Home / Romansa / AKU TUNGGU DUDAMU / Chapter 3| Tersangka

Share

Chapter 3| Tersangka

Author: Senchaaa
last update Huling Na-update: 2021-11-21 06:43:15

Perkembangan kasus yang menjerat Sharena bergulir dengan sebagaimana mestinya. Setelah pihak kuasa hukum aktris itu gagal mematahkan tuduhan, Sharena secara otomatis dipindahkan ke lapas perempuan. May dan Ratmi menyesal akan keputusan itu, mereka lalai dalam memperjuangkan Sharena. Namun, peperangan ini belum usai, May dan Ratmi akan tetap berjuang sampai titik darah penghabisan.

Sharena dan rombongan sudah masuk mobil kemudian meninggalkan kantor polisi. Saka mengamati kepergian gadis itu dari tempatnya. Setelah melihat Sharena murung selama ditahan di sel kantor polisi, entah mengapa hati Saka sedikit terusik karenanya. Keyakinannya goyah, mempertanyakan apakah pihaknya sudah menangkap orang yang tepat? Apakah bukti-bukti yang terungkap benar adanya atau tidak?

Diam-diam Saka menyelidiki kasus itu secara lebih mendalam dan spesifik. Meski sekarang urusannya sudah dialihkan kepada pihak kejaksaan tapi Saka tetap merasa bertanggung jawab karena kasus ini ditangani oleh timnya.

"Istigfar pak Komandan, matanya hampir keluar tuh gara-gara terlalu lama menatap si Teteh cantik," goda salah seorang pria, dia polisi intel di sana. Bawahan Saka sekaligus kawan seperjuangan dulu di Akpol.

Saka menyikut perut Tristan lalu beranjak menuju ruang pribadinya.  Tristan mengikuti di belakang lantas duduk di kursi yang berhadapan dengan sang komandan muda nan rupawan.

"Kenapa nih, Dan, merasa kehilangankah si Teteh cantiknya dibawa pindah ke lapas?"

"Kamu tidak ada kerjaan hari ini? Sampai harus mengganggu saya dengan ocehan tak jelas seperti itu."

"Ey, pekerjaan saya banyak, Dan, tapi ada waktu yang tepat untuk mengerjakannya. Tenang saja, tahu-tahu beres."

Saka membuka map dan memeriksa laporan yang hendak ditangani timnya.

"Saya lihat akhir-akhir ini Komandan sering memperhatikan Teteh cantik, sudah serius kena jaran goyang wanita 120 juta, ya?"

"Jaga bicara kamu! Ini kantor, saya bisa mendisiplinkan kamu dengan cara mengerikan kalau kamu terus begini, Tristan."

"Ampun bang jago! Saya cuma bercanda. Tapi omongan saya tidak sepenuhnya salah, kan? Komandan memang sedang menaruh fokus tinggi pada kasus prostitusi itu."

"Saya hanya belum puas dengan penyidikan yang berlangsung."

"Belum puas pada kasus penyidikan atau iba sama tersangkanya?"

"Saya rasa dia mengalami tekanan besar karena masalah ini. Pemberitaan di luar juga semakin liar, merembet ke mana-mana."

"Namanya juga dunia showbiz, Dan. Harusnya dia sudah biasa kan dia sudah jadi aktris papan atas negeri ini. Cuma sayang aja ya, kariernya baru naik eh sudah kena skandal berat."

"Kamu tahu sekali masalah gosip artis," sindir Saka.

"Eh, bukan update gosip, saya ngikutin buat keperluan penyelidikan waktu itu. Semua informasi tentang Sharena saya himpun termasuk ke ranah pribadi dan pekerjaannya."

"Sebaiknya sarankan pada kuasa hukumnya untuk mengajukan pembimbingan pada Sharena selama di lapas. Kondisi mentalnya perlu diperhatikan," anjur Saka, mata Tristan menyipit curiga.

"Nah, kan, fokusnya si teteh cantik lagi. Hati-hati ah ada hati. Nanti hati yang di rumah tersakiti."

Saka mengambil beberapa hvs kosong, meremasnya sampai menjadi bulatan lalu ia lempar ke arah wajah Tristan tanpa ragu.

"Tanda-tanda niat poligami terdeteksi," goda Tristan lagi, Saka langsung mengambil plakat namanya hendak dilempar pada Tristan lagi tapi laki-laki itu buru-buru kabur dari ruangan atasannya.

"Hh, harusnya kupindah tugaskan saja dia," gumam Saka sambil mendesah berat.

***

Tuhan, jika ini mimpi tolong segera bangunkan Sharena dari gelapnya mimpi buruk ini. Namun jika bukan maka kuatkanlah hatinya sekali pun ia sudah hampir gila memikirkan nasib mengenaskan ini. Sharena merenung seorang diri tepat di depan jeruji besi, ia tak berani menoleh ke belakang karena di sana banyak pasang mata menyeramkan yang seperti ingin menumbuknya hingga bubuk.

"Heh, anak baru! Ngapain lo di sana?"

Sharena berbalik perlahan, ia menyisir ruangan kumuh itu dari sudut ke sudut. Rasanya air mata gadis itu siap mengalir lagi.

"Jangan bunuh saya Mbak, hidup saya udah ancur-ancuran. Kasihan adik saya nanti merantau di Jakarta sendirian," kata Sharena membuat para tahanan wanita saling pandang dan akhirnya terbahak bersama.

"Yang mau bunuh lo siapa, hah? Kagak pegel apa berdiri di sana mulu dari tadi? Duduk sini!"

"Serius, Mbak, saya enggak bakal diapa-apain, kan?"

"Enggak nafsu kita nyerang orang yang lagi kuyu kayak lo. Sini buruan!"

Sharena terlihat ragu, ia menggigit bibir bawahnya. Apa yang terjadi biarlah terjadi, Sharena ingin menguasai ilmu ikhlas saat ini walau jujur rasanya berat sekali.

Sharena akhirnya duduk bersila di hadapan tahanan senior. Mereka saling berkenalan satu persatu, ada sekitar enam orang tahanan wanita di sana. Tampang mereka seram-seram tapi tidak dengan sikap dan gayanya. Mereka ternyata ramah, Sharena diajak mengobrol santai walau mereka baru bertemu.

"Aneh," kata Sharena masih heran.

"Apanya yang aneh?"

"Kenapa tahanan di sini enggak seseram yang ada di film atau sinetron? Biasanya kalau ada tahanan baru suka dijajah atau diusilin."

"Mentang-mentang pemain sinetron lo nyamain kehidupan nyata sama drama televisi?"

"Umumnya begitu kan Mbak, banyak yang bilang juga."

"Iya citra buruknya gitu dan memang ada juga yang ngalamin beneran kayak di sinetron-sinetron. Tapi lo tenang aja, di sel ini pada kalem kok orangnya."

"Hooh, Sharen, lagian kita juga kasihan lihat orang setengah hidup kayak kamu. Sejak datang ke sini hobi melamun terus."

"Gimana enggak melamun, Mbak, hidupku kayak roler coster banget. Dalam satu minggu aku mengalami fase kehidupan yang berbeda drastis. Tiga hari lalu aku masih wara-wiri di luar, masih syuting, masih banyak yang suka sama aku. Terus sekarang, aku dihujat satu negara. Kehilangan pekerjaan dan terancam kena denda besar karena kontrak kerja yang batal. Sekarang aku baru bisa banyak cerita karena ada kalian yang baik dan pengertian. Kalau enggak, aku sudah mati karena keseringan melamun kayaknya."

"Itulah hidup, Sharen, kita enggak  tahu apa yang akan terjadi di depan bahkan satu detik setelah ini."

"Iya, Mbak, enggak tahulah, frustrasi banget aku mikirin masalah ini. Aku beneran enggak salah tapi enggak ada satu pun yang percaya. Aku bahkan enggak paham kenapa bisa terjerat kasus aneh ini. Tapi sial banget semua bukti mengarah seolah-olah semuanya benar."

"Kayaknya lo dijebak, Sharen, punya musuh enggak di luar?"

"Aduh, Mbak, musuh lagi ... boro-boro musuh, aku tiap hari sibuk casting sana-sini dulu.  Syuting FTV, terus upload barang endorsment. Gitu aja tiap hari."

"Ya, kan siapa tahu, kalau sudah iri mau lo diem atau bertingkah tetap saja semua yang lo lakuin bakalan salah di mata mereka."

"Biasanya berapa lama ya, Mbak, dapat status tersangka kayak gini? Saya buta banget masalah hukum."

"Ya, sampai sidang pertama lo. Kalau di sidang itu ada saksi atau temuan baru yang memberatkan lo, bisa cepet naik tingkatnya dari tersangka menjadi terdakwa. Siap-siap aja."

"Mbak ... jangan bilang gitu, takutnya jadi doa terus kejadian beneran kan ngeri. Doakan supaya aku cepat terbukti enggak bersalah."

"Iya, iya, kami doakan supaya lo terbukti tidak bersalah dan bisa keluar dari tempat ini secepatnya. Lo datang tempat ini jadi makin sumpek tahu, enggak?!"

Sharena menangis, ia usap air matanya dengan dada bergemuruh. Kemarahan dsn kesedihan masih begitu mendominasi, Sharena tidak tahu harus dengan cara apa agar dia bisa lebih tenang.

"Jangan cengeng, dong! Lo kalau cengeng begini gampang dikibulin orang entar!"

"Iya bener, daripada lo sibuk nangis mending pikirin baik-baik ucapan kami tadi. Siapa tahu beneran ada yang jebak lo. Urutin di kepala lo nama teman-teman yang berpotensi menusuk lo dari belakang. Setelah tahu langsung lapor sama kuasa hukum lo biar diselidiki," saran wanita berusia 46 tahun yang sedang menikmati pijatan kawannya.

Sharena bergeming memikirkan perkataan tahanan wanita itu. Matanya terpejam, menggali ingatan sedalam mungkin. Beberapa saat kemudian mata Sharena terbuka, wajahnya menegang karena amarah. Ada satu nama muncul dalam benaknya. Sharena belum yakin pasti tapi entah mengapa hatinya mengatakan bahwa orang itu terlibat dalam kasus ini. Bahwa orang itu adalah pihak yang telah menjebaknya.

"Apa mungkin dia tega melakukan ini padaku?" gumam Sharena pelan sambil menunduk lesu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • AKU TUNGGU DUDAMU   Chapter 46| Kulepas Dudamu (Tamat)

    Kurang lebih empat hari sudah Saka berada di desa Sukasari, ia dan tim menjalankan tugas dengan sangat baik sampai semua korban berhasil dievakuasi. Desa Sukasari dan sekitarnya berduka sangat dalam. Para korban sudah dimakamkan secara masal dan bala bantuan terus berdatangan setiap harinya. Mereka yang kehilangan sanak saudara dan tempat tinggal masih memerlukan uluran tangan saudara-saudaranya. Dengan berakhirnya proses pencarian korban, bisa dikatakan berakhir pula tugas Sakalangit di sana. Menurut kabar yang beredar, Saka akan kembali ke kota dua hari lagi. Malah sebagian anggota timnya sudah kembali lebih dulu atas perintah pria itu. Sharena ketar-ketir mendengar itu, dia belum sempat mengobrol banyak lagi dengan pria pujaannya setelah siang itu. Setiap Sharena mau menemui Saka pasti selalu ada gangguan. Pria itu sibuk luar biasa, kondisinya juga genting jadi sangat tidak etis jika gadis itu menyita waktu Saka terlalu banyak. Sore ini, Sharena sedang sibuk menggalau di kamarnya,

  • AKU TUNGGU DUDAMU   Chapter 45| Kamu yang Pertama

    Sharena menatap Saka dari jauh, bersembunyi di balik pohon mangga sambil memeluk rantang berisi makanan yang sengaja dia masak untuk Saka. Usai membantu para relawan memasak makan siang untuk para korban di dapur umum, Sharena sengaja memasak menu tambahan yang spesial dia buat hanya untuk Saka. Semangat itu begitu menggebu sebelumnya, namun kini, ketika Sharena hanya tinggal memberikan hasil karyanya tiba-tiba dia dera keraguan yang begitu besar. Dia masih belum lupa tentang fakta bahwa Saka sudah memiliki istri. Walaupun sedang berada jauh dari Lidya, tetap saja pria itu milik Lidya. Tidakkah tindakan dan perhatian Sharena ini hanya akan membuat Saka tidak nyaman nantinya? “Aduh, kasih jangan ya? Kalau dikasih sama pak Saka nanti dia berpikir macam-macam lagi tentang niatku tapi kalau enggak dikasih kan mubazir.” “Dor!” “Astagfirullah!” kaget Sharena refleks memukul orang yang mengejutkannya. Di tengah kebimbangan yang melanda hati Sharena tiba-tiba dia dikejutkan oleh kemuncula

  • AKU TUNGGU DUDAMU   Chapter 44| Apa Kabar Cinta?

    “Euleuh ... euleuh ... bah Jana sama siapa itu? Meuni kasep pisan!” puji Esih terpesona melihat ketampanan dua orang pemuda yang tampak asing di matanya.Esih yakin dua pemuda itu bukan orang kampung sana, bahkan dia juga meyakini tidak ada orang seperti itu di desa Sukasari ini. Dua pemuda itu dan abah Jana baru selesai melaksanakan sembahyang salat Isya. Mereka masih di selasar masjid, tampak sedang asyik mengobrol.“Enggak bisa dibiarkan, mesti laporan sama Sharena ini.”Gegas wanita bertubuh agak berisi itu melesat pergi—menjauhi area masjid demi menyusul Sharena di rumahnya.“Lain kali kalau pak Saka dan yang lainnya mau menggunakan kamar mandi di masjid ini langsung datang saja, ya. Sekalian bisa sambil salat berjamaah sama warga sini,” tutur Jana, sebagai tuan rumah untuk para tamunya, dia memperlakukan Saka dan yang lain dengan sangat baik.“Terima kasih sebelumnya, Pak. Tapi sepertinya cukup untuk malam ini saja, kalau bala bantuan tambahan sudah datang kemungkinan kami akan

  • AKU TUNGGU DUDAMU   Chapter 43| Menantu Idaman

    "Ya Allah, parah banget longsornya, Bah," kata Sharena sedang mendampingi abahnya melihat bencana alam yang menimpa salah satu kampung yang sebenarnya cukup dekat dengan kampung Sharena. Wilayahnya masih berada di kawasan desa yang sama, cuma terpisah oleh satu sungai saja. Hujan lebat yang semalam mengguyur tempat itu membawa bencana dahsyat. Puluhan rumah warga yang dekat dengan lereng gunung tertimbun. Kabarnya sampai menimbulkan korban jiwa, beberapa sudah ditemukan sedangkan sisanya masih proses evakuasi. "Iya, astagfitullah, rumah Uwa kamu juga habis tertimbun, Ren. Sekarang dia sudah ada di pengungsian, kita temui dia dulu baru nanti Abah mau gabung sama warga dalam mengevakuasi korban." Sharena mengangguk paham, mereka lanjut berjalan menyusuri jalanan basah dan lengket. Maklum akses menuju kampung seberang masih cukup sulit. Setelah melewati jembatan kayu yang membentang di atas sungai perbatasan, mereka harus berjalan sekitar 300 meter jauhnya. Kendaraan bermotor tidak mem

  • AKU TUNGGU DUDAMU   Chapter 42| Panggilan Darurat

    Dua tahun kemudian ... Waktu berjalan sangat cepat. Membawa setiap insan pada halaman kehidupan yang sama sekali berbeda dari masa yang telah ditinggalkan. Setiap hal berotasi, mengalami perubahan dengan atau tanpa disadari. Di antara banyaknya perubahan, ada satu hal yang tetap dipertahankan oleh Sakalangit Bastara. Kesendirian yang dipeluk masih tetap sama sejak kata talak terucap dan pengadilan meresmikan perpisahannya dengan Lidya. Ini bukan perkara sudah atau belum melupakan masa lalu. Bukan juga tentang ada atau tidaknya hati baru yang berusaha menyentuh kehidupan Saka. Pria itu hanya sedang menikmati masa-masa pemulihan yang sungguh menyembuhkan semua kepiluan hatinya. Dia sadar bahwa luka yang dulu tertoreh hanya bisa disembuhkan oleh dirinya sendiri, bukan orang lain. Oleh karena itu, Saka sangat fokus pada dirinya sendiri dan keluarga. Menyelesaikan semua tanggung jawab dengan penuh sambil berusaha membahagiakan kedua orang tuanya. Meskipun sudah tampak baik-baik saja, nya

  • AKU TUNGGU DUDAMU   Chapter 41| Perpisahan

    Ramen aneka toping telah tersaji di atas meja, sang pelayan undur diri setelah memastikan tiga porsi ramen yang dipesan tamunya lengkap. Kafe yang menjual makanan khas Jepang ini menjadi pilihan May untuk mengajak Saka berbincang. Mereka memesan ruangan khusus dan tertutup demi menjaga privasi. Acara makan berlangsung dengan damai. Setelah semuanya sama-sama santai dan momennya tepat, May mulai membuka pembicaraan. Public speaking May sebagai seorang manajer tidak perlu diragukan. Penjelasan ihwal tujuannya mengajak Saka berunding sangat singkat, padat, dan mudah dimengerti.Sepanjang May bercerita, perasaan sesal muncul di hati Saka. Dia menganggap dirinya sebagai penyebab utama hal buruk yang dialami Sharena walaupun faktanya Saka tidak tahu apa-apa. Sementara Sharena, dia hanya membisu dan fokus pada makanannya yang belum habis. Hati kecil gadis itu ingin melarikan diri dari situasi ini. Niatnya yang ingin menghilang secara diam-diam dari kehidupan Saka gagal total karena May."Ja

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status