ホーム / Rumah Tangga / AMBISI IBU MERTUA / Bab 48: Ternyata karena salah niat.

共有

Bab 48: Ternyata karena salah niat.

作者: Putrisyamsu
last update 最終更新日: 2025-11-07 11:33:34

Bab 48: Ternyata karena niat yang salah.

Dua tahun telah berlalu bersama hancurnya seluruh perasaan dan harapannya pada seorang lelaki yang selama ini ia harap dapat menjadi penopang hidupnya juga hidup anak-anaknya, dengan sekuat hati Nadiya kembali menata hati agar dapat bangkit dari keterpurukan hidupnya.

Nadya berdiri di depan pintu kantor Developer yang selalu tertutup. Dari balik kaca bening ia mengamati ruangan di dalamnya.

“Hm, Mudah-mudahan niatku untuk memiliki rumah bisa segera terlaksana,” gumamnya dalam hati. Mulutnya menyunggingkan senyum kebahagiaan.

Dengan tanpa keraguan di hatinya ia mendorong pintu.

“Nadya, kamu Nadya bukan?”

Nadya tersentak mendengar suara itu. Kenapa ada orang yang mengenalnya ditempat yang baru ia datangi. Tapi ia merasa tidak asing dengan suara itu.

“Aku Bella.” Wanita berhijab lebar itu menatap Wajah Nadya sangat lekat, seakan ingin mengingatkan Nadya tentang sesuatu
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 88: Mak Yeyen minta maaf.

    Bab 88: Mak Yeyen Minta maaf. “Mak Yeyen?” bibir Nadya bergetar begitu menyebut nama perempuan tua di hadapannya. Tubuh wanita itu tidak bergerak. Matanya menatap pias wanita yang terlihat sudah semakin tua. Ingatannya Tentang perbuatan tiga teman mantan ibu mertuanya masih melekat kuat dibenaknya. Bahkan semuanya masih menancap di hati Nadya. Perlakuan empat perempuan tua yang menyebabkan perceraiannya dengan Wanda. “Nadya…maafkan aku, Nadya…” Suara keras tangisan Mak Yeyen memecah keheningan suasana berkabung. Disaat beberapa orang sedang menggotong keranda yang akan membawa jenazah Mak Onah ke peristirahatan terakhir. Tanpa disangka wanita tua itu berlutut di kaki Nadya. Memuat semua mata terkesima memandangnya. “Nadya tetap berdiri mematung di samping Pak Hardi yang terus mendampinginya. Memaafkan perempuan tua itu bukanlah urusan mudah baginya. “Nadya, keinginan terakhir dalam hidupku aku hanya berharap kamu membukakan pintu maaf untuk

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 87: Warga tercengang.

    Bab 87: Warga tercengang. Wajah Nadya dan pak Hardi memerah disertai rasa panas yang menjalar sampai ke tengkuk. Dari kaca kecil yang tergantung di depan nya Pak Hardi masih sempat melihat Nadya tersipu malu dan salah tingkah. Sementara Bude Ijum yang duduk di samping Nadya malah memandang keluar melalui jendela yang sengaja tidak ditutup. ‘Menikah? Ah, dari kemarin dia tidak juga melamarku,” gerutu Nadya di hatinya karena kesal, ia merasa berada di suatu penantian yang tidak pasti. Sekilas ia pun sempat menatap kaca kecil di depan Pak Hardi yang hanya memperlihatkan kedua bola matanya. Deg! Ia merasa darahnya berdesir. Rasanya baru kali ini ia menatap sorot mata lelaki dengan jelas meski hanya dari sebuah cermin. Tapi ia yakin tatapan itu sama sekali tidak bohong. Nadya tahu Pak Hardi juga sedang merasakan sebuah getaran yang sama dengan yang ia rasakan. Hanya saja sepertinya Tania yang duduk sendiri di bangku belakang tidak merespon per

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 86: Perjuangan belum berakhir.

    Bab 86: Perjuangan belum berakhir. “Pak Hardi tadi bicara apa?” tanya Nadya. Sebuah pertanyaan yang membuat harapannya kembali muncul. Bagaimana tidak. Meski pertanyaan itu tidak jelas. Tapi Nadya tahu pertanyaan itu sangat serius. “Itu, tadi…maksudnya…” kembali Pak merasa lidahnya terkunci. Kalimat yang harusnya sudah bisa di utarakan langsung pada Nadya harus tertahan di kerongkongan. Sebuah rasa yang sangat menyiksanya. Membuat ia hanya bisa mengumpat pada diri sendiri.Padahal ini adalah kesempatan yang tepat. Ia kembali menarik nafas panjang agar kekuatannya kembali terkumpul untuk menyatakan isi hatinya. Tapi sayangnya, saat itu pula Bude Ijum muncul dengan membawa nampan berisi bubur ayam dan segelas teh panas. “Nadya makan dulu. Ini juga aku buatkan teh panas supaya tubuhmu segar.” Bude Ijum meletakkan semangkuk bubur ayam dan segelas teh di hadapan Nadya. “Ih, Bude. Bisa tidak munculnya nanti saja. Gagal lagi…gagal lagi,” getutu

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 85: Curhat dengan Pak Hardi.

    Bab 85: Curhat dengan Pak Hardi. Nadya turun dari motornya sejenak dia diam berdiri samping motor yang selalu menemaninya pegi. Wajahnya terlihat letih. Letih menanggung rasa takut yang berlebihan. Wanita itu menghela nafas. Ia memandangi dua orang yang juga memperhatikannya dengan menyimpan sebuah pertanyaan. “Kenapa melamun disitu, Nadya?” tanya Bude Ijum dari tempat duduknya. Pak Hardi yang sebenarnya ingin bertanya mulutnya terkunci. Bukan lagi karena merasa malu. Tapi karena teringat dengan peristiwa tadi malam. “Pak Hardi saya takut Akmal pergi dari hidup saya.” Nadya mendekati Pak Hardi yang kemudian memberinya sebuah kursi kosong untuk duduk agar dapat bercerita bercerita lebih tenang. Lelaki itu sekilas menatap wajah Nadya yang terlihat sembab karena menangis semalaman. “Bu Nadya jangan berpikir yang aneh-aneh seperti itu. Tidak mungkin Akmal meninggalkan ibunya. Percaya sama saya,” ucap Pak Hardi tidak bertele-tele, dan tidak

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 84: Lamaran yang tertunda.

    Bab 84: Lamaran yang tertunda. Paginya setelah sholat subuh Bude Ijum yang merasa penasaran dengan apa yang terjadi di tempat kemalangan sengaja menemui keponakannya sambil membawa kopi dan bubur ayam hasil buatannya. “Bapakmu mana, Za?” tanya Bude Ijum pada Reza yang sedang mencuci mobil. “Di Dalam Bude. Masih ngaji,” ucap Reza sambil menyiram air dengan selang panjang ke arah mobil. “Bawa sarapan cuma untuk bapak saja. Malang sekali nasibku tidak ada yang yang mengurus. Nasib…nasib…” ucap Reza dengan suara yang sengaja dikeraskan. Mendengar sindiran pemuda itu Bude Ijum berhenti dan menoleh padanya. Tapi Reza malah pura-pura sibuk. “Kalau mau ambil sendiri sana di dapur. Tanganku cuma dua,” ucap Bude Ijum lalu meneruskan langkahnya ke teras. Saat itu pula Pak Hardi muncul dari pintu samping. “Nih, sarapan dulu. Mumpung masih hangat.” ucap Bude Ijum. “Jam berapa nanti kamu mengantar Nadya dan Tania kesana lagi?” tanya bude ijum

  • AMBISI IBU MERTUA   Bab 83: Akmal bertemu ayahnya.

    Ban 83: Akmal bertemu ayahnya. “Apa? Tidak! Kamu harus pulang Akmal!” Nadya menarik tangan putranya agar pergi bersamanya dari tempat itu. Namun ternyata Wanda memegangi tubuh Akmal hingga Nadya dibuatnya tertahan karena tentunya tenaga Wanda lebih kuat. “Nadya, tolong. Biarkan Akmal bersamaku. Aku mohon. Aku selama ini merindukan dia,” ucap Wanda memelas. Permohonan lelaki itu bukannya membuat rasa iba di hati Nadya, ia malah meradang. Bukan hanya karena tidak suka dengan sikap Wanda, tapi karena rasa takut kehilangan putranya lebih besar menghantui dirinya. “Ternyata kamu sudah menghasut anakku, ya! Tidak, aku tidak akan membiarkan anakku ikut denganmu. Mau jadi apa dia!” bentak Nadya di depan orang ramai. Nadya yang tidak bisa mengendalikan emosinya bersuara dengan keras di tengah keheningan suasana berkabung itu. Membuat orang-orang yang ada di dalam keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. Sebentar saja halaman rumah Feri sudah dikerumuni

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status