Share

Bab 6

last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-29 12:49:57

AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU

Aaaaaa ... teriakku dan langsung menghentikan mobil dengan mendadak.

Kur*ng aj*r kamu, Pa. Ternyata kalian sudah melangsungkan pernikahan siri. Sudah sejauh ini kalian mempermainkan perasaanku. Breng*ek kalian.

Aku yang tidak bisa mengontrol emosi membuat Dina hanya terdiam dengan menundukkan kepala.

"Apa saya salah, Din, kalau membalas perbuatan mereka yang sudah keterlaluan seperti itu?"

Dadaku bergetar hebat. Keinginan untuk membuat mereka menyesal semakin kuat setelah aku mengetahui kalau mereka ternyata sudah menikah siri.

Tadinya aku ingin memberitahu pemilik rumah yang dikontrak Indri agar dia di usir. Ternyata, aku malah mendapat kabar tentang pernikahan mereka.

"Din, kamu kembali ke toko naik taksi, ya! Terima kasih, kamu sudah banyak membantu saya."

"Sa-sama-sama, Bu Arin. Saya akan selalu membantu Bu Arin kapanpun di butuhkan."

Aku membalas ucapan Dina dengan senyuman.

Segera kulajukan mobilku setelah Dina turun. Air mata yang sejak tadi kutahan akhirnya tumpah juga.

Apa salahku, Pa? Kenapa kamu tega melakukan hal ini.

Kuusap air mata dengan kasar dan melajukan mobil lebih kencang lagi. Sekuat apapun aku menahan rasa sakit ini, tetap saja masih begitu terasa.

***

Sepertinya rumah Feby sedang ramai. Lebih baik aku pulang saja. Tadinya aku ingin cerita hal ini dengan Feby agar perasaanku sedikit lega.

"Ariin ...," teriak Feby membuatku menghentikan langkah yang sudah ingin beranjak pergi.

"Kenapa ngga masuk aja? Biasanya juga gitu. Bentar-bentar, kamu habis nangis ya, Rin? Kenapa lagi? Ayo masuk! Dan ceritakan semuanya!"

Aku hanya berdiri mematung dengan perasaan yang campur aduk.

"Arin? Ayo masuk, Rin!" sapa Daffa yang tiba-tiba juga keluar.

Aku pun berusaha tersenyum meski rasanya masih sulit.

"Feb. Aku pulang aja, ya."

Feby langsung menarik tanganku dan mengajak masuk ke dalam.

Di dalam banyak keluarga Feby yang sedang berkumpul. Sepertinya waktuku tidak tepat datang ke sini. Harusnya tadi aku langsung pulang saja.

"Lho, ternyata ada Arin. Kamu apa kabar, Rin? Makin cantik aja," sapa mamanya Feby padaku.

"A-Arin, baik Tante. Tante sendiri apa kabar?" Aku berusaha untuk tetap tenang menahan rasa sakit yang berkecamuk di dalam dada.

"Alhamdulillah Tante baik juga, Rin. Sini, Tante kenalin sama keluarga Tante!"

Aku pun bersalaman satu per satu dengan keluarga Feby yang begitu ramah.

Tidak berapa lama setelah mengobrol dengan mereka, Feby mengajakku masuk ke kamarnya.

Sepertinya Feby paham kalau aku merasa kurang nyaman dengan situasi yang begitu ramai.

Hahh ... kuhembuskan napas kasar dan menjatuhkan tubuh ini di atas ranjang.

"Rin, sekarang kamu cerita! Aku tahu kamu sedang menyimpan sesuatu," ucap Feby dengan ikut merebahkan tubuhnya.

Aku masih terdiam dengan mata yang yang terpejam. Kini wajah dua pengkhianat itu terus berputar-putar di pikiran.

"Rin, kamu ngga mau cerita? Yakin?" tanya Feby yang tidak akan diam sebelum aku cerita.

"Mas Ridwan sudah menikah."

"Ya emang Mas Ridwan sudah menikah. Nah kamu 'kan istrinya. Terus, apanya yang aneh?"

"Menikah dengan Indri," jawabku singkat dengan tetap memejamkan mata.

Sesaat suasana menjadi hening ketika Feby tidak menjawab sepatah katapun setelah mendengar ucapanku.

Dia hanya terdiam dan mengusap air mataku yang tidak terasa menetes.

Aku pun langsung beranjak dari rebahanku dan duduk bersandar di bantal.

"Feb, apa sebagai istri, aku belum menjadi istri yang baik? Sampai-sampai Mas Ridwan berpaling dengan perempuan lain. Kasih tahu aku, Feb, di mana kekuranganku! Jangan kamu membelaku kalau memang benar seperti itu!"

Feby langsung ikut bangun dan memandangku dengan tatapan iba.

"Bukan kamu yang tidak baik, Rin. Tapi Mas Ridwan yang tidak bisa bersyukur memiliki istri sepertimu. Bukan karena aku sahabatmu lantas bicara seperti ini. Tapi aku bicara apa adanya."

Feby pun langsung memelukku begitu erat.

***

"Semua barang Mas Ridwan tidak ada yang tertinggal di rumah ini lagi 'kan Mbak?"

"Ti-tidak, Bu. Tapi kalau saya boleh tahu, kenapa Bu Arin mengemasi semua barang Pak Ridwan?" tanya Mbak Jum dengan terus memasukkan barang-barang milik Mas Ridwan di dalam koper.

Aku ingin Mas Ridwan keluar dari rumah ini. Dia sudah terlalu jauh membohongiku. Apa yang dia katakan bahwa Indri rela menjadi istri kedua meskipun menikah siri, ternyata semua itu sudah dilakukannya. Aku telah dimadu secara diam-diam.

Selesai mengemasi semua barang milik Mas Ridwan, aku menaruh beberapa koper tersebut di luar.

"Ayo, Mbak, kita masuk!"

Mbak Jum melangkahkan kaki dengan terus menatapku. Mungkin dia masih penasaran dengan apa yang aku lakukan.

Nanti kamu juga akan tahu, Mbak. Kenapa aku melakukan semua ini. Rumah tanggaku dengan Mas Ridwan telah hancur karena kedatangan Indri.

Aku pun langsung masuk ke kamar untuk menemani Arza. Kualihkan pikiranku dengan mengajak Arza bermain. Dia terlihat begitu asyik dengan mainannya. Wajah polosnya mendamaikan hatiku yang penuh amarah.

Sabar ya, Nak! Meskipun Papa dan Mama harus berpisah. Tapi Mama janji, akan terus membuatmu bahagia.

"Mbak Jum ... Mbak," terdengar teriakan Mas Ridwan memanggil Mbak Jum.

Mas Ridwan ternyata sudah pulang. Tapi kenapa aku tidak mendengar suara mobilnya?

Aku pun langsung keluar dari kamar dan meninggalkan Arza sendirian dengan mainannya.

Terlihat Mbak Jum hanya berdiri dengan menundukkan kepalanya di depan Mas Ridwan.

"Mbak, dari tadi aku ini tanya sama kamu. Kenapa semua barang-barangku ada di luar? Apa susahnya tinggal menjawab saja."

"Sa-saya,"

"Aku yang menaruh semua barang-barang kamu di luar," tegasku memotong ucapan Mbak Jum.

Mas Ridwan langsung berjalan mendekatiku.

"Apa maksudmu, Ma?"

Bo*oh. Masih saja kamu belum paham dengan apa yang aku lakukan ini, Pa.

"Kamu masih tanya apa maksudnya? Heh ... aku pikir kamu cerdas."

Mas Ridwan langsung menarik tanganku dengan kasar. Aku pun menarik kembali tanganku dan mendorong tubuh Mas Ridwan.

"Kamu itu kenapa sih, Ma? Heran aku."

"Aku ingin kamu angkat kaki dari rumah ini! Dan jangan pernah kembali lagi!"

Mas Ridwan terlihat begitu kaget mendengar ucapanku. Begitu juga dengan Mbak Jum yang berdiri di belakang Mas Ridwan.

"Oh ... aku tahu kenapa sikapmu berubah, Ma. Karena kamu memiliki laki-laki lain 'kan? Laki-laki yang tadi siang datang ke toko kita bersama Feby. Tak heran kalau sikapmu sangat keterlaluan padaku."

PLAAKKK

Tamparan keras kulayangkan di wajah suamiku untuk kedua kalinya. Maafin aku, Pa, kalau harus bersikap kasar seperti ini. Tapi lagi-lagi kamu melukai perasaanku atas tuduhanmu itu.

"Jangan pernah kamu samakan aku dengan dirimu ataupun perempuan mu*ahan itu! Aku sudah bilang 'kan. Ceraikan aku dulu sebelum kamu menikahi perempuan itu. Kamu paham!" terangku dengan nada begitu tinggi.

Kamu sudah salah, Pa. Sangat salah. Tapi masih saja membela diri. Bahkan tega menuduhku yang tidak-tidak.

"Maksud kamu apa? Kenapa tiba-tiba menyuruhku angkat kaki dari rumah ini? Ini juga rumahku."

"Bukan. Karena rumah ini akan menjadi milik Arza. Dan kamu, pulang saja ke rumah istri simpananmu, Indri."

Seketika raut wajah Mas Ridwan terlihat pucat. Dia langsung menyandarkan tubuhnya di pinggiran tembok.

"Istri? Mak-maksud Bu Arin, Indri istrinya Pak Ridwan?" tanya Mbak Jum dengan langkah lemas berjalan mendekatiku. "Itu tidak benar 'kan Pak Ridwan? Indri bukan istri Bapak 'kan?" cecar Mbak Jum pada Mas Ridwan.

Sepatah katapun tak terlontar dari mulut Mas Ridwan. Sepertinya dia begitu syok. Karena kebohongan demi kebohongan selalu terbongkar.

Sepandai-pandainya kamu menyimpan bangkai, akhirnya tercium juga, Pa.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU   Bab 25 TAMAT

    AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKULima tahun penjara. Hukuman untuk Indri dan Mbak Jum karena ulahnya sendiri. Setelah melewati beberapa kali sidang, akhirnya aku mendengar putusan Majelis Hakim yang membuat hatiku merasa lega. Semua itu salah kalian sendiri. Kenapa harus menghalalkan segala cara hanya demi harta. Ayah dan Ibu langsung memelukku begitu erat. Mereka juga merasakan hal yang sama sepertiku setelah mendengar putusan tersebut.Aku menatap tajam Indri dan Mbak Jum yang hanya bisa menundukkan kepala di depanku. Hukuman itu memang pantas kalian dapatkan. Orang-orang yang dulu menyakitiku, kini sudah mendapatkan balasannya. -----------Aku hanya bisa membolak-balikkan tubuh ke kanan dan ke kiri. Mungkin sampai pagi aku tidak akan bisa memejamkan mata. Perasaan deg-deg'an sudah begitu terasa malam ini. Apalagi besok saat ijab qobul.Ya. Aku dan Daffa akan melangsungkan akad nikah besok pagi. Tujuh bulan setelah acara lamaran.Tok tok tok "Rin, kamu sudah tidur?" panggil i

  • AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU   Bab 24

    AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKUSebuah pesan dari Indri masuk. Dia memberitahu alamat di mana kami akan bertemu. Dan tetap memberi sebuah ancaman untukku agar tidak lapor polisi."Rin, terus bagaimana ini? Kamu buruan ambil uang dan berikan pada mereka. Agar Arza segera pulang," tegas ibu.Karena harta mereka melakukan hal bodoh yang akan menjerumuskan mereka ke dalam penjara."Arin akan datang, Bu, dengan membawa uang. Tapi bukan untuk diberikan melainkan untuk Arin pamerkan.""Maksudnya, Rin? Kamu jangan main-main! Arza ada bersama mereka."Ayah dan Ibu ikut, tapi dengan mobil lain! Jangan bareng sama Arin! Nanti ikuti Arin agak jauh! Kita ikuti saja akting mereka, Bu!"Mbak Jum, Indri. Kalian itu terlalu amatir untuk melakukan hal seperti itu. Terlalu memaksa meniru adegan seperti di sinetron.Bukan tidak khawatir Arza di tangan mereka. Tapi aku lebih khawatir kalau Arza di tangan penculik asli.***Drrttt drrttt drrttt"Aku sedang perjalanan. Tenang saja! Uangnya sudah ada.""Bu A

  • AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU   Bab 23

    AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU"Arin, bukannya Ayah dan Ibu memaksa kamu. Tapi ini sidang terakhir kasusnya Ridwan. Setidaknya kamu datang untuk memberi dukungan kepada Ridwan sebagai ayahnya Arza, tidak lebih," terang ibu yang terus berharap agar aku datang dalam sidang terakhir kasusnya Mas Ridwan."Tapi, Bu. Ibu tahu sendiri 'kan kalau sekarang ibunya Mas Ridwan begitu benci dengan Arin. Apalagi setelah tahu Arin dan Daffa menjalin hubungan.""Biarkan saja, Rin! Cepat atau lambat ibunya Ridwan juga akan paham.""Arin tidak mau, Bu."Ayah dan Ibu terus memaksa agar aku mau datang dalam sidangnya Mas Ridwan yang terakhir kalinya.Akhirnya dengan terpaksa aku pun mengiyakan keinginan mereka.Selama perjalanan, aku lebih memilih diam. Bukannya aku ingin memutus silaturahim dengan Mas Ridwan dan orang tuanya. Tetapi dengan sedikit menjauh dari mereka, aku bisa lepas dari bayang-bayang yang berhubungan dengan Mas Ridwan. Sudah cukup selama ini waktuku terbuang untuk urusan yang berhubu

  • AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU   Bab 22

    AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU "Arin ...," teriak Feby yang tiba-tiba muncul di ruang kerjaku.Aku hanya diam dan santai melihat sikap Feby. Sudah tidak kaget, tiba-tiba muncul langsung heboh."Ngapain lihatin aku kaya' gitu?" tanyaku dengan melotot.Feby hanya memalingkan wajah. Sepertinya dia sedang kesal denganku. Tapi kenapa?Aku melanjutkan lagi kerjaanku yang belum selesai. Brukk Tiba-tiba kedua tangan Feby menggebrak meja."Apa-apaan sih kamu, Feb?" "Kamu udah ngga nganggep aku sahabat lagi, ya?" tanya Feby menatapku tajam.Ish ... pertanyaan macam apa itu? Aneh."Menurut kamu?" "Ngga," jawab Feby dengan lantang.Aku langsung menghentikan kerjaan dan menatap Feby dengan begitu dekat."Kamu ngga lagi ngelindur 'kan? Memangnya ada apa? Datang-datang marah.""Kamu udah jadian dengan Daffa 'kan? Arin ... kenapa harus dirahasiakan dari aku? Nyebelin ...."Kini aku hanya terdiam dan menelan saliva'ku."Kenapa malah diam?" tandas Feby."Emangnya siapa yang bilang?""Ngga ada. Ak

  • AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU   Bab 21

    AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKUSenyum yang mengembang selalu kulihat dari Daffa ketika dia mengajak bercanda Arza. Kini Daffa memang lebih sering datang ke rumah."Rin.""Ya?"Tatapannya seakan mengisyaratkan sesuatu."Boleh aku bicara sesuatu?""Biacara saja!""Sebelumnya aku minta maaf kalau sedikit lancang. A-apa kamu belum bisa ngebuka hati lagi setelah perceraian kemarin?"Pertanyaan yang membuatku terdiam beberapa saat. "Sebenarnya aku sudah bisa move-on dari Mas Ridwan. Dan untuk ngebuka hati lagi memang belum terpikir, Daff. Sekarang ini aku lebih fokus pada Arza dan kerjaan, seperti yang pernah aku bilang. Untuk ngebuka hati lagi, butuh banyak pertimbangan. Kamu sendiri 'kan tahu, aku udah punya Arza. Dan masalah yang datang dalam rumah tanggaku kemarin, sedikit banyak membuatku harus hati-hati memilih pendamping hidup," jawabku dengan pandangan ke depan."Trauma?"Aku menggelengkan kepala."Tapi kenapa kamu tanya soal itu?" tanyaku balik.Daffa menatapku sebelum akhirnya m

  • AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU   Bab 20

    AKAN KUBALAS KECURANGAN SUAMIKU"Arin," sapa Daffa dengan tatapan yang begitu hangat. Sesaat kami pun saling berpandangan."Ekhem ... ekhem ... kaya'nya yang jemput kamu ngga cuma Arin deh, Daff. Aku seperti ngga dianggap," ucap Feby membuat kami mengalihkan tatapan padanya."Iya, bawel," ucap Daffa dengan mengelus rambut Feby dengan kasar. "Mobil kamu mana, Feb?""Di rumah Arin. Nanti kita ke sana dulu ambil mobilku, Daff!"Daffa tidak menghiraukan jawaban dari Feby. Tetapi dia malah menatapku lagi. Dan kali ini tatapannya begitu dalam.Aku sangat gugup dan salah tingkah dengan sikap Daffa yang seperti itu."Pulang ... pulang." Lagi-lagi Feby membuat kami kelimpungan. "Daff, kamu mau duduk di depan dengan Arin atau di belakang?" tanya Feby."Depan aja deh, Feb." jawab Daffa yang membuat mataku membulat sempurna. "Eh, maksudku belakang aja." Sepertinya dia memang sengaja ngerjain aku.Kuhembuskan napas lega dengan memalingkan wajah."Berarti aku di depan dengan Arin, ya. Terus kamu di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status