Share

AKMD 03

Aku terduduk dengan memeluk kedua lutut. Bahkan untuk berdiri pun serasa tidak bertulang.

setegar tegarnya, aku tetaplah seorang perempuan yang akan terpuruk melihat suaminya berkhianat di depan matanya.

"Entah mas, bahkan otakku masih buntu untuk mengimbangi permainanmu. Tapi yang pasti aku tidak akan tinggal diam."

****

Aku membuka mata ketika jam menunjukkan pukul 16.00. sepertinya ia sudah tertidur cukup lama, ia berharap semua hanyalah mimpi buruk. Tapi saat mengecek galeri di ponselnya video itu benar benar ada. Video di saat suaminya sedang merencanakan pembunuhan untuknya. 

"Aku tidak boleh berlarut, sebentar lagi jamnya mas Hendra pulang, akan ku lihat sejauh mana ia memainkan perannya."

Tidak berselang lama, suara deru mobil terdengar di halaman rumah. Aku mengintip dari balik korden kamar, memastikan jika itu memang mobil suaminya. Biasanya jam pulang suami dan mertuanya memang hampir bersamaan.

Aku turun menyambutnya di depan pintu, seperti biasa ku kecup punggung tangan kanannya, juga ku ambil tas yang ia bawa.

"Terimakasih Adinda," ucap mas Hendra kepadaku.

"Sama sama mas, ini sudah tugasku sebagai istri."

Ku lihat ia tersenyum. Senyum yang dulunya adalah pesona tersendiri untukku, entah mengapa kini terlihat mengerikan. Seperti ancaman malaikat maut.

Aku mengikutinya menuju kamar kami, kamar di mana tempat kami sering beradu. Jika aku tidak mengetahui rencana mas Hendra, dia adalah suami yang terbaik menurutku. Dari nafkah lahir yang cukup banyak setiap bulannya, nafkah batin pun ku terima dengan baik.

Hanya saja mas Hendra memang sering memaksaku untuk minum pil kontrasepsi dengan alasan tidak ingin terburu buru punya anak. Tapi akhir akhir ini aku diam diam tidak meminumnya, bagaimana pun sebagai istri yang hanya berdiam diri di rumah setiap harinya, aku sangat mendambakan kehadiran malaikat kecil itu.

Dan sekarang aku tahu alasannya, ia memang tidak bersungguh-sungguh dengan pernikahan kami. Reflek saja aku mengelus perutku.

"Semoga kamu belum tumbuh di sini nak, "

Memikirkan nasib diri sendiri saja belum karuan apalagi jika ia mengandung nantinya. 

"Kenapa kamu pegang pegang perut seperti itu?" tanya mas Hendra tiba tiba.

"Eh,"

Karena melamun, aku bahkan tidak sadar jika sudah sampai kamar dengan mas Hendra yang berdiri menatapku.

"Entahlah mas, tiba tiba saja kram. Mungkin  mau datang bulan," ucapku beralasan.

"Ya sudah kamu duduk aja, biar aku siapkan keperluanku sendiri."

Aku menurut. 

Mas Hendra masuk ke dalam kamar mandi, jika biasanya aku yang menyiapkan air hangat untuknya, kini ia menyiapkannya sendiri. 

Aku masih duduk di tepi ranjang menunggu mas Hendra keluar. Ia adalah tipe laki laki yang kalau mandi cukup lama. Bahkan sebagai perempuan, aku kalah. 

Kulihat mas Hendra keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

"Din, kamu masih mengonsumsi pil kontrasepsi?" tanya mas Hendra tiba tiba.

Aku tergagap "Masih mas."

"Hentikan saja, besok kamu pergi ke dokter untuk cek kesehatan sekaligus program hamil".

Aku mengernyitkan dahi bingung. 

"Perginya sama kamu mas".

"Tidak, Pergilah sendiri. Mas ada rapat penting di kantor".

Aku bertepuk tangan dalam hati. Ternyata ini rencana kamu mas, sungguh benar benar seperti iblis berkedok malaikat.

"Baiklah aku mengerti".

Aku beranjak dari ranjang dan keluar kamar. Rencananya aku ingin membantu menyiapkan makan malam. 

Namun aku berhenti ketika melihat ibu mertua sedang duduk sendirian di sofa. 

Aku mendekat, mungkin dengan sedikit mengobrol dengannya bisa memperbaiki hubungan kami.

"Bu, ibu sedang apa?" tanyaku mencoba menyapa.

"Bolehkah Dinda juga duduk di sini?"

"Duduklah, ada yang ingin ibu bicarakan padamu."

Aku langsung mengambil tempat di sebelah ibu mertua. Diam dan menunggu apa yang ingin dikatakan beliau. Sebenarnya aku sangat penasaran, tapi tidak berani untuk bertanya.

"Berhati-hatilah!!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
mulai sekarang kmu hrs hati dgn Hendra .apa yg d kasi k kmu jangan kmu makan atau minuman jangan kmu minum .juga klo kmu pergi sendiri jangan naik mobil yg hendra kasi lebih baik naik taksi onlini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status