Share

BAB 3

BAB 3

“Selamat pagi sayang”

Reihan mengecup dahi istrinya dengan penuh kasih sayang.

“Selamat pagi mas, sarapan dulu aku buatkan Zuppa soup, mas hari ini tidak ke kantor? Kok masih pakai baju santai?”

“Semalam aku sudah email berkas-berkas ke Aditya, jadi hari ini dia yang handle urusan kantor, aku mau menemui Nadia”

“Mas, mas yakin akan menemuinya setelah beberapa tahun kalian saling menutup komunikasi?!”

“Iya, aku harus tau mengenai kejelasan bayi yang dulu dikandung oleh Nadia, siapakah ayah dari bayi itu, karena aku benar-benar merasa tidak pernah melakukan sesuatu dengannya.”

“sebaiknya memang seperti itu mas, karena kalau benar itu anak nya mas, mas juga memiliki hak atas anak itu.”

“Apakah aku perlu menemani mas menemui Nadia?”

“Tidak perlu, aku khawatir dia akan marah padamu karena kamu telah membuka rahasia kalian kepadaku.”

“Baiklah, Mas! Apapun yang terjadi semua yang terbaik menurut Allah SWT ,, aku sudah siap menerima resiko apapun.”

“Meskipun aku tidak yakin dia mau menemuiku, setidak nya aku harus berusaha.”

***.

Sudah hampir dua jam Reihan duduk café yang berada di sebuah butik baju muslim, menunggu Nadia namun sosok yang ditunggu nya tidak kunjung datang.

“Mbak jam berapa biasanya Ibu Nadia datang ke kantor.”

Reihan menghampiri penjaga toko yang sedang menata dan merapikan baju yang didisplay.

“Jadwal ibu tidak menentu pak, mohon maaf apakah bapak sudah membuat janji sebelum nya?!”

“Belum mbak, baiklah kalau begitu saya tunggu saja , terimakasih mbak.”

“Baik pak, sama – sama.”

Ketika Reihan hendak menuju ke kursi duduk nya semula dia melihat sosok Nadia keluar dari sebuah mobil mewah berwarna merah.

“Tidak banyak berubah masih tetap cantik dan modis seperti dulu, yang berbeda adalah hijab yang dipakai, dulu Nadia tidak mengenakan hijab.”

Reihan bergegas keluar dan menghampiri Nadia.

“Nadia, apa kabar?”

Nadia terkejut karena tiba-tiba sosok Reihan sudah berdiri dihadapannya.

Bukannya membalas sapaan Reihan, Nadia malah membalikkan badan dan hendak masuk kembali ke mobil nya.

“Nadia, ada hal penting yang harus kita bicarakan!”

Reihan mengganjal pintu dengan tangannya sehingga Nadia membatalkan menutup pintu mobil nya.

“Tidak ada yang perlu dibicarakan, urusan kita sudah selesai sejak sepuluh tahun yang lalu, tolong tinggalkan tempat ini! Aku tidak Sudi melihat wajahmu lagi.”

“Nadia, aku akan pergi setelah kamu jawab pertanyaan ku, siapa ayah dari anak yang kamu kandung sepuluh tahun yang lalu?”

“Huh, apa pedulimu, kamu sudah tidak ada hubungan apapun lagi dengan ku.”

“Tapi dahulu kita sahabat kan Nad, begitu banyak momentum berharga yang kita lewati bersama, tidakkah kamu mengingat itu?”

“Iya dulu ketika aku masih menjadi gadis bodoh, dan aku menyesal telah mengenalmu, kamu adalah kesalahan terbesar dalam hidupku, sekarang please pergi dari sini aku mau bekerja, masih banyak urusan yang harus diselesaikan.”

“Baiklah kalau kamu belum mau terbuka denganku, namun aku harap kamu berubah pikiran dan aku akan menunggu saat itu terjadi”.

Reihan menyelipkan kertas yang didalam nya dia tuliskan nomer HP nya, dan kemudian berlalu meninggalkan Nadia.

Sekuat tenaga Nadia menahan berbagai macam perasaan yang ada didadanya. Sepeninggal Reihan, Nadia terduduk lemas dikursi mobilnya.

“Aku tidak boleh kalah, aku harus kuat, selama Ini tanpanya pun aku bisa menjalani hidupku.”

***.

“Nak, diminum dulu jamu nya, ini obat herbal untuk menyuburkan kandungan, teman ibu yang membawakannya katanya anaknya bisa hamil setelah minum ramuan ini.”

“Ramuan apa ini Bu, bahaya tidak buat kandungan Nabila, Nabila nggak mau ah minum herbal herbal yang tidak jelas asal usulnya.”

“Aman, sudah lah nurut saja sama ibu ini Cuma rebusan akar bayam putih, obat alami dicoba saja dulu siapa tau berhasil.”

“Tapi Bu ramuan herbal itu kan tidak ada dosisnya bagaimana nanti kalau berimbas jelek buat tubuh Nabila.”

“Sudahlah, ayok buka mulutmu ibu yang suapin.”

Nabila adalah anak tunggal sehingga maklum jika ibunda Nabila sangat menginginkan menimang cucu.

“Suami kamu sudah berangkat kerja?”

“Mas Reihan hari ini tidak ke kantor Bu, tadi pagi ijin mau menemui Nadia, ada sesuatu yang harus Reihan dan Nadia bicarakan”.

“Nadia teman sekolah kalian dulu? Hati-hati lho jagain suami nya. Bukannya dahulu Nadia pernah naksir berat sama suami kamu?”

“Bagaimana sekarang kabar Nadia, sudah lama sekali tidak pernah Main ke rumah ibu, ibu kangen.”

“Nadia sedang sibuk mengurus bisnisnya Bu.”

Nabila tidak menceritakan tentang siapapun tentang skandal Nadia termasuk kepada ibu kandung nya sendiri.

“Salam ya dari ibu buat Nadia, ibu tidak pernah melupakan jasanya pada keluarga kita, terutama pada ayahmu dan kepadamu. Biaya kuliah kamu mahal sekali, gaji ayahmu yang hanya seorang pegawai biasa di kantor pemerintahan sangat tidak cukup untuk membiayai mu kuliah kedokteran gigi.”

“iya Bu insyaallah, semoga ibu tidak kecewa karena anak ibu yang ibu sekolahkan tinggi saat ini hanya menjadi ibu rumah tangga yang sesekali mengajar TK.”

“setiap orang memiliki pilihan atau kehidupan yang akan dijalani, begitu pula denganmu, asalkan kamu menjalani hidup dengan bahagia maka ibu juga akan merasa bahagia.”

“Ujian Nabila terberat saat ini adalah dengan belum memiliki keturunan, ibu mengapa Allah SWT mengujiku dengan ujian ini.”

“Istighfar nak, jangan kamu menyalahkan Allah SWT, yakinlah rencana Allah SWT sempurna dan tentu itu adalah yang terbaik buat kamu, kamu hanya perlu bersabar dan Allah SWT akan memberikan pahala yang berlipat atas kesabaran kalian.”

Nabila memeluk erat ibudanya mencari ketenangan batin.

Ting tong…

Bel rumah berbunyi, Reihan sudah pulang dan Nabila bergegas membukakan pintu untuk suami nya.

“Sudah pulang mas, bagaimana tadi hasil pertemuan nya dengan Nadia?!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status