AMBIL SAJA SUAMIKU 9Aku melangkah menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah pasti. Kata Rayyan, yang kuutus untuk mencari tahu apa yang terjadi, Mayang memang ada di rumah sakit. Dia baru saja menjalani operasi pemasangan pen di pergelangan tangan kanannya yang patah. Dia jatuh di kamar mandi, itu alasan yang dia katakan pada dokter di IGD. Bagaimana Rayyan mencari tahu, itu bukan urusanku. Sepupuku yang sejak kecil bercita-cita menjadi detektif itu, selalu bisa mencari tahu hal apapun dengan cara yang tak bisa kau duga. Dan aku datang ke rumah sakit, sekedar untuk menyaksikan secara langsung bagaimana hukuman dari Tuhan berjalan pada orang-orang yang zolim.Mayang ditempatkan di kamar kelas satu rumah sakit umum, kelas yang tak mungkin kuambil seandainya saja terpaksa dirawat di rumah sakit ini. Satu kamar yang dibagi untuk dua orang, sempit dan pastinya tidak nyaman. Kenapa Mas Arkan yang mengaku pengusaha hebat sampai menyuruhnya dirawat di kelas ini? Apakah rugi dua ratus juta
AMBIL SAJA SUAMIKU 10"Arez?"Tanpa kuduga, lelaki itu langsung memegang tanganku, dan dengan cepat menarikku pergi dari tempat itu. Aku tak sempat protes maupun bertanya hingga akhirnya, kami berhenti di kantin rumah sakit. Arez mendorongku agar duduk di salah satu kursi dengan gerakan lembut. Dia sendiri lalu duduk di hadapanku. Kantin sepi, hanya beberapa orang yang duduk sambil minum kopi dengan wajah muram. Tentu saja, ini bukan tempat rekreasi."Aku mendengar sebagian percakapanmu dengan pasien di dalam sana itu. Ceritakan, Kay, apa yang terjadi?"Suaranya dalam dan menuntut. Aku menghela napas dalam-dalam. "Dia itu Mayang. Kamu masih ingat?"Arez mengerutkan alisnya, "Mayang sahabatmu di SMA itu? Yang sering kali merajuk dengan wajah kesal kalau aku jalan denganmu?"Kini, ganti aku yang mengerutkan kening. Lalu, ingatanku terbang ke masa sepuluh tahun yang lalu. Mayang, aku dan Arez memang sekolah di SMA yang sama. Aku pacaran dengan Arez, sementara Mayang kerap kali mengekor
AMBIL SAJA SUAMIKU 11 ___Ibu dan Mbak Renita langsung berjengit, mungkin membayangkan sedang membersihkan kotoran menantu barunya itu. Aku tertawa dalam hati. Itu baru secuil dari kejutan yang akan Ibu temui. Aku tak mau membayangkan reaksi Ibu kalau tahu Mas Arkan gagal tender, merugi ratusan juta rupiah dan terancam tak akan pernah mendapatkan proyek selamanya. Aku mengeluarkan notes dan pulpen dari dalam tas, menulis alamat rumah sakit dan nomor kamarnya, juga sekaligus menuliskan alamat rumah baru Mas Arkan dan Mayang. Kuletakkan kertas itu di hadapan Mbak Renita."Ini alamatnya. Namanya Mayang, dan ah, aku lupa. Ibu juga akan punya cucu baru, namanya Mimi."Ibu dan Mbak Renita saling pandang dengan wajah tak enak dilihat."Kayyisa, Nak, ini bisa dibicarakan baik-baik. Ibu akan memberi tahu Arkan agar berlaku adil. Atau kalau perlu, Arkan harus menceraikan perempuan itu lagi."Aku tersenyum. Suara Ibu tiba-tiba melunak. Ibu mungkin mulai bisa berpikir secara realistis, menghitu
AMBIL SAJA SUAMIKU 12PoV MAYANG"Oh, jadi ini perempuan yang membuat anakku berubah jadi bodoh? Astaga, Arkan. Apa yang dia pikirkan saat membuang berlian dan malah memungut kerikil ini?"Astaga. Jadi inikah Ibu mertuaku? Dan perempuan yang berjalan dengan wajah kaku di sebelahnya itu, pastilah kakak perempuan Mas Arkan. Wajah mereka mirip. Tapi, kenapa aura mereka tampak menyeramkan? Batu kerikil, dia menyebutku batu kerikil. Kalau saja dia bukan Ibu Mas Arkan, pastilah sudah balas kumaki-maki dia."Ibu … "Aku berusaha bangkit dengan susah payah. Bagaimanapun, aku harus mengambil hatinya. Sebentar lagi Mas Arkan akan menang tender. Kalau dia dapat untung satu milyar, aku pasti bisa beli apa saja. Aku bisa menyaingi penampilan Kayyisa. Aku akan minta mobil, emas …"Jangan panggil saya Ibu. Bagi saya, menantu saya satu-satunya cuma Kayyisa."Heh. Belagu banget. Nggak tahu dia kalau anak lelakinya bisa berlutut di depanku, rela menjilat kakiku kalau sekali saja aku menggoyang pinggul.
AMBIL SAJA SUAMIKU 13"Apa? Surat pindah?"Miss Dita tersenyum. Dia memindahkan satu map berkas di tangannya ke atas meja."Iya, kemarin saya menerima surat permintaan pindah sekolah atas nama Aimy Kusuma atau Mimi. Dan hari ini kebetulan sekali suratnya sudah selesai."Aku terbengong-bengong sesaat. Kuraih map berkas itu dan mendapati surat pindah sekolah milik Mimi berada paling atas, bergabung brrsama buku raport dan berkas lain. Surat itu sudah ditandatangani oleh kepala sekolah dan wali kelas, juga ditembus ke ketua yayasan. "Dan kata wali kelas, Mimi juga sudah tiga hari tidak masuk sekolah tanpa konfirmasi. Asumsi kami, Mimi mungkin sedang bersiap pindah sekolah. Tak apa-apa, anak-anak memang seperti itu. Saya doakan semoga Mimi betah di sekolah yang baru."Aku menelan ludah yang terasa kelu. Padahal hari ini aku datang ke sekolah untuk mendaftarkan Mimi supaya ikut abudemen mobil sekolah karena untuk sementara aku tak bisa mengantar jemputnya lagi. Tapi, sebuah kejutan ternya
AMBIL SAJA SUAMIKU 14"Kamu mau pergi lagi sama Arez? Aku gimana?""Emmm, kamu pulang duluan ya, May. Aku ada janji. Hari ini Arez ulang tahun."Mayang cemberut."Itulah kenapa, aku nggak suka kamu pacaran. Kamu akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan pacarmu."Aku menelan ludah, tiba-tiba merasa tak nyaman mendengarnya. Tapi, tak lama kemudian Mayang tersenyum."Maaf, Kay. Aku cuma merasa kesepian. Kamu tahu sendiri, aku nggak punya teman lain selain kamu. Kamu membuat aku terdampar di sekolah orang kaya, dan ternyata, tak seorangpun mau berteman dengan orang miskin sepertiku selain kamu."Dia coba membuatku merasa iba, sekaligus menanamkan rasa bersalah. Memang akulah yang mengajak Mayang sekolah di SMA favorit ini, dengan janji akan membantu biaya spp-nya setiap bulan. Tentu saja, sebagai anak tunggal dari seorang pengusaha sukses, uang bukan masalah buatku. Bukan hanya spp, bahkan uang jajan dan membeli buku-pun, dia bergantung padaku. Kadang, dengan tampang sedih, dia cerita
AMBIL SAJA SUAMIKU 15"Kay! Kay! Ada apa sih?!"Kuabaikan suara Ajeng, yang ikut berlari di belakang kami. Derap tiga pasang sepatu membuat suara gemuruh. Untung saja, jam pelajaran sudah usai. Seluruh siswa dan para tentor sudah meninggalkan tempat ini.Di depan, Rayyan tiba lebih dulu. Ada seseorang disana, yang tiba-tiba saja membuat langkahku berhenti mendadak."Aduh!"Karena aku berhenti mendadak, Ajeng menabrak punggungku."Kok kamu nggak bilang kalau kurirnya masih disini? Dia itu … ""Kan aku belum selesai bicara, kalian sudah heboh aja. Memangnya ada apa? Kurirnya siapa?"Aku menghela napas panjang, lega sekaligus gemas karena sudah salah sangka. Seseorang yang mengawasiku di coffee shop seberang jalan itu kemarin, membuatku khawatir hingga langsung menduga yang tidak-tidak. Ah, sepertinya aku kebanyakan nonton drakor. Nyatanya, yang berdiri di sana, sang kurir itu adalah … "Kay! Kamu nggak bilang-bilang kalau Arez ada di sini!" seru Rayyan.Dua lelaki itu berbalik, dan tanp
AMBIL SAJA SUAMIKU 16PoV MAYANG"Dasar pelit!"Suara Ibu membuatku berlari ke depan. Sejak pagi tadi aku menunggu Ibu pulang, ingin tahu apa hasil dari kedatangannya ke rumah Kayyisa. Jika padaku Kayyisa bersikap keras dan tak kenal kompromi, pada Ibu dan Bapak yang sudah tua, Kayyisa pastilah akan luluh. Dia orangnya nggak tegaan. Tapi, jeritan Ibu tadi membuatku terkejut."Katamu Kayyisa itu baik hati dan pemurah, ternyata bohong. Jangankan ngasih uang, minuman aja nggak."Ibu menunjuk wajahku, sementara kulihat Bapak mengusap-usap wajahnya sendiri."Jadi nggak dapat? Terus aku ke rumah sakit pakai apa, Bu? Hari ini jadwal cek, apakah tulangku sudah menyatu semua atau belum. Terus Mimi mau daftar sekolah, terus … ""Loh kok tanya Ibu? Dasar anak tol*l! Itu kan urusanmu. Makanya pinter dikit jadi orang itu. Harusnya sebelum Kayyisa tahu kalian menikah, pindahkan dulu semua harta atas namamu."Aku merengut, tak terima dikatakan tol*l."Aku nggak tol*l. Rumah ini buktinya, sudah atas