Share

Berubah?

Kini Ara sudah sampai di rumah. Tadi sebenarnya Reisya menawarkan agar Ara menginap dulu di rumahnya namun Ara menolak karena tidak ada ayahnya dan mungkin dia akan dimarahi oleh mamanya.

"Tau gini aku nginap aja di rumah Reisya, Meyra kayaknya masih dirawat deh," ucap Ara yang kini sedang menonton film di kamarnya.

Reisya💜 is calling...

Halo?

Halo, Ra. Gimana?

Dirumah nggak ada orang, kayaknya mama sama Meyra belum pulang.

Tau gitu kamu nginap aja di rumahku, mau aku jemput nggak?

Eh, ngapain? Nggak usah. Aku di rumah ajalah, lagian besok besok juga bisa nginap ke rumahmu.

Ohhh okedeh, oh iya aku dipanggil mama buat makan, aku makan dulu ya. Byeee

Iya, byee

Reisya mematikan teleponnya secara sepihak lalu Ara juga teringat dirinya belum makan dari tadi siang, karena saat di mall mereka hanya membeli camilan saja.

Ara pun turun ke dapur dan mengambil mie instan yang ada di rak. Ara sedang malas memasak yang aneh aneh jadilah hanya mie instan saja, toh Winda dan Meyra juga tidak pulang hari ini.

Ara memakan mie nya dengan lahap sambil menonton tv di ruang tamu.

_____________

Ara sudah bangun sekitar satu jam yang lalu, sekarang dia sedang membersihkan rumah supaya Winda tidak mengomel. Ara tidak masak karena belum tahu apakah Winda dan Meyra pulang hari ini atau tidak. Rencananya dia akan delivery saja, baru nanti ketika Winda dan Meyra pulang, dia akan memasak.

Saat sedang asyik makan di ruang tamu, tiba tiba makanannya diambil oleh seseorang. Ara menoleh dan ternyata itu adalah Meyra. Dia datang seorang diri, dimana Winda?

"Loh, Mey main ambil aja. Itukan punyaku," protes Ara karena makanannya diambil begitu saja.

Tanpa rasa jijik, Meyra memakannya dengan lahap. Tetapi Ara baru memakannya sedikit, mungkin sekitar dua suap.

"Pesen lagi," ucapnya dengan mulut yang penuh dengan nasi. Tadi Ara memesan ayam geprek spesial untuk dirinya, hmm kali ini diambil oleh Meyra, biarkan lah. Pikirnya.

Ara pun segera menuju dapur dan mengambil minum untuk dirinya sendiri dan untuk Meyra.

"Makasih," ucap Meyra membuat kening Ara berkerut. Tumben, tapi yasudahlah.

Ara duduk di sebelah Meyra dengan pandangan menuju televisi yang menampilkan film yang Ara juga tidak tahu judulnya apa.

"Mama nggak pulang?" Meyra bertanya kepada Ara membuat kening Ara berkerut, mengapa dia tanya?

"Nggak tuh," jawab Ara. Ya memang Winda tidak pulang semalam, Ara pikir Winda menginap di rumah sakit.

"Aku pikir mama nginap di rumah sakit nemenin kamu," lanjutnya membuat Meyra menggeleng.

"Mama nggak nungguin aku, aku chat aja centang satu," ucap Meyra yang lagi lagi membuat Ara bingung. Saudara tirinya ini kenapa, sikapnya yang beda membuat Ara sedikit bingung, apa efek setelah keluar dari rumah sakit? Tentu saja tidak mungkin.

"Mama beberapa hari ini aneh," celetuk Meyra membuat Ara menoleh ke arahnya.

"Maksudnya aneh gimana?" tanya Ara karena bingung. Meyra yang ditanya justru menggeleng membuat Ara semakin bingung. Yasudahlah, pikirnya.

"Gue ke kamar dulu," Meyra berdiri lalu berjalan menuju kamarnya.

Ara menggelengkan kepalanya melihat kelakuan saudara tirinya itu, tiba-tiba saja baik, tiba-tiba juga bisa mode julid seperti biasa. Ara lebih memilih untuk membereskan sisa makanan yang tadi dimakan oleh Meyra lalu berniat untuk ke kamar.

Sesampainya di kamar, Ara ingin merebahkan badannya tapi ia urungkan karena dia mendengar suara mobil di depan rumahnya. Dengan penasaran, ia pun mengintip lewat jendela. Terlihat mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan pagar rumahnya. Tapi sang pemilik mobil tak kunjung keluar membuat Ara semakin bingung. Saat Ara akan kembali ke kasur, mata Ara tak sengaja menangkap Winda yang baru saja keluar dari mobil tersebut membuat Ara mengurungkan niatnya dan kembali mengintip.

"Mama sama siapa?" batin Ara

Ara mengerutkan keningnya. Apakah itu laki laki yang sama seperti yang dia liat saat dia dan Reisya sedang di bioskop?

Winda dan laki laki itu sangat akrab bahkan sebelum masuk ke dalam rumah laki laki itu sempat mencium pipi Winda membuat Ara membulatkan matanya.

"Ini maksudnya gimana?" gumam Ara bingung lalu segera bersembunyi karena laki laki itu melihat ke arah Ara.

"Astagaa, mukanya kok nyeremin sih," gumam Ara sambil memegang dadanya yang berdetak kencang.

Ara menggelengkan kepalanya lalu masuk ke kamar mandi untuk menetralkan detak jantungnya.

Tok tok tok

"Araaa" teriak seseorang dari luar. Ara yang masih berada di kamar mandi mondar mandir tidak jelas karena takut ketahuan tadi ia mengintip.

Orang tersebut adalah Winda. Winda memasuki kamar Ara yang memang tidak dikunci lalu mengetuk pintu kamar mandi.

"Araaa," panggilnya membuat Ara mau tak mau harus keluar. Sebelum itu, ia membasuh mukanya agar terlihat seperti habis melakukan sesuatu.

"Eh, iya ma. Ada apa?" tanya Ara yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Nggak, kamu tolong siapin makanan. Saya mau makan," ucapnya lalu keluar dari kamar Ara. Ara hanya mengangguk lalu mencari tali rambutnya dan mulai turun ke dapur untuk memasak.

Kini Ara berada di dapur dan masih berdiam diri bingung mau memasak apa.

"Ngapain lo?" tanya Meyra yang baru saja turun dan langsung duduk di kursi.

"Mau masak," jawab Ara singkat sambil berpikir dan sesekali melihat ke arah rak dan kulkas.

"Masakin ayam kecap dong, lo bisa nggak?"

Ara berpikir sejenak lalu melihat bahan bahan yang ada di kulkas. Ara menganggukkan kepalanya.

"Bisa," jawabnya lalu mulai meracik bumbu bumbu untuk memasak ayam kecap. Mungkin dengan lauk jamur crispy.

"Kamu nggak alergi jamur kan, Mey?" tanya Ara sebelum memasak. Takut takut jika Meyra alergi jamur dan tidak sengaja memakannya, maka ia akan dihukum lagi oleh Winda.

Meyra menggeleng membuat Ara tersenyum dan melanjutkan sesi masak memasaknya itu.

Setelah hampir satu jam memasak, kini masakan Ara sudah selesai dan sudah tersaji di piring. Meyra yang sedari tadi menunggui Ara memasak langsung mengambil piring dan mulai makan.

Meyra menganggukkan kepalanya, "lumayan," ucapnya membuat Ara sedikt tersenyum. Jarang, bahkan tidak pernah Ara dipuji oleh Meyra maupun Winda. Sekarang pun sifat mereka sedikit berubah, entah kenapa tiba tiba saja.

Ara dan Meyra sama sama menoleh ketika mendengar suara koper. Mereka berdua sama sama mengernyitkan keningnya tak kala melihat Winda yang membawa koper dan memakai pakaian yang rapi.

"Mama mau kemana?" tanya Meyra yang sama bingungnya seperti Ara.

"Kalian di rumah dulu ya, berdua. Mama mau ke luar kota dulu soalnya ada masalah sama bisnis mama." Winda meletakkan kopernya di samping sofa lalu duduk di meja makan bergabung bersama Ara dan Meyra.

"Memangnya mama punya bisnis?" tanya Ara ragu ragu. Takut jika dia salah bicara dan berakhir dihukum oleh mamanya.

"Ada, kamu nggak perlu tau," ucap Winda sekenanya lalu melahap makanannya.

"Mama disana mungkin sekitar satu Minggu. Jadi sebelum ayah kalian pulang, mama sudah sampai sini," lanjutnya membuat Ara dan Meyra hanya mengangguk.

Selesai makan, Ara mencuci piringnya lalu kembali ke kamarnya. Saat membuka pintu Ara terkejut ketika melihat Meyra yang sedang berada di kamarnya sambil melirik ke arah luar melalui jendela.

"Mey, ngapain?" tanya Ara sembari menghampiri Meyra.

Meyra menoleh ke arah Ara lalu menggeleng. Ia keluar dari kamar Ara tanpa mengucapkan sepatah katapun membuat Ara bingung. Ia pun melihat ke arah yang tadi dilihat Meyra. Sepi. Tidak ada apa apa, bahkan motor dan mobil pun tidak ada yang berlalu lalang. Lalu tadi Meyra memperhatikan apa?

Ara menggeleng dan duduk di ranjang sambil memainkan handphonenya.

Saat sedang asyik mendengarkan musik, tiba tiba saja musiknya berhenti dan berganti dengan suara nada dering telepon membuat Ara membuka matanya.

"Ayah, tumben telpon," gumam Ara kemudian mengangkat teleponnya.

"Halo, sayang." panggil Evan membuat Ara mematung. Sayang, sudah lama Ara tidak mendengar panggilan itu dari ayahnya.

"Ara?" panggilnya lagi membuat Ara membuyarkan lamunannya.

"Eh, iya ayah."

"Kamu dimana?"

"Ara ada di kamar, kenapa yah?"

"Nggak, ayah cuman kangen sama kamu. Kamu baik baik aja kan?"

"Alhamdulillah Ara baik baik aja, gimana kabar ayah?"

"Ayah juga baik baik aja. Secepatnya ayah pulang, ayah nggak sabar pengen ajak kalian jalan jalan"

"Iya, yah"

"Yasudah, ayah lanjut kerja lagi" ucapnya lalu mematikan teleponnya secara sepihak.

Ara meletakkan handphone nya di balas lalu berbaring sambil menatap langit langit kamar. Entah kenapa hari ini dia begitu bahagia. Mamanya yang tiba tiba bersikap baik padanya, begitupun Meyra dan ayahnya. Semoga saja seterusnya seperti ini. Semoga.

"Araaaaaa."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status