan raut serius. Meskipun ragu, dia akan mengatakannya karena mereka harus tahu kebenarannya."Karin hamil." Adit berkata dengan suara yang begitu pelan. Namun meskipun begitu, Bara dan Revan masih dapat mendengar dengan jelas.Tubuh keduanya mendadak kaku dengan mulut setengah terbuka. Mereka tidak salah dengar 'kan?"Ha ha pasti itu cuma alasan lo biar enggak dimarahi kami 'kan?" tanya Revan tertawa garing.Tawa Bara menguar, seolah apa yang diucapkan Adit adalah hal paling lucu. "Lo emang enggak pantes ngelawak, Dit. Nanti berguru sama gue. Jangan bawa-bawa kehamilan anjir, ngeri gue."Tangan Adit terangkat menepuk bahu kedua sahabatnya diikuti dengan gelengan kepala."Gue enggak lagi ngelawak. Ini beneran, Karin hamil anak gue," ucap Adit berhasil menghentikan tawa Bara.Raut wajah laki-laki yang suka bercanda itu berubah menjad

  • ADDIVA   82. Undangan Pertunangan

    Kini giliran mereka yang terdiam. Benar-benar tidak menyangka dengan jawaban Diva yang sedikit menyentil hati mereka. Hati dan perasaan seseorang memang tidak bisa ditebak. Kemarin suka dan sekarang benci. Revan mengkode Bara melalui lirikan mata. Diam-diam dia meringis tidak enak. Berada di situasi seperti ini sangat tidak nyaman. "Va, sorry, gue engg-" "Enggak papa kok," sela Diva memotong ucapan Bara dengan wajah datarnya yang semakin membuat laki-laki itu merasa bersalah. "Gue minta maaf. Gue sama sekali enggak maksud ngomong gitu," cicit Bara. Daniel maju selangkah lalu mengusap rambut Diva lembut. "Pikirin baik-baik sebelum membuat keputusan." Diva hanya mengangguk pelan. Melihat pemandangan di depannya membuat Nisa mengalihkan pandangannya. Hatinya berdenyut sakit. "Ngelihat lo kayak gini malah bikin gue sa

  • ADDIVA   81. Terima Kasih, Adit

    Dengan posisi yang masih membelakangi Adit, Diva mengukir senyum tipis penuh luka. Di posisinya ini, dia juga melihat kedua sahabatnya yang berdiri kaku beberapa langkah di depannya. Perlahan Diva membalikkan badannya, menatap laki-laki yang sudah memberikan banyak rasa kepadanya. "Kenapa harus marah? Gue enggak marah sama sekali. Lagi pula lo enggak punya kesalahan yang harus gue marahin, Adit." "Terus, kenapa lo beda?" tanya Adit menatap Diva sayu. Diva menoleh ke samping lalu menarik napas pelan dan kembali menatap Adit. Namun kali ini tatapannya tidak lagi lembut, melainkan datar. "Apanya yang beda? Gue emang kayak gini. Lo 'kan enggak kenal sama gue, jadi wajar kalau ngerasa gue beda," jawab Diva tenang. Langkah kaki Adit perlahan membawanya mendekat ke arah Diva. "Gue minta maaf kalau ada salah. Gue ... gue ngerasa enggak suka sama sikap lo yang kayak gini, Diva," ucapnya bersungguh-sungguh. "Semua kesalahan lo udah gue maafin ko

  • ADDIVA   80. Aku Pergi Kamu Mendekat

    Baru saja Nisa akan menjawab, suara dentingan sendok mengalihkan perhatian semuanya. Pelakunya adalah Diva. Dia sengaja sedikit membanting sendok karena terlalu risih dengan tatapan dua laki-laki yang tak lain adalah Adit dan Daniel. "Loh, Va, lo mau ke mana?" tanya Mira heran saat melihat Diva bangkit dari duduknya, padahal mereka belum selesai bahkan baru saja mulai. "Kelas," jawab Diva singkat dan langsung melenggang pergi. Meninggalkan tanda tanya besar untuk sahabatnya. "Makanannya belum habis loh," tunjuk Tika ke arah makanan Diva yang baru termakan sedikit. Mereka saling pandang lalu menggeleng dengan kompak. Mereka bingung kenapa Diva menjadi seperti ini. Disuruh bercerita menolak, mau menebak pun mereka juga tidak bisa. Karena ekspresi Diva terlihat biasa saja, tidak ada emosi. "Diva sebenarnya kenapa sih?" tanya Bara bertopang dagu menatap ke arah perginya Diva.

  • ADDIVA   79. Menjadi Pendiam

    "Pagi, Cantik," sapa Bara kepada Diva yang lewat di depannya dengan senyum lebar.Diva menoleh dan tersenyum tipis. "Pagi, Bar," balasnya kemudian langsung melenggang pergi, tanpa menatap inti dan anggota danger lainnya.Bukan hanya Bara yang merasa heran, tetapi semua yang ada di parkiran juga merasa kalau Diva sedikit berbeda. Biasanya gadis itu akan menyapa dengan riang, bahkan ikut bergabung. Apalagi jika ada Adit.Namun sekarang, gadis cantik itu hanya membalas dengan singkat tanpa melihat ke yang lain. Bahkan ke Adit pun tidak."Diva kenapa cuek gitu ya?" tanya Bara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Apa kalimat sapaannya salah, sampai Diva marah karena dipanggil cantik?"Dia juga enggak nyapa kita. Tumben banget dia enggak semangat gitu, padahal di sini ada Adit," sahut Revan menatap punggung Diva yang semakin menjauh."Mungkin udah enggak mau lagi sama Adit," celetuk Bara asal.Mendengar celetukan sahabatnya, Adit langsung

  • ADDIVA   78. Hati Gue Kenapa?

    Diva tersenyum tipis, dengan pelan dia melepas pelukan Tika yang begitu erat. Bukannya tidak senang, tetapi di sebelahnya ada Mira yang sudah tertidur pulas. Dia tidak mau mengganggu sahabatnya itu hanya karena terjepit oleh Tika. "Gue enggak papa kok. Maaf udah buat lo khawatir," jawab Diva merasa bersalah. "Terus lo ke mana? Kenapa enggak balik ke kelas? Kenapa di toilet juga enggak ada?" tanya Tika beruntun. Nisa menghela napas pelan mendengar pertanyaan Tika. Sudah dia duga, gadis itu pasti bertanya secara bertubi-tubi. "Lo enggak bisa tanya satu-satu ya, Tik? Gue pusing dengarnya." "Gue enggak tanya sama lo, jadi lebih baik lo diam aja. Mimpi apa gue bisa punya sahabat kayak lo sama Mira. Gampang emosi dan suka komentar sama apa yang gue lakuin," gerutu Tika memberenggut kesal. Diva menggelengkan kepalanya pelan menyaksikan perdebatan para sahabatnya. Sudah tidak asing lagi jika

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status