Sidang kedua Sharena berlangsung hari ini, gadis itu sudah siap tempur dengan lawan-lawan berotak bebal. Dia tidak akan terintimidasi oleh apa pun ancaman yang akan hadir di ruangan sidang nanti. May dan Ratmi mengatakan mereka punya kejutan untuk Sharena, semoga saja itu kabar baik yang akan membawa Sharena mencapai gerbang kemerdekaannya. Dia sudah tidak sabar ingin membungkam mulut sampah orang-orang yang sudah menyumpahinya. Walau tak melihat secara langsung tapi Sharena bisa membayangkan sepedas apa hujatan yang ditujukan padanya selama dirinya di dalam penjara.
Di ruang sidang pihak Sharena melakukan permulaan yang sukses membuat jaksa ketar-ketir. Pihak Sharena benar-benar menunjukkan performa yang luar biasa, baik itu dari kuasa hukumnya maupun Sharena sendiri yang sangat tenang dan santai seperti tidak ada beban. Setelah di persidangan pertama Ratmi berhasil mematahkan bukti-bukti yang disuguhkan jaksa. Kali ini beliau menunjukkan bukti baru yaitu hasil tangkapan layar yang berisi percakapan antara tersangka baru yang diduga sebagai dalang utama masalah ini. Sebelum ke tersangka baru, saat ini hakim tengah menyimak kesaksian salah satu pegawai hotel yang tempo hari ditemui May.
“Jadi maksud Anda saudari Sharena benar-benar masuk ke dalam jebakan yang diatur oleh oknum resepsionis yang tak lain adalah teman Anda sendiri?” lanjut hakim bertanya.
“Benar, Yang mulia, saya mendengar sendiri percakapan antara teman saya dengan seseorang yang entah siapa. Dalam percakapan itu, teman saya mengatakan bahwa dia akan memberikan kamar 405 yang sebenarnya sudah dipesan terlebih dahulu oleh tersangka AT. Proses reservasi dilakukan seolah-olah kamar 405 itu masih available, sehingga di laporan terakhir pemesanan kamar nama yang dicatat hanyalah nama saudari Sharena.”
“Izin menambahkan Yang mulia,” interupsi Ratmi dan sang hakim mengizinkan.
“Saya baru mendapat info terbaru bahwa oknum resepsionis sudah melarikan diri dari indekosnya sejak tadi Subuh setelah tahu bahwa ada temannya yang memberi kesaksian di sini. Besar kemungkinan bahwa dia takut dipanggil ke sini untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya,” lanjut Ratmi dengan tegas.
“Keberatan Yang mulia! Itu hanya opini dari kuasa hukum, bukan fakta yang bisa menguatkan praduga. Kita tidak boleh menyangkutpautkan kepergian resepsionis itu dengan tuduhan ini, siapa tahu dia pergi untuk urusan pribadi,” sela jaksa.
“Izin memberi keterangan, oknum resepsionis meninggalkan indekos subuh-subuh tanpa berpamitan pada pemilik indekos dan meninggalkan hutang sebesar 5 juta rupiah karena pembayaran indekosnya masih menunggak. Tuduhan ini sangat jelas dasar dan alibinya terlebih sudah ada saksi yang buka suara. Saya juga memiliki rekaman video percakapan sang oknum resepsionis dengan antek-antek AT ini.”
Operator memutar video yang diberikan May, di sana semua yang diceritakan saksi benar-benar nyata adanya. Sharena tersenyum penuh kemenangan, ia mencium aroma kebebasan yang sangat pekat. Setelah selesai dengan saksi pertama, akhirnya seorang wanita seusia May memasuki ruangan sidang. Sharena terkejut melihat kehadiran orang itu yang tak diduga-duga, mengapa mantan asistennya mau memberikan kesaksian? Apa hubungannya dia dengan kasus Sharena?”
“Mohon izin memperkenalkan saksi baru, Yang mulia, beliau akan mengungkapkan pernyataan yang bisa menyudahi persidangan ini dengan hasil bahwa klien saya benar-benar bersih dari semua tuduhan yang dilayangkan jaksa.”
Sharena menatap ke arah kursi penonton, bertanya dengan matanya kepada May tentang semua yang terjadi sekarang. May hanya mengembangkan senyum—menyuruh Sharena tetap fokus ke depan.
“Saudari Tina, bisa Anda jelaskan apa motif dan alasan Anda menjebak saudari Sharena dalam kasus prostitusi online ini?”
“Saya hanya ingin balas dendam padanya, Yang mulia. Dia sudah memecat saya di saat saya benar-benar membutuhkan uang. Saat itu Ibu saya sedang sakit, beliau tidak selamat karena telat mendapat pengobatan. Sejak saat itu saya tidak pernah berhenti membenci Sharena, saya muak melihat wajahnya di televisi jadi saya putuskan untuk menjebaknya.”
“Adakah orang lain yang terlibat dalam kasus ini selain Anda dan oknum resepsionis yang saat ini buron?”
“Tidak, Yang mulia, saya hanya bekerja sama dengan resepsionis itu kemudian dengan mucikarinya. Sisanya saya tidak tahu apa-apa.”
“Jadi sekarang, secara sadar Anda benar-benar mengakui bahwa memang Anda dalang utama semua ini?”
“Benar, Yang mulia.”
“Anda siap menerima hukuman dan konsekuensi jika Anda mempermainkan pengadilan?”
“Saya siap, Yang mulia.”
Persidangan terus berlanjut, pertanyaan demi pertanyaan dilayangkan pada Tina hingga dua jam pun berlalu dengan cepat. Di akhir persidangan hakim sudah mengetuk palu bahwa Sharena terbebas dari semua tuduhan yang menjeratnya. Dia dinyatakan bebas dan tidak perlu mendekam di lapas perempuan lagi. May dan Ratmi tersenyum bahagia mendengar putusan hakim. Begitu pun dengan orang-orang yang bersimpati pada Sharena, sayangnya sang artis malah menatap lurus ke arah Tina dengan raut tidak percaya.
Masih ada yang mengganjal di hatinya, Sharena tidak yakin bahwa Tina tega melakukan hal sekeji ini jika tidak ditunggangi siapa pun. Mereka memang sempat memiliki masalah beberapa waktu lalu tapi Sharena masih bersikukuh bahwa semua pengakuan Tina adalah omong kosong. persidangan ditutup dan Tina pun menggantikan posisi Sharena untuk menjadi tersangka dalam kasus prostitusi online dan tambahan kasus yaitu pencemaran nama baik.
***
Kurang lebih empat hari sudah Saka berada di desa Sukasari, ia dan tim menjalankan tugas dengan sangat baik sampai semua korban berhasil dievakuasi. Desa Sukasari dan sekitarnya berduka sangat dalam. Para korban sudah dimakamkan secara masal dan bala bantuan terus berdatangan setiap harinya. Mereka yang kehilangan sanak saudara dan tempat tinggal masih memerlukan uluran tangan saudara-saudaranya. Dengan berakhirnya proses pencarian korban, bisa dikatakan berakhir pula tugas Sakalangit di sana. Menurut kabar yang beredar, Saka akan kembali ke kota dua hari lagi. Malah sebagian anggota timnya sudah kembali lebih dulu atas perintah pria itu. Sharena ketar-ketir mendengar itu, dia belum sempat mengobrol banyak lagi dengan pria pujaannya setelah siang itu. Setiap Sharena mau menemui Saka pasti selalu ada gangguan. Pria itu sibuk luar biasa, kondisinya juga genting jadi sangat tidak etis jika gadis itu menyita waktu Saka terlalu banyak. Sore ini, Sharena sedang sibuk menggalau di kamarnya,
Sharena menatap Saka dari jauh, bersembunyi di balik pohon mangga sambil memeluk rantang berisi makanan yang sengaja dia masak untuk Saka. Usai membantu para relawan memasak makan siang untuk para korban di dapur umum, Sharena sengaja memasak menu tambahan yang spesial dia buat hanya untuk Saka. Semangat itu begitu menggebu sebelumnya, namun kini, ketika Sharena hanya tinggal memberikan hasil karyanya tiba-tiba dia dera keraguan yang begitu besar. Dia masih belum lupa tentang fakta bahwa Saka sudah memiliki istri. Walaupun sedang berada jauh dari Lidya, tetap saja pria itu milik Lidya. Tidakkah tindakan dan perhatian Sharena ini hanya akan membuat Saka tidak nyaman nantinya? “Aduh, kasih jangan ya? Kalau dikasih sama pak Saka nanti dia berpikir macam-macam lagi tentang niatku tapi kalau enggak dikasih kan mubazir.” “Dor!” “Astagfirullah!” kaget Sharena refleks memukul orang yang mengejutkannya. Di tengah kebimbangan yang melanda hati Sharena tiba-tiba dia dikejutkan oleh kemuncula
“Euleuh ... euleuh ... bah Jana sama siapa itu? Meuni kasep pisan!” puji Esih terpesona melihat ketampanan dua orang pemuda yang tampak asing di matanya.Esih yakin dua pemuda itu bukan orang kampung sana, bahkan dia juga meyakini tidak ada orang seperti itu di desa Sukasari ini. Dua pemuda itu dan abah Jana baru selesai melaksanakan sembahyang salat Isya. Mereka masih di selasar masjid, tampak sedang asyik mengobrol.“Enggak bisa dibiarkan, mesti laporan sama Sharena ini.”Gegas wanita bertubuh agak berisi itu melesat pergi—menjauhi area masjid demi menyusul Sharena di rumahnya.“Lain kali kalau pak Saka dan yang lainnya mau menggunakan kamar mandi di masjid ini langsung datang saja, ya. Sekalian bisa sambil salat berjamaah sama warga sini,” tutur Jana, sebagai tuan rumah untuk para tamunya, dia memperlakukan Saka dan yang lain dengan sangat baik.“Terima kasih sebelumnya, Pak. Tapi sepertinya cukup untuk malam ini saja, kalau bala bantuan tambahan sudah datang kemungkinan kami akan
"Ya Allah, parah banget longsornya, Bah," kata Sharena sedang mendampingi abahnya melihat bencana alam yang menimpa salah satu kampung yang sebenarnya cukup dekat dengan kampung Sharena. Wilayahnya masih berada di kawasan desa yang sama, cuma terpisah oleh satu sungai saja. Hujan lebat yang semalam mengguyur tempat itu membawa bencana dahsyat. Puluhan rumah warga yang dekat dengan lereng gunung tertimbun. Kabarnya sampai menimbulkan korban jiwa, beberapa sudah ditemukan sedangkan sisanya masih proses evakuasi. "Iya, astagfitullah, rumah Uwa kamu juga habis tertimbun, Ren. Sekarang dia sudah ada di pengungsian, kita temui dia dulu baru nanti Abah mau gabung sama warga dalam mengevakuasi korban." Sharena mengangguk paham, mereka lanjut berjalan menyusuri jalanan basah dan lengket. Maklum akses menuju kampung seberang masih cukup sulit. Setelah melewati jembatan kayu yang membentang di atas sungai perbatasan, mereka harus berjalan sekitar 300 meter jauhnya. Kendaraan bermotor tidak mem
Dua tahun kemudian ... Waktu berjalan sangat cepat. Membawa setiap insan pada halaman kehidupan yang sama sekali berbeda dari masa yang telah ditinggalkan. Setiap hal berotasi, mengalami perubahan dengan atau tanpa disadari. Di antara banyaknya perubahan, ada satu hal yang tetap dipertahankan oleh Sakalangit Bastara. Kesendirian yang dipeluk masih tetap sama sejak kata talak terucap dan pengadilan meresmikan perpisahannya dengan Lidya. Ini bukan perkara sudah atau belum melupakan masa lalu. Bukan juga tentang ada atau tidaknya hati baru yang berusaha menyentuh kehidupan Saka. Pria itu hanya sedang menikmati masa-masa pemulihan yang sungguh menyembuhkan semua kepiluan hatinya. Dia sadar bahwa luka yang dulu tertoreh hanya bisa disembuhkan oleh dirinya sendiri, bukan orang lain. Oleh karena itu, Saka sangat fokus pada dirinya sendiri dan keluarga. Menyelesaikan semua tanggung jawab dengan penuh sambil berusaha membahagiakan kedua orang tuanya. Meskipun sudah tampak baik-baik saja, nya
Ramen aneka toping telah tersaji di atas meja, sang pelayan undur diri setelah memastikan tiga porsi ramen yang dipesan tamunya lengkap. Kafe yang menjual makanan khas Jepang ini menjadi pilihan May untuk mengajak Saka berbincang. Mereka memesan ruangan khusus dan tertutup demi menjaga privasi. Acara makan berlangsung dengan damai. Setelah semuanya sama-sama santai dan momennya tepat, May mulai membuka pembicaraan. Public speaking May sebagai seorang manajer tidak perlu diragukan. Penjelasan ihwal tujuannya mengajak Saka berunding sangat singkat, padat, dan mudah dimengerti.Sepanjang May bercerita, perasaan sesal muncul di hati Saka. Dia menganggap dirinya sebagai penyebab utama hal buruk yang dialami Sharena walaupun faktanya Saka tidak tahu apa-apa. Sementara Sharena, dia hanya membisu dan fokus pada makanannya yang belum habis. Hati kecil gadis itu ingin melarikan diri dari situasi ini. Niatnya yang ingin menghilang secara diam-diam dari kehidupan Saka gagal total karena May."Ja