Share

Part 8 Dijemput

Part 8 Dijemput

“Kamu kenapa, Nak?” Aku masih memeluknya dengan rasa hatiingin menjerit menagis. Tak kuat rasanya melihat putri satu-satunya bersikapaneh.

“Ibu kok nanya? Aku baik-baik aja kok.”

Aku melepaskan pelukan. Menatapnya dengan dekat. Kali iniada seuntai senyum diperlihatkan. Tetapi sorot matanya terlihat sedih.

“Kenapa kamu duduk di teras ini subuh-subuh?” Kuulangibertanya kala ia sudah bisa diajak bicara. Padahal di sekitar masih gelap.

“Aku sedang menunggu anakku ....” Tiba-tiba dia terdiamdengan ekspresi terbengong melihat ke halaman rumah.

“Anakmu?” Rasanya aku tak percaya kalau ia menyebut menungguanakknya yang telah meninggal.

“Eh, kok gelap ya, Bu? Sekarang jam berapa?” tanyanyabangkit dari duduk. Pun aku ikut berdiri.

Apakah ia baru tersadar dari sebuah halusinasi tentanganaknya? Atau ..., ya Allah, aku tidak mengerti kenapa anakku seperti ini. Initak pernah terjadi sebelumnya hingga sebuah pemandangan yang menyayat hati.

“Mila, kamu ... kamu sebaiknya sholat dulu d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status