공유

Yuni Perlahan Bangkit dari Rasa Sakit

작가: Gyuu_Rrn
last update 최신 업데이트: 2021-09-30 21:10:42

Drrt ... drrt ....

Dona yang tengah menikmati hidangan di rumah anak sulungnya itu langsung menyimpan sendok, meraih benda persegi yang terus berdering. Dia menatap layar selama beberapa detik, kemudian menempelkan di telinga.

"Bu, lagi di mana?" 

"Lagi di rumah Abang kamu, Monika. Kenapa?"

"Gitu, ya, Bu. Aku ke sana sekarang, ya! Sekalian mau bawa seseorang."

Dona langsung menautkan kedua alisnya ketika mendengar ucapan Monika.

"Memangnya siapa, Sayang?"

Monika malah terkekeh pelan, kemudian kembali melanjutkan ucapannya.

"Nanti juga tahu, aku berangkat dulu ke sana. Tolong siapin makanan."

"Iya, Sayang."

Sesudah mematikan sambungan telepon, Dona kembali meraih sendok yang ada di atas piring, kemudian melanjutkan acara makannya.

Di saat itu pula, Yuni yang tengah menggendong Rion melintas di hadapannya.

"Yuni, kemari!"

Yuni menoleh, menatap wanita yang sering semena-mena terhadapnya. Dia enggan sekali menghiraukan mertuanya tersebut.

"Kamu budeg, ya! Cepat kemari."

"Ada apa, Bu?"

Dona mendelik, tatapan tidak suka dia layangkan pada Yuni. Dona begitu sebal, akhir-akhir ini Yuni mulai berani terhadapnya.

"Monika mau datang ke sini bersama temannya, kamu masak sana."

"Ibu, gak lihat, aku lagi gendong Rion, dia lagi sakit, Bu. Tunggu aja Mbok Darmi pulang dari pasar," ucap Yuni tanpa rasa takut sekalipun. Dia harus bangkit, agar tidak diinjak-injak oleh keluarga Ramdani. "Atau gak, Ibu beli saja makanan. Bukannya uang Mas Ramdani berikan jauh lebih banyak di bandingkan denganku, tapi kenapa makan saja masih numpang di sini? Ibu, gak malu?!"

"Kurang ajar kamu, Yuni!" bentak Dona sambil bangkit dari duduknya, di gebraknya meja tersebut dengan kasar. Matanya terbuka dengan lebar, urat lehernya tampak menegang.

Dona benar-benar mendidih ketika mendengar perkataan Yuni. Berani menantu kurang ajar tersebut berbicara hal tersebut padanya.

Akan Dona pastikan, kalau Yuni pasti menyesal, karena telah berkata seperti itu padanya.

"Menantu gak berguna! Kamu hanya jadi benalu saja dalam kehidupan Ramdani," hardiknya sambil menunjuk wajah Yuni. Beberapa kali dia menggertakkan bibir.

"Apa Ibu gak sadar, kalau Ibu juga termasuk benalu dalam kehidupan rumah tanggaku dan Mas Ramdani?"

Akibat amarah yang sudah benar-benar memuncak, Dona langsung mencengkeram gelas yang ada di hadapannya dan tanpa pikir panjang, dia langsung melemparkan gelas tersebut ke samping Yuni. 

Prank!

Yuni tersentak, dia terpejam selama beberapa saat, berusaha melindungi Rion, takut pecahan kaca tersebut mengenai Rion. 

Sementara itu, Yuni tidak peduli dengan dirinya sendiri, sebab semua luka yang keluarga Ramdani torehkan terlalu dalam, hanya goresan pecahan gelas saja, tidak akan terasa menyakitkan.

"Kamu!" Dona menggertakkan gigi, hingga ucapannya sedikit tertahan.

"Kenapa, Bu? Semua yang aku ucapkan benar adanya, 'kan?"

Di saat Yuni dan Dona tengah bersitegang, tiba-tiba dari arah belakang datang Mbok Darmi yang tengah membawa beberapa kantong plastik.

Yuni terpaksa menyuruh Mbok Darmi untuk belanja lebih sedikit dari biasanya, karena memang keuangannya akhir-akhir sangat menipis, karena Ibu mertuanya terlalu ikut campur.

Mbok Darmi terbelalak, dia langsung menjatuhkan belanjaannya dan menghampiri Yuni yang masih terpaku di tempat.

"Astaga, Nyonya baik-baik saja?" 

Yuni menoleh, kemudian mengangguk pelan.

"Aku tidak apa-apa, Mbok. Tapi, justru orang itulah yang sakit, dia tidak memiliki kesibukan, sehingga terus mencampuri urusan kami."

Mbok Darmi dan Dona sama-sama terbelalak, mereka tidak menyangka, jika Yuni akan berkata seperti itu.

"Makin kurang ajar kamu, lihat saja, kalau Ramdani tidak membutuhkanmu lagi, akan tinggal di mana kamu sama anakmu itu? Di jalanan jadi gelandangan, begitu?"

Dona setengah tersenyum, tangannya terlipat di dada, beberapa kali dia memutar bola mata.

"Jangan sombong kamu, Yuni! Ingat, kamu hanya menantu di sini, Ramdani bisa menendangmu kapan pun yang dia mau dan dia bisa mencari yang lebih baik," sambung Dona dengan penuh percaya diri. 

Yuni mendelik, satu sudut bibirnya ikut tertarik ke atas. Dia begitu mengapresiasi kepercayaan diri Dona.

"Aku tidak yakin!" 

Yuni menoleh ke arah Mbok Darmi, menyerahkan Rion yang tampak mengantuk. 

Mbok Darmi yang sudah paham maksud Yuni, langsung meraih anak laki-laki tersebut, dia mundur sekitar beberapa langkah, tidak berani meninggalkan Dona.

Mbok Darmi takut, kalau Dona akan bersikap lebih semena-mena lagi pada Yuni, apalagi akhir-akhir ini Yuni tidak lemah, dia perlahan melawan Dona. 

"Aku tidak yakin, ada perempuan di luar sana yang mau dengan Mas Ramdani, apalagi kalau mereka sudah tahu, siapa Ibunya Mas Ramdani." Yuni kembali tersenyum sinis. "Mereka pasti akan berpikir ribuan kali, sebelum kejiwaan mereka terganggu!"

"Dasar wanita kurang ajar! Akan aku adukan semua ini pada Ramdani, dia pasti akan menuruti semua ucapanku, dibandingkan denganmu."

Kali ini Dona benar-benar yakin, karena memang selama ini Ramdani selalu menuruti semua yang dia katakan, Ramdani bisa dengan mudah dia kendalikan.

"Silahkan saja, aku tidak takut. Kalian hanya memberikanku neraka saja, menyiksaku tanpa ampun, seolah-olah aku budak yang tidak ada harganya."

Yuni menatap Dona dengan tajam, kilauan matanya menyiratkan sebuah kesakitan atas penderitaan yang telah dia terima selama ini.

Bertahan dalam kesakitan seperti ini, bukanlah suatu hal yang mudah. Ingin sekali Yuni menyerahkan, hanya saja dia teringat dengan Rion dan calon anaknya kelak.

Yuni tidak ingin, kalau anaknya harus hidup dengan ibl*s yang menyamar menjadi manusia seperti mereka. Yuni, tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi.

"Akan aku pastikan, Ramdani mengusirmu dari sini! Aku--"

"Tidak, aku tidak akan melepaskan Yuni."

Dengan cepat, semua orang langsung menoleh ke sumber suara, menatap pria yang melangkah ke hadapan mereka.

"Aku mencintai Yuni, aku tidak akan membiarkan dia dan anak-anakku pergi. Aku akan memperbaiki semuanya sekarang, sebelum terlambat."

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Memergoki Keduanya

    Akhirnya Ramdani bisa menghela napas lega, kala pekerjaannya yang akhir-akhir ini begitu menumpuk, bisa selesai juga hanya dalam hitungan hari.Bahkan, Ramdani sampai rela kehilangan hari liburnya, demi bisa menyelesaikan semua pekerjaannya.Ramdani berambisi untuk bisa menjadi yang terbaik, sehingga dia bisa saja naik jabatan kapan saja. Soalnya beberapa waktu lalu, bosnya pernah bilang, akan menaikan jabatan seseorang yang bekerja dengan cukup baik.Maka dari situlah, Ramdani mulai memiliki keinginan untuk bisa menjadi yang terbaik diantara teman-teman yang lainnya, sekaligus memperlihatkan jati dirinya yang sebenarnya."Wah, udah selesai, nih, Pak!" sahut Anto--salah satu rekan kerja Ramdani yang cukup dekat dengannya.Ramdani yang tengah memejamkan mata sambil bersandar pada kursi, lantas mengangguk pelan."Iya, nih, udah selesai.""Wih, enak banget!"Tanpa diduga-duga, Anto langs

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Uang Tutup Mulut

    "Jangan asal bicara kalian, aku dan Pak Dandy sama sekali tidak berselingkuh!" hardik Yuni dengan kedua bola mata membulat sempurna.Dona menyeringai, dia menatap sebuah foto hasil jepretannya yang cukup bagus tersebut.Bila foto tersebut di kirimkan pada Ramdani, Dona yakin kalau anak laki-lakinya itu akan murka dan sedikit meragukan ketulusan hati Yuni.Terlebih lagi, mungkin hubungan keduanya akan kembali renggang, sehingga niat buruk yang selama ini Dona susun, akan bisa berjalan dengan lancarDona tidak sabar membayangkan, di saat Yuni dan Ramdani berpisah untuk selamanya, sehingga Dona bisa menikahkan anaknya dengan Sarah--perempuan yang cukup kaya raya."Asal bicara katamu? Jelas-jelas aku melihat perselingkuhan kalian di depan mata kepalaku sendiri.""Bu, aku tidak berselingkuh! Pak Dandy datang untuk menengok anakku. Apa Ibu tidak bisa me

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Kedatangan Seorang Tamu

    Sebenarnya Yuni ingin sekali menolak keinginan Dandy untuk datang ke rumahnya, hanya saja dia merasa tidak enak.Masa ada orang yang menengok anaknya, dia malah menolaknya hanya karena alasan tidak nyaman.Jadi, mau tidak mau, Yuni pun mengiyakan permintaan Dandy, meskipun dia belum sempat memberitahu suaminya.[Baik, Pak.][Terima kasih, Bu. Kalau boleh tahu, apa ada yang sedang Ibu inginkan?]Sengaja Yuni tidak membalas pesan Dandy, dia takut kalau terus berhubungan dengan pria itu, justru akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.Maka dari itu, Yuni lebih memilih untuk mematikan jaringan data dan menyimpan gawainya ke dalam saku celana.***Sore hari sudah tiba, kala itu Yuni tengah berada di luar rumah, dia tengah bermain bersama kedua orang anaknya, lebih tepatnya memperhatikan Rion yang tengah belajar membawa

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Pesan Dari Seseorang

    Entah bagaimana jadinya, tetapi semenjak saat itu, Ibu mertua Yuni jadi sering bertukar kabar dengan Sarah.Anehnya lagi, perempuan bernama Sarah itu malah meresponnya dengan baik, seperti hari ini, di mana ketika Yuni baru saja pulang dari rumah tetangganya, mengecek usaha yang selama ini dia dan ibu-ibu lainnya kembangkan.Perempuan itu sudah berada di rumahnya sambil mengobrol dengan Ibunya. Sementara itu, Yuni belum tahu bagaimana kabar Monika.Namun, yang pasti Yuni yakin, kalau Monika tidak tinggal seorang diri di luar sana, pasti dia tinggal bersama seseorang atau mungkin menyewa tempat yang lebih nyaman."Yuni, tolong ambilkan cemilan dan minuman, kebetulan tadi Mbok Darmi sudah Ibu suruh beli sayuran dan buah-buahan."Dona langsung memerintahkan kepada Yuni, ketika melihat batang hidung perempuan itu muncul di hadapannya."Bu, aku baru saja pul

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Yuni yang Perlahan Membuka Hati

    Yuni sempat terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya mengangguk pelan.Ramdani sedikit khawatir dengan Yuni, takut istrinya itu berpikir yang tidak-tidak. Apalagi ketika melihat reaksi Yuni yang tidak bisa Ramdani baca sedikitpun.Membuat Ramdani semakin panik saja. Bahkan, dia sampai mengigit bibir bawahnya dengan cukup keras dengan pandangan yang tidak bisa lepas dari Yuni."Ah, hanya mantan saja! Itu hanya masa lalu saja, tidak ada yang perlu aku khawatirkan."Yuni tersenyum lebar, kemudian menghampiri Ramdani, memeluk tangan suaminya dengan erat.Di saat itu, arah pandangan Dona langsung mengikuti Yuni, kedua bola matanya membulat."Aku tidak cemburu, aku yakin Mas Ramdani setia denganku," sambung Yuni.Melihat reaksi istrinya yang begitu menggemaskan, Ramdani langsung mengusap puncak kepala Yuni, kemudian mendaratkan kecu

  • AKIBAT PELIT PADA ISTRI DAN LEBIH MEMENTINGKAN IBU   Mantan Pacar Ramdani

    Ketika sudah dekat dengan rumah, Titi segera mengucurkan beberapa tetes air ke matanya, dia hendak kembali berakting di hadapan Ramdani dan Yuni.Setelah itu, dia segera membuang botol berukuran kecil itu ke selokan. Sebelum itu, Dona sempat memastikan ke sekeliling, takut ada orang yang memergoki aksinya."Ya ampun, Bu Dona, kenapa nangis?"Dona langsung tersenyum tipis, kala melihat dua orang ibu-ibu menghampiri dirinya.Sudah saatnya Dona melancarkan aksinya, kalau dia akan berpura-pura bersedih, mengenai Monika yang pergi dari rumah."Monika, Bu." Dona terisak, kemudian luruh ke lantai, membuat kedua orang ibu-ibu itu begitu panik."Ya ampun, kenapa dengan Monika, Bu?""Monika, pergi dari rumah, Bu. Dia tidak ingin pulang lagi, saya tidak tahu dia akan pergi ke mana."Kedua ibu-ibu melayangkan tatapan sendu pada D

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status