Share

Bab 5

Sesampainya di rumah, segera aku masuk dan berlari ke kamar. Kubaringkan Miko yang sudah tertidur di atas ranjang, kututup pintu dan jendela lalu menguncinya.

Setelah memastikan semuanya aman. Aku menjatuhkan tubuh di balik pintu. Kudongakkan kepala berusaha menahan air mata yang sedari tadi jatuh. 

“Ya Tuhan...!” gumamku pelan

Beberapa kali kutarik nafas panjang lalu menghembuskannya kasar berharap bisa sedikit menenangkan hatiku, tapi semua itu gagal. Kututup mulutku agar tidak ada yang mendengar tangisanku.

Akhirnya kulepaskan semua beban di dalam dada yang sedari tadi tertahan.

Sejenak terlintas pertanyaan yang tadi aku dengar. 

“Anita, apa dia cucuku?” 

“Iya, Bu! Dia Miko cucu Ibu,” jawabku.

“Maafkan kesalahan Ibu, Anita!” ucapnya tulus.

“Aku sudah memaafkan semua kesalahan Ibu.”

“Bolehkah aku memeluk Miko?” tanyanya ragu.

“Tentu saja, Bu!” jawabku sambil menurunkan Miko dari gendonganku. 

“Sini, sayang! Ini nenek.” Ibu merentangkan tangannya.

Miko perlahan berjalan ke arah Ibu. Matanya masih saja menatapku untuk memastikan bahwa aku mengizinkannya. Aku tersenyum lalu mengangguk.

Kulihat Ibu berjongkok berusaha menyejajarkan tubuhnya dengan Miko. Perlahan Miko mendekat, segera Ibu meraih tangan Miko dan memeluknya.

“Mama...!”Kudengar Miko berteriak.

Seketika aku mengangkat kepala lalu mengedarkan pandangan ke semua sudut ruangan. Kulihat Miko sedang duduk di atas ranjang sambil mengucek matanya.

“Mama...!” teriak Miko sekali lagi.

Segera aku bangkit dan menghampiri Miko. Kupeluk dia yang masih setengah mengantuk. “Ini Mama, sayang!” 

Aku menghembuskan nafas perlahan mencoba meredam debaran di dadaku. Aku lega karena semua itu hanya mimpi. Ternyata tadi aku menangis hingga tertidur.

“Dia memang cucumu, Bu! Namun kupastikan itu hanya dalam mimpi.” 

**

Sore ini aku dan Miko di ajak Rendi makan di luat, sebenarnya Rendi hanya menepati janjinya. Jika Miko juara maka Rendi akan mengajaknya makan bakso.

“Ini hadiah buat Miko,” ucap Rendi sambil menyerahkan bungkusan kecil pada Miko.

“Kok dikasih hadiah lagi, Om! Kan kita udah makan bakso.” Tanya Miko.

“Itu bonus dari Om, karena Miko juara satu,” jawab Rendi.

“Makasih ya, Om! Oh iya Ma, Kok ayah sekarang enggak ngirim hadiah lagi, ya?”

Memang setelah kubuka blokir nomornya, beberapa hari ini Mas Rafi tidak mengirimi Miko hadiah lagi. Ia hanya selalu mengirim pesan walaupun tak pernah kubalas.

“Itu bukan dari ayah, Sayang! Itu hanya dari orang yang mungkin kelebihan uang,” jawabku asal.

“Kalo kelebihan uang, kenapa enggak sekalian kirim uang, Ma? Biar bisa buat bayar sekolah Miko.”

Aku hanya terdiam. Miko memang masih sangat polos. Aku harus sabar dalam memberi pengertian, agar ia tidak menganggap ayahnya masih ada.

“Apa Ayah benar-benar sudah meninggal, Bu?” tanya Miko kemudian.

“Iya, memangnya kenapa? Kok Miko tanyanya begitu.”

“Kalo memang Ayah sudah meninggal, kenapa enggak ganti Om Rendi aja yang jadi Ayahku?” 

Seketika aku dan Rendi saling memandang. Kami sama-sama terkejut dengan perkataan Miko. Aku tak menyangka anak sekecil Miko sudah memiliki pikiran seperti itu. Apa Miko sangat merindukan sosok Ayah dalam hidupnya?

Setelah semua selesai makan kami memutuskan pulang sebelum hari beranjak petang. Kami berjalan santai karena memang jarak warungnya tak terlalu jauh. Sepanjang perjalanan kami menyapa beberapa tetangga yang kebetulan sedang berkumpul dan berjalan-jalan sekedar menikmati sore.

“Eh, Nak Rendi! Habis ngajakin Anita jalan, ya?” sapa Bu Yati ketika berjalan melewati rumahnya.

“Iya, Bu! Habis makan bakso di warung depan,” jawab Rendi sopan.

“Pasti Bu Yati mau bikin gara-gara,” batinku.

“Awas hati-hati kalo ngajakin Anita jalan, takutnya nanti Rafi datang kamu di marahin loh,” ucap Bu Yati.

Benar saja dugaanku, pasti Bu Yati akan bicara macam-macam. 

“Aku lihat Rafi sekarang sering datang mengunjungi Nita sama Miko, loh! Dia juga ngirimi Miko banyak mainan. Liat aja sekarang mainan Miko banyak. Mana mampu Nita beli mainan mahal-mahal kalo enggak dibelikan Rafi,” imbuhnya.

“Aku udah tau kok, Bu!” jawab Rendi.

“Jangan terlalu berharap sama nita, Nak! Sainganmu berat.”

“Kemarin kata Nita, kalo Rafi nawarin uang lagi dia mau mintanya dua ratus juta. Emang Nak Rendi mampu?” 

“Lah, bukannya aku di ajarin Bu Yati kemarin. Katanya jangan Cuma minta seratus, makanya aku minta dua ratus,” selaku.

“Terus kamu jadinya di kasih berapa?” tanya Bu Yati.

“Bu Yati Kepo, deh!” candaku.

“Oh iya, Bu! Katanya Santi anak Ibu mau nikah, ya?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.

“Iya, tiga bulan lagi. Besok jangan lupa datang, ya!” ucap Bu Yati dengan wajah berbinar.

“Pasti dong, Bu! Oh iya, tolong bilangin sama Santi besok kalo dikasih seserahan jangan mau kalo Cuma sedikit, bilang aja sama calonnya kalo tetangga sebelah di kasih dua ratus juta. Begitu ya, Bu!”

Kutinggalkan Bu Yati yang masih terdiam menyusul Rendi dan Miko yang jalan terlebih dahulu. Mungkin sekarang Bu Yati sedang mencerna kata-kataku.

Mulut Bu Yati memang tak bisa di rem, selalu saja mencampuri urusan orang lain. Pantas saja ia dijuluki tahu mercon, orang omongannya pedas begitu. Tapi tenang saja, makanan pedas itu favoritku. Jangankan tahu mercon, bubuk cabai saja aku doyan. Makanya aku selalu bisa menaklukkan Bu Yati.

Sesampainya di depan rumah aku mengucapkan terima kasih pada Rendi dan segera masuk. Aku langsung menghidupkan semua  lampu, karena suasana di dalam sudah gelap.

Saat aku masuk ke kamar aku mendengar dering panggilan telepon. Segera aku mengecek ponselku dan terdapat panggilan dari Mas Rafi. Seperti sebelumnya aku langsung menolak panggilan itu. Kulihat ada 23 panggilan tak terjawab dan 33 pesan masuk. 

[Anita, cepat pulang! Aku tahu kamu sedang jalan sama Rendi]

[Enggak usah terima hadiah dari Rendi, Nanti aku belikan yang lebih bagus]

[Jangan racuni pikiran Miko dengan bilang ayahnya udah meninggal. Aku masih hidup, Anita! Apa lagi sampai menjadikan Rendi ayah Miko. Sampai kapan pun hanya aku ayahnya Miko...]

Aku mengernyit heran dengan pesan-pesan yang dikirimkan Mas Rafi. Dari mana dia tahu apa yang aku bicarakan dengan Rendi? Apa mengirimkan mata-mata untuk mengawasiku?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status