Aku merasa semua tubuhku tergores semak belukar. Tapi itu tidak sebanding daripada harus meledak di dalam mobil.Tadi saat mobilku meluncur bebas ke jurang, aku sudah bersiap dengan melepas sabuk pengaman dan membuka pintu mobil. Seketika aku loncat begitu saja. Dan berakhir di dalam semak semak. Memang di kedalaman jurang ini banyak ditumbuhi pepohonan dan rumput yang tinggi tinggi. Jadi aku yakin mereka yang di atas tidak mungkin melihat jika aku keluar dari mobil. Aku harus segera naik untuk mencapai jalan raya,jangan sampai orang orang suruhan mas Hendra menemukanku di sini. Tadi sudah ku minta temanku untuk menunggu di pinggir jalan agak jauh dari kejadian. Entah kenapa aku merasa perutku sangat sakit, seperti kram. Padahal tadi pagi aku sudah sarapan. Dengan memegangi perut yang semakin sakit, aku terus berusaha naik sampai di jalan raya. Ku lihat mobil avanza terparkir di sana, itu Alma temanku. Akhirnya aku sampai juga. Ku ketuk jendelanya pelan, tenagaku sudah terkuras un
Aku benar benar bingung harus bagaimana? disaat seperti ini, kenapa nyawa kecil ini harus hadir. Memikirkan nasib diri sendiri pun sulit. Haruskah aku pulang memberitahu bapak dan ibu di kampung. Tapi bagaimana dengan mas Hendra jika tahu ternyata aku selamat dari kecelakaan ini."Ya ampun Din, terus bagaimana? apakah suamimu tahu?""Tidak Al, dan aku tidak akan memberi tahunya. Biarkan aku merawatnya sendiri kelak.""Maksudmu apa Din?"Aku memang belum memberi tahu Alma tentang kejadian ini. Dan mengalirlah ceritaku dari saat memergoki mas Hendra berselingkuh sampai tahu jika ia juga merencanakan pembunuhan untukku.Alma menutup mulutnya mendengar ceritaku. Mungkin ia juga tidak menyangka jika suamiku setega itu, sebab selama ini aku selalu bercerita tentang kebaikan mas Hendra. "Yang sabar ya Din, aku yakin kamu bisa melewati ini." Ucap Alma menenangkanku. "Aku hanya bingung bagaimana akan melewati hari hari kedepannya, aku bahkan tidak bekerja. Jika harus kembali ke kampung pun
Sudah dua hari aku menjalani bedrest total di rumah sakit, setiap malam sepulang bekerja Alma selalu datang dengan membawakanku macam macam cemilan dan buah buahan. "Biar calon keponakan tumbuh dengan sehat" begitulah katanya saat ku larang dia membawa macam macam.Besok aku sudah diperbolehkan pulang, Entah aku harus pulang kemana. Sedangkan media sedang heboh dengan berita pencarianku."ISTRI CEO DARI PT BASGA GRUB HILANG DAN MOBILNYA DI TEMUKAN MELEDAK DI DASAR JURANG".Begitulah kira kira berita yang viral 2 hari ini, hanya saja media memblur bagian wajah pada foto yang beredar, namaku pun hanya disingkat Adinda Ayumi menjadi AA. Entah apa maksudnya. Namun orang orang yang sudah mengenalku pasti paham jika itu fotoku.Bahkan ponsel memang sengaja aku matikan untuk menghindari kecurigaan. Aku sangat paham jika mas Hendra pasti akan menghilangkan jejak hingga ke akar akarnya. Aku juga sama sekali tidak mengabarkan kepada keluarga di kampung tentang keadaanku saat ini. Untuk mengant
Aku mencoba mengingat ngingat. Namun kemudian menggeleng saat tidak menemukan memori apapun tentang wajah itu."Saya bahkan sudah menyadari anda sejak awal, namun memang berniat menyembunyikannya, bahkan memalsukan data anda saat berita hilangnya istri dari CEO PT BASGA GRUB beredar. Apalagi ternyata anda hilang dan mobilnya meledak di dasar jurang, dikuatkan dengan keadaan anda yang terluka seperti ini. Saya paham jika anda memang berniat melarikan diri. "Aku tercengang mendengar penjelasannya. Bagaimana bisa ia secerdas ini dalam menghubungkan suatu perkara. Aku yang masih diam, kemudian menoleh saat mendengar penuturannya lagi."Jika kamu masih belum mengingat saya, perkenalkan Saya Hardian Maulana rekan kerja Bapak Hendra Bagaskara. Dulu saya pernah melihat anda saat melakukan pertemuan di mansion utama keluarga Bagaskara." Ucapnya memperkenalkan diri.Aku melirik ke nametag yang tergantung di dada sang dokter. "Dr. Hardian M S.KM"Aku juga mengingat jika dulu pernah diperkenalka
05Pagi harinya Alma menelponku, meminta maaf jika semalam tidak bisa menemani. Dia juga bilang akan menjemputku siang nanti.Tapi aku menolaknya. Aku menyuruhnya untuk berangkat kerja saja, nanti akan ku kirim alamat di mana aku tinggal. Aku berniat untuk menerima tawaran Dokter Hardian saja.Sesuai jadwal setiap jam 8 pagi, pasti akan ada suster yang memeriksa keadaanku. Tapi kali ini bukan suster tapi Dokter Hardian sendiri yang memeriksa langsung."Selamat pagi Adinda".Aku menoleh, dia ternyata sudah mengganti sapaannya padaku."Pagi juga Dok"."Silahkan berbaring dulu ya, biar saya pastikan apakah kamu boleh pulang hari ini"."Baik dok".Aku berbaring sesuai perintah. Dokter Hardian memeriksa semua luka lukaku. Menempelkan stetoskop di dadaku juga."Lukanya berangsur pulih. Sebelum pulang cek dulu ke dokter kandungannya!"Aku mengangguk."Bagaimana dengan tawaran saya yang semalam?"Pertanyaannya mengingatkan akan keputusan yang sudah aku ambil."Saya ikut dokter saja".Kulihat
Kesanku pertama ia adalah wanita setia. Ia hanya menatap kami sekilas, bahkan ketika aku sengaja memujinya cantik. Tapi responnya bukan tersanjung tapi malah menatap ke arah suaminya. Mungkin dia berharap jika Hendra akan cemburu.Padahal aku beberapa kali memergoki Hendra jalan bersama perempuan lain. Sungguh malang. Aku hanya bisa berdoa kebahagiaan untuknya.Sekarang ia datang ke rumah sakit dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Aku meminta suster untuk mengobati lukanya selagi aku mencari tahu penyebab pendarahan pada bagian bawahnya. Tidak kutemukan luka sama sekali, hingga akhirnya aku sadar jika ternyata dia sedang mengandung. Aku memintanya datang ke ruang dokter kandungan untuk memastikan. Dan benar saja, ia sedang mengandung, bahkan janinnya hampir tidak terselamatkan jika terlambat sedikit saja.Jika biasanya aku jarang mengecek pasien langsung, tapi kali ini aku benar benar menanganinya sendiri. Entah mengapa aku merasa mendapat penyemangat untuk selalu datang ke r
"Lalu saya harus panggil apa?""Panggil nama juga boleh, atau apalah yang penting jangan dokter."****"Hendra bagaimana dengan istrimu? Apa sudah ditemukan jasadnya?" tanya Pak Sapta kepada putranya yang kini sedang duduk berdua di ruang kerjanya. "Belum yah, ini masih berusaha?""Ayah sama sekali tidak melihat usahamu? Kamu bahkan masih sanggup berbeda leha di rumah?" "Tapi aku benar-benar sedang mencarinya yah, bahkan sampai mengerahkan semua orang ku,""(Mencari untuk memastikan bahwa istri si*lan itu sudah tiada)." Ucap Hendra dalam hati. "Ini bukan rencanamu kan?" ujar pak Sapta sambil menatap tajam ke arah Hendra. "Maksud ayah apa bicara seperti itu?" jawab Hendra yang sedikit gelisah. "Ayah tidak bermaksud apa apa, hanya ayah tahu bagaimana kamu membenci perjodohan ini." Ucapnya sambil masih mengawasi perubahan peraupan Hendra. "Aku sama sekali tidak tahu. ""Jika ini memang rencanamu, maka akan ayah pastikan kamu menyesal suatu saat nanti. "Hendra terdiam, ia sama seka
Sapta menoleh mendengar pertanyaan sang istri. "Apa maksud mama berbicara seperti itu?""Tidak bermaksud apa apa, hanya misalkan. Apa yang akan papa lakukan jika semua kejadian ini ada kaitannya dengan putra kita?" ucap Liliana mengulangi pertanyaannya. Sapta terdiam. "Aku akan membersihkannya dari media, jika benar Hendra adalah dalang di balik semua ini, aku akan membuatnya menyesal telah menyia-nyiakan wanita pilihanku. Tapi bukan dengan menjatuhkan citranya di hadapan media. Mau bagaimana pun keberlangsungan perusahaan ada di tangan Hendra"Liliana tersenyum getir mendengar jawaban suaminya. Uang adalah segalanya, meskipun untuk membeli hukum sekalipun. ****Hari, bulan, tahun berganti. Tidak terasa ini sudah tahun ke empat sejak peristiwa hilangnya istri CEO BASGA GRUB. Nyatanya tidak ada kesedihan yang berarti untuk keluarga besar Bagaskara. Bahkan tiga bulan setelahnya Hendra sang CEO telah mempersunting gadis pujaannya. Laura Henina. Gadis yang menjadi alasan Hendra teg