Berita Putra tidak setuju pengiriman general manager pusat ke hotel cabang, sudah tersebar keesokan harinya. Semua orang menjadi lega. "Tidak mungkin pak Putra akan setuju.""Benar, dari awal tugas manager pusat berbeda dari yang lain.""Tapi, apa mungkin pak Putra melakukannya demi bu Nada?""Apa hubungannya?""Hei, apakah kalian lupa perseteruan antara pak Putra dan bu Nada? Siapa tahu jika bu Nada satu bulan di sana, pak Putra akan kesepian sehingga mengeluarkan perintah larangan.""Ngaco kamu!""Pak Putra dan bu Nada jelas-jelas bermusuhan.""Ah, sayang sekali. Padahal aku ingin melihat hubungan cinta di kantor.""Iya, siapa tahu pak Putra merubah aturan dilarang pacaran di kantor.""Bukannya pak Putra ada fans juga di kantor?""Memang ada, tapi mereka juga bersikap realistis. Tidak mungkin memaksakan diri hahahaha-"Semua orang ikut tertawa. Ya, pak Putra hanyalah pangeran impian yang sulit mereka gapai, jadi hanya sebatas mengagumi ketampanannya saja.Nada jika mendengar hal in
Setelah melihat Nada dicari seorang wanita cantik, insting tajam Putra mengatakan wanita itu pasti punya rencana di belakangnya. Putra sontak minta tolong ke general manager dengan alasan mengawasi jika dia salah satu suruhan hotel Trisha.General manager pun menurut dan tidak bertanya apa pun. Putra menghela napas panjang, jika terjadi sesuatu pada putrinya, dia akan menuntut balasan. Eh, ngomong-ngomong kenapa dirinya yakin sekali bahwa anak yang dikandung Nada perempuan? Bisa saja laki-laki.Putra membuka bekal makannya dan mendengus nikmat ketika melihat makanan ini. Pagi ini dirinya ingin makan rawon daging khas Malang ditambah nonton drama China.Kenapa suka drama China dibanding Korea? Karena Putra jatuh cinta dengan kekonyolan tokoh utama wanita, persis dengan Nada yang kadang suka marah sendiri atau licik.Ketika serius nonton sambil sarapan, telepon di mejanya berdering dan Putra mengangkatnya. "Ya?""Pak Putra, saya sudah membuatkan asinan mangga dan juga ikan goreng asam
"Uhuk!" Oza memperhatikan Nada. "Apakah anda sedang sakit?"Nada menggeleng cepat lalu mengangguk. Oza tersenyum kecil. "Mana yang benar?"Tim marketing dan Fo yang sembunyi di balik pintu ruang marketing hampir menjerit ketika melihat senyum aktor terkenal itu."Astaga, tampan sekali dia.""Lebih tampan dari di tv.""Bibirnya itu lho minta dicium.""Aku juga mau cium bibirnya.""Gak tahan aku-"Nada bisa mendengar suara berisik di balik pintu kantor marketing yang terhubung dengan meja tinggi fo."Kalau anda sakit, bisa ditunda besok," kata Oza.Nada menggeleng dan berdehem. "Tidak apa."Oza menyipitkan matanya. "Anda yakin?"Nada mengangguk kecil lalu menangkap sosok tinggi yang baru keluar dari lift, disambut general manager dan manager operasional pusat.Sosok itu juga menangkap sosok Nada.General manager menatap Nada dan Putra bergantian lalu tertawa. "Wah, pak Putra samaan dengan bu Nada. Apa ini gara-gara pak Putra sering marah ke bu Nada jadinya tertular virus?"Oza menoleh
Nada bingung dengan perintah manager operasional pusat yang menyuruhnya masuk ke kamar suite presiden yang hanya ada dua. Satunya khusus dipakai pemilik hotel sementara satunya dipakai tamu undangan yang biasa dipakai teman-teman pemilik hotel yang sama kayanya.Apakah para pemilik sudah datang? Atau ada teman-teman para pemilik yang ingin bertemu dengan dirinya?Ketika pencet bel dan melihat sosok yang membuka pintu, Nada terkejut."P- pak Putra?" tanya Nada dengan gugup. Memakai kimono yang memperlihatkan otot-otot perut dan poni rambut yang berantakan maju ke depan."Se- sepertinya saya salah kamar."Putra menarik masuk Nada dan mengunci kamar.Nada terkejut ketika punggungnya di dorong hingga ke pintu dan kedua tangan Putra bersandar di sebelah dirinya. "Tukang selingkuh."Nada mengerutkan kening tidak mengerti."Padahal kamu sudah punya anak denganku, tapi kamu selingkuh?""Bagaimana bisa? Sejak kapan aku selingkuh dan sejak kapan kita punya hubungan lebih?""Sejak kamu mengandu
Pernikahan adalah kewajiban, tapi bukan berarti paksaan. Para wanita dituntut untuk cepat menikah dan memiliki anak, mereka tidak dituntut persiapan apa pun untuk para wanita.Mau contoh yang lebih gamblang? Ibu kandung Nada yang sudah di usia dua puluh tujuh tahun menikah dengan ayah kandung Nada yang katanya seorang duda.Semua serba cepat dan mendadak bahkan tetangga pun tidak sempat diundang banyak dan menimbulkan gosip ibu Nada menikah karena hamil.Ibu Nada yang selalu didesak untuk menikah, akhirnya menikah malah dihujat dan bahkan keluarganya sendiri pun tidak suka dengan sang suami yang awalnya merupakan teman dari ibu Nada.Sedih? Pasti.Kecewa? Iya lah.Tapi mereka tetap menjalankan pernikahan, ibu Nada pun tipe wanita yang rada aneh meskipun sudah diberitahukan bahwa sang suami adalah playboy dan bisa jadi penipu.Ketika berjalannya pernikahan harus tetap menjalankan sakit hati sekaligus begitu melihat semuanya. Cinta dan tekanan menjadi terlupakan, korban pun berteriak
"Jangan buat aku bertindak gila dengan menyakiti kamu, Nada," bisik Putra di telinganya.Nada tidak bisa menyalahkan Putra."Kamu ingin hamil? Aku sudah memberikannya bahkan bibit, bebet dan bobotku sangat bagus meskipun tidak setara dengan milyuner di luar sana." Putra mencium kecil leher Nada. "Kamu yang memulai semuanya, princess."Nada merinding. Dulu dia memang ingin dipanggil princess oleh ayahnya karena bermimpi memiliki istana kecil tapi ternyata harapan itu pupus ketika ayahnya menghancurkan istana kecil yang terdapat raja, ratu, pangeran mahkota dan putri.Lalu sekarang dirinya harus mendengar sebutan princess dari seorang pria, di atas tempat tidur pula. Hal yang tidak akan pernah dia bayangkan seumur hidup.Nada menatap Putra dengan napas tidak teratur, mengangkat kedua tangannya dan menyentuh pipi pria tampan itu di masing-masing sisi.Mereka melakukannya seperti di malam tahun baru tapi bedanya mereka saling mengenal sekaligus bisa melihat ekspresi."Hentikan." Erang Nada
Nada membuka mata perlahan dan melihat pemandangan Dejavu, bangun tidur dengan melihat pria tampan yang tertidur lelap. Putra membuka mata perlahan dan melihat Nada sudah bangun lalu tersenyum dengan suara serak. "Pagi."Nada menatap takjub Putra, senyum yang menyilaukan serta suara serak yang seksi. "Pa- pagi."Putra meraba perut Nada. "Ada masalah dengan perut kamu? Semalam aku berusaha hati-hati supaya tidak menyakiti anak kita."Nada mengangguk pelan. "Tidak apa."Putra menghela napas lega lalu memeluk erat tubuh Nada. "Tidur dulu, semalam kamu sudah bekerja keras."Nada memberanikan diri memeluk pinggang Putra. Mereka berdua tertidur lelap lagi.Lima jam kemudian, Putra mengantar Nada pulang ke rumah, keluar hotel lewat jalur rahasia para bos.Putra memarkir mobil agak jauh dari rumah supaya tidak ketahuan, begitu Nada turun dan jalan menuju rumahnya. Putra mengawasi dari dalam mobil lalu pergi setelah melihat Nada belok masuk ke dalam rumahnya.Tapi yang tidak diketahui Putra,
Keesokan harinya, hotel tempat Nada bekerja menjalankan aktifitas seperti biasanya kecuali tidak adanya sosok Nada."Bu Nada masuk rumah sakit?" tanya general manager yang tidak percaya saat mendapat konfirmasi dari marketing senior. "Tadi kakaknya telepon dan memberikan kabar kalau Bu Nada masuk rumah sakit Cinta.""Kalau begitu, kita harus mengunjunginya.""Tidak boleh. Kata kakaknya, Bu Nada harus istirahat penuh dan tidak ada yang bisa mengganggu."General manager menghela napas panjang lalu menoleh ke pintu masuk dan melihat Putra datang sambil melihat jam tangannya. "Pak Putra!" general manager menghampiri Putra."Ada apa?" tanya Putra dengan dingin."Hari ini Bu Nada tidak masuk kerja karena masuk rumah sakit, ngomong-ngomong bapak bilang soal lembur-""Bu Nada masuk rumah sakit?" Potong Putra."Ya, katanya kemarin masuk. Kami hendak menjenguk tapi dilarang oleh ka-"Putra menarik tangan general manager. "Kita harus mengunjungi Bu Nada.""Eh, tapi-""Saya merasa bersalah karen