Share

8. Dia masih istriku

Author: Rumi Cr
last update Last Updated: 2025-10-07 14:00:02

“Kalau serius, berhenti ngatur-ngatur Kanaya. Dia udah setengah bebas. Biarin dia mulai nentuin hidupnya sendiri.”

“Itu bukan hidupnya sendiri,” sahut Satria pelan. “Dia bawa Saka, dan posisinya sebagai ibu dari anakku enggak akan pernah berubah. Jadi dia tetap harus menjaga penampilan yang pantas. Sebagaimana aku sebagai ayahnya Saka, kamu pernah lihat aku rambut pirang, gondrong, atau brewokan? Enggak pernah.”

“Ya, tapi kamu tuh larang-larang seakan masih ...."

“Dia masih istriku, Fa. Masih wajib nurutin soal penampilannya,” potong Satria cepat. Ia merogoh saku jasnya. “Sial, lupa.”

“Lupa apa?”

“Permen Xylitol, kamu yang bayar ya, aku cari dulu,” kata Satria, berdiri.

“Udahlah, balik ngerokok aja.”

“Kamu aja yang terus ngisep racun itu,” balas Satria sambil memeriksa ponselnya yang bergetar. Ada pesan masuk dari istrinya.

[Mas, aku lupa bilang. Waktu siapin jas,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   32. Syok

    “Kak ….”Wafa terkesiap saat menyeka pipi adik iparnya dan mendengar panggilan itu. Ia menjauhkan waslap, lalu selembut mungkin menanggapi, “Nay … Naya ….” “Kak Ainun …,” sahut Kanaya pelan. "Masyaallah, Nay!” seru Wafa, segera menekan tombol pemanggil di dekat kepala ranjang. Ia berusaha menahan tangis saat memperhatikan kelopak mata Kanaya bergerak perlahan-lahan, membuka. “Nay … Naya ….” “Kak ….” Wafa mengangguk, menanggapi dengan tangis tertahan dan doa penuh syukur. “Iya, ini Kakak, Nay … oh, syukurlah! Kami sudah lama menunggumu sadar.” Kami? Kanaya menyipitkan mata, menahan nyeri yang menyiksa kepalanya. Sakit sekali rasanya. Tubuhnya pun sulit digerakkan. Lebih dari itu, kerongkongannya terasa sangat kering hingga sulit mengeluarkan suara. “Alhamdulillah, kamu sudah sadar,” ujar Wafa sebelum bergegas menyeka air matanya dan beranjak ke pintu. “Ya, Satria! Naya bangun!

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   31. Aku Menunggumu

    Mas Satria ....Satria terkesiap membuka mata, menyadari ini masih hari kelima sejak kecelakaan yang membuat Kanaya belum sadarkan diri. Ia menoleh ke samping, memperhatikan dengan saksama. Tempat tidur khusus penunggu berukuran double itu tidak cukup leluasa untuknya bergerak, apalagi ditambah Saka.“Saka,” panggil Satria lalu bangun, menoleh ke sekitarnya dan mendapati Daffa di salah satu kursi sofa mengangkat tangan.“Oh, kamu udah lama?”“Setengah jam! Kamu ngorok sampai Saka kesel.”“Mana dia?” tanya Satria, bangun dari tidurnya untuk menghampiri Daffa.“Sama Ante Ghea, jalan-jalan ke bawah, mau lihat adik bayi ....”“Sial.” Daffa tertawa lalu melemparkan sesuatu yang langsung ditangkap Satria. Ponsel yang pernah diserahkan sebelumnya.“Aku harus balik ke Jakarta sore ini. Pekerjaan kamu minggu ini udah aman, ada acc beberapa berkas proyek smart living. Zafran bilang dia yang bakal datang, mungkin lusa.”“Oke.” Satria menatap ponselnya, memeriksa pesan-pesan terbaru.“Ya, Ghea te

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   30. Ada Apa?

    "Saka ikut Tante Ghea, mau?" tawar Ghea."Enggak," jawab Saka dalam gendongan Satria, agak rewel karena belum bisa pulas tertidur.Satria mengelus-elus punggung anaknya. "Aku juga malah kepikiran kalau Saka enggak di sini.""Nanti siang kita balik lagi, biar bisa gantian ... kamu juga butuh tidur, Man," ujar Daffa sambil mengusap kepala Saka."Kamu bawa aja ponselku, selain udah mau mati, aku enggak bisa mikir si Zafran ngomong apa," ujar Satria, menyodorkan ponselnya yang langsung diterima Daffa."Lah, kalau butuh apa-apa gimana, Mas?" tanya Ghea heran."Bisa pakai ponselnya Kanaya," jawab Satria sambil merogoh satu ponsel lain yang meski layarnya retak, masih menyala dan berfungsi normal."Kirain ponsel Kanaya udah mati," ucap Ghea."Tadinya, terus bisa dinyalain lagi. Masih delapan puluh persen baterainya," jawab Satria, menunjukkan indikator di sudut layar."Ini dilepas aja pelindung layarnya sama c

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   29. Dipindahkan

    Daffa sudah curiga ada hal yang tidak beres ketika diberi tahu bahwa Kanaya akan dipindahkan ke rumah sakit pusat. Ia dan Ghea yang baru saja mendarat justru diminta mengurus barang-barang yang tertinggal di penginapan. “Saya ganti pakai cek saja ya, Pak. Repot kalau harus ganti unit,” ujar Ghea saat ditemui perwakilan pengelola, setelah diberi tahu tentang proses ganti rugi akibat kecelakaan yang merusak satu unit mobil jeep. “Oh, bukan, saya justru mau meminta informasi soal ganti ruginya. Sopir truknya sudah tertangkap dan bisa diurus untuk—” “Aduh, Mas saya enggak akan punya waktu buat urusan begini,” sela Ghea sambil memandang Daffa. “Iya, kan?” Daffa mengangguk. “Kalau bisa, sopir itu jangan sampai nongol dulu di depan mukanya. Satria kalau dendam, jelek tabiatnya.” “Ih, bener-bener,” Ghea geleng kepala. “Pak, pokoknya silakan diurus saja, ya, kasusnya. Kami mau fokus ke penyembuhan dulu.”

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   28. Kedatangan Kanzu

    “Mamaaa!” jerit Saka. “Satria! Aku akan datang ke kamu, ya ... Ghea juga,” suara Daffa terdengar meyakinkan. “Tunggu sebentar, Man ... kami akan ke sana.” Satria menyebutkan nama rumah sakit, mengakhiri panggilan, lalu menggendong Saka kembali sambil berjalan mondar-mandir di ruang tunggu operasi. “Mamaaa ....” “Iya, tunggu Mama di sini, ya.” Lengan Satria mulai nyeri. Sebelumnya, bukan cuma tangisan, putranya sempat tantrum. Menendang, menggeliat, memukul-mukul, dan semakin memberontak begitu tahu ibunya dibawa masuk ke ruangan yang tidak memperbolehkan siapa pun ikut. Beberapa pengunjung sempat membantu menenangkan, tapi tidak banyak membantu. Bahkan dokter anak yang memeriksa Saka juga tidak bisa berbuat banyak. “Mamaa ....” “Iya, tunggu Mama di sini,” ulang Satria, mengelus punggung putranya. Ia berusaha menenangkan diri, menghirup sisa aroma Kanaya yang masih tertinggal di selimut dan rambut Saka. Ia tidak tahu sudah berapa kali bolak-balik, sampai akhirnya tangis

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   27. Berita baik dan buruk

    “Selamat sore, Bu Laras.”“Sore, Sus,” sapa Laras Pradipandya, mengangguk ramah pada suster pribadi yang selama sebulan terakhir membantu menjaga Kakek Rahmat. “Ini ada kue dan jus, silakan dinikmati.”“Terima kasih, Bu.”Laras mengangguk, melihat dari balik kaca pintu ruang rawat. “Dokter Abiyu visit jam berapa, ya?”“Sekitar setengah jam lagi, Bu.”“Di dalam ada Bu Syaiba?" tanya Bu Laras pada perawat tersebut.“Ada, Bu.”Bu Laras masuk pelan, nampak Bu Syaiba menoleh ke arahnya. "Sudah sarapan belum, Mbak? tanya Bu Laras menuju wastafel lalu mencuci tangan. Ia mendekati kursi tunggu di samping ranjang. "Sudah barusan. Anak-anak lagi camping ke Yogyakarta," sahut Bu Syaiba membuka percakapan dengan adik dari besannya. "Iya, nampaknya Saka bahagia sekali bisa camping bersama mama dan papanya," balas Bu Laras. Hingga detik ini, Bunda Kanaya itu belum tahu bahwa ponakan menggugat cerai putri semata way

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status