Share

Chapter 3| Tersangka

Perkembangan kasus yang menjerat Sharena bergulir dengan sebagaimana mestinya. Setelah pihak kuasa hukum aktris itu gagal mematahkan tuduhan, Sharena secara otomatis dipindahkan ke lapas perempuan. May dan Ratmi menyesal akan keputusan itu, mereka lalai dalam memperjuangkan Sharena. Namun, peperangan ini belum usai, May dan Ratmi akan tetap berjuang sampai titik darah penghabisan.

Sharena dan rombongan sudah masuk mobil kemudian meninggalkan kantor polisi. Saka mengamati kepergian gadis itu dari tempatnya. Setelah melihat Sharena murung selama ditahan di sel kantor polisi, entah mengapa hati Saka sedikit terusik karenanya. Keyakinannya goyah, mempertanyakan apakah pihaknya sudah menangkap orang yang tepat? Apakah bukti-bukti yang terungkap benar adanya atau tidak?

Diam-diam Saka menyelidiki kasus itu secara lebih mendalam dan spesifik. Meski sekarang urusannya sudah dialihkan kepada pihak kejaksaan tapi Saka tetap merasa bertanggung jawab karena kasus ini ditangani oleh timnya.

"Istigfar pak Komandan, matanya hampir keluar tuh gara-gara terlalu lama menatap si Teteh cantik," goda salah seorang pria, dia polisi intel di sana. Bawahan Saka sekaligus kawan seperjuangan dulu di Akpol.

Saka menyikut perut Tristan lalu beranjak menuju ruang pribadinya.  Tristan mengikuti di belakang lantas duduk di kursi yang berhadapan dengan sang komandan muda nan rupawan.

"Kenapa nih, Dan, merasa kehilangankah si Teteh cantiknya dibawa pindah ke lapas?"

"Kamu tidak ada kerjaan hari ini? Sampai harus mengganggu saya dengan ocehan tak jelas seperti itu."

"Ey, pekerjaan saya banyak, Dan, tapi ada waktu yang tepat untuk mengerjakannya. Tenang saja, tahu-tahu beres."

Saka membuka map dan memeriksa laporan yang hendak ditangani timnya.

"Saya lihat akhir-akhir ini Komandan sering memperhatikan Teteh cantik, sudah serius kena jaran goyang wanita 120 juta, ya?"

"Jaga bicara kamu! Ini kantor, saya bisa mendisiplinkan kamu dengan cara mengerikan kalau kamu terus begini, Tristan."

"Ampun bang jago! Saya cuma bercanda. Tapi omongan saya tidak sepenuhnya salah, kan? Komandan memang sedang menaruh fokus tinggi pada kasus prostitusi itu."

"Saya hanya belum puas dengan penyidikan yang berlangsung."

"Belum puas pada kasus penyidikan atau iba sama tersangkanya?"

"Saya rasa dia mengalami tekanan besar karena masalah ini. Pemberitaan di luar juga semakin liar, merembet ke mana-mana."

"Namanya juga dunia showbiz, Dan. Harusnya dia sudah biasa kan dia sudah jadi aktris papan atas negeri ini. Cuma sayang aja ya, kariernya baru naik eh sudah kena skandal berat."

"Kamu tahu sekali masalah gosip artis," sindir Saka.

"Eh, bukan update gosip, saya ngikutin buat keperluan penyelidikan waktu itu. Semua informasi tentang Sharena saya himpun termasuk ke ranah pribadi dan pekerjaannya."

"Sebaiknya sarankan pada kuasa hukumnya untuk mengajukan pembimbingan pada Sharena selama di lapas. Kondisi mentalnya perlu diperhatikan," anjur Saka, mata Tristan menyipit curiga.

"Nah, kan, fokusnya si teteh cantik lagi. Hati-hati ah ada hati. Nanti hati yang di rumah tersakiti."

Saka mengambil beberapa hvs kosong, meremasnya sampai menjadi bulatan lalu ia lempar ke arah wajah Tristan tanpa ragu.

"Tanda-tanda niat poligami terdeteksi," goda Tristan lagi, Saka langsung mengambil plakat namanya hendak dilempar pada Tristan lagi tapi laki-laki itu buru-buru kabur dari ruangan atasannya.

"Hh, harusnya kupindah tugaskan saja dia," gumam Saka sambil mendesah berat.

***

Tuhan, jika ini mimpi tolong segera bangunkan Sharena dari gelapnya mimpi buruk ini. Namun jika bukan maka kuatkanlah hatinya sekali pun ia sudah hampir gila memikirkan nasib mengenaskan ini. Sharena merenung seorang diri tepat di depan jeruji besi, ia tak berani menoleh ke belakang karena di sana banyak pasang mata menyeramkan yang seperti ingin menumbuknya hingga bubuk.

"Heh, anak baru! Ngapain lo di sana?"

Sharena berbalik perlahan, ia menyisir ruangan kumuh itu dari sudut ke sudut. Rasanya air mata gadis itu siap mengalir lagi.

"Jangan bunuh saya Mbak, hidup saya udah ancur-ancuran. Kasihan adik saya nanti merantau di Jakarta sendirian," kata Sharena membuat para tahanan wanita saling pandang dan akhirnya terbahak bersama.

"Yang mau bunuh lo siapa, hah? Kagak pegel apa berdiri di sana mulu dari tadi? Duduk sini!"

"Serius, Mbak, saya enggak bakal diapa-apain, kan?"

"Enggak nafsu kita nyerang orang yang lagi kuyu kayak lo. Sini buruan!"

Sharena terlihat ragu, ia menggigit bibir bawahnya. Apa yang terjadi biarlah terjadi, Sharena ingin menguasai ilmu ikhlas saat ini walau jujur rasanya berat sekali.

Sharena akhirnya duduk bersila di hadapan tahanan senior. Mereka saling berkenalan satu persatu, ada sekitar enam orang tahanan wanita di sana. Tampang mereka seram-seram tapi tidak dengan sikap dan gayanya. Mereka ternyata ramah, Sharena diajak mengobrol santai walau mereka baru bertemu.

"Aneh," kata Sharena masih heran.

"Apanya yang aneh?"

"Kenapa tahanan di sini enggak seseram yang ada di film atau sinetron? Biasanya kalau ada tahanan baru suka dijajah atau diusilin."

"Mentang-mentang pemain sinetron lo nyamain kehidupan nyata sama drama televisi?"

"Umumnya begitu kan Mbak, banyak yang bilang juga."

"Iya citra buruknya gitu dan memang ada juga yang ngalamin beneran kayak di sinetron-sinetron. Tapi lo tenang aja, di sel ini pada kalem kok orangnya."

"Hooh, Sharen, lagian kita juga kasihan lihat orang setengah hidup kayak kamu. Sejak datang ke sini hobi melamun terus."

"Gimana enggak melamun, Mbak, hidupku kayak roler coster banget. Dalam satu minggu aku mengalami fase kehidupan yang berbeda drastis. Tiga hari lalu aku masih wara-wiri di luar, masih syuting, masih banyak yang suka sama aku. Terus sekarang, aku dihujat satu negara. Kehilangan pekerjaan dan terancam kena denda besar karena kontrak kerja yang batal. Sekarang aku baru bisa banyak cerita karena ada kalian yang baik dan pengertian. Kalau enggak, aku sudah mati karena keseringan melamun kayaknya."

"Itulah hidup, Sharen, kita enggak  tahu apa yang akan terjadi di depan bahkan satu detik setelah ini."

"Iya, Mbak, enggak tahulah, frustrasi banget aku mikirin masalah ini. Aku beneran enggak salah tapi enggak ada satu pun yang percaya. Aku bahkan enggak paham kenapa bisa terjerat kasus aneh ini. Tapi sial banget semua bukti mengarah seolah-olah semuanya benar."

"Kayaknya lo dijebak, Sharen, punya musuh enggak di luar?"

"Aduh, Mbak, musuh lagi ... boro-boro musuh, aku tiap hari sibuk casting sana-sini dulu.  Syuting FTV, terus upload barang endorsment. Gitu aja tiap hari."

"Ya, kan siapa tahu, kalau sudah iri mau lo diem atau bertingkah tetap saja semua yang lo lakuin bakalan salah di mata mereka."

"Biasanya berapa lama ya, Mbak, dapat status tersangka kayak gini? Saya buta banget masalah hukum."

"Ya, sampai sidang pertama lo. Kalau di sidang itu ada saksi atau temuan baru yang memberatkan lo, bisa cepet naik tingkatnya dari tersangka menjadi terdakwa. Siap-siap aja."

"Mbak ... jangan bilang gitu, takutnya jadi doa terus kejadian beneran kan ngeri. Doakan supaya aku cepat terbukti enggak bersalah."

"Iya, iya, kami doakan supaya lo terbukti tidak bersalah dan bisa keluar dari tempat ini secepatnya. Lo datang tempat ini jadi makin sumpek tahu, enggak?!"

Sharena menangis, ia usap air matanya dengan dada bergemuruh. Kemarahan dsn kesedihan masih begitu mendominasi, Sharena tidak tahu harus dengan cara apa agar dia bisa lebih tenang.

"Jangan cengeng, dong! Lo kalau cengeng begini gampang dikibulin orang entar!"

"Iya bener, daripada lo sibuk nangis mending pikirin baik-baik ucapan kami tadi. Siapa tahu beneran ada yang jebak lo. Urutin di kepala lo nama teman-teman yang berpotensi menusuk lo dari belakang. Setelah tahu langsung lapor sama kuasa hukum lo biar diselidiki," saran wanita berusia 46 tahun yang sedang menikmati pijatan kawannya.

Sharena bergeming memikirkan perkataan tahanan wanita itu. Matanya terpejam, menggali ingatan sedalam mungkin. Beberapa saat kemudian mata Sharena terbuka, wajahnya menegang karena amarah. Ada satu nama muncul dalam benaknya. Sharena belum yakin pasti tapi entah mengapa hatinya mengatakan bahwa orang itu terlibat dalam kasus ini. Bahwa orang itu adalah pihak yang telah menjebaknya.

"Apa mungkin dia tega melakukan ini padaku?" gumam Sharena pelan sambil menunduk lesu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status