Share

Bab 7

***

Di mobil biasanya anak anak pada debat tentang banyak hal. Seperti Setiyaki dan Lana yang berdebat pasal apakah betulan ada reinkarnasi. Dan jika reinkarnasi itu ada maka Lana ingin berubah menjadi choker nya Via Vallen biar tau kalo dia itu aneh pake begituan. Tapi Ali yang seorang Vianisti sejati tentu tidak terima. Perdebatan akan semakin panas jika Setiyaki membela salah satu diantara mereka. 

Namun hari ini Aji sedang tidak ingin berdebat. Dilihat dari rear-view-mirror sosok yang mengganggu Aji sejak subuh tadi masih terlihat. Dia duduk di belakang bersama Ali. Jika Ali tau dia sedang bersebelahan dengan makhluk tak kasat mata sepertinya cowok itu akan pinsan. Beruntungnya sosok cewek itu tidak jahil seperti sosok lain yang sering menampakan diri meski tampilannya juga tidak terlihat baik. 

Akan Aji deskripsikan. Dia cewek. Sepertinya seumuran dengan Aji bahkan seragamnya juga seragam yang sama dengan sekokah Aji. Rambutnya panjang hingga pinggang. Diikat kebelakang hanya untuk memperlihatkan bagian samping kepala kirinya yang seolah bocor. Telinga cewek itu merah karena darah dan sebagian lengan kirinya sudah tidak berbentuk seperti lengan. Jika Aji simpulkan sepertinya sosok itu mati karena kecelakaan. 

"Malam ini mau makan apa?" tanya itu mengalihkan fokus Aji dari sosok di belakang. 

"Mau semur ayam, mah. Kasih tahu sama kentang." Sahut cepat Setiyaki. 

Yang lain mengangguk setuju dan Mama juga. Tapi Aji masih terdiam. Ia kembali memperhatikan sosok berseragam dibelakangnya. Mata cekung dan wajah pucatnya menambah ngeri belum lagi darah disekitarnya. Jujur, Aji masih sering takut dengan sosok seperti itu.

Sampai sekolah Aji berniat memisahkan diri dari Ali dan Setiyaki. Lana sudah lari duluan karena katanya ada tugas yang harus dikumpulkan pagi. 

"Mau kemana?" tanya Ali mendapati saudara kembarnya berjalan tergesa lebih dulu. 

"Gue mau ketemuan dulu. Kalian duluan aja." Cepat Aji lantas memberi kode pada sosok disampingnya untuk menemui Aji di rooftoop gedung perpustakaan. 

"Jadi lo mau bantuin gue?" tanya sosok itu lagi. 

"Lo rubah dulu penampilan lo. Jangan ada darah. Gue ngeri liatnya." 

Sedetik kemudian sosok itu berubah lebih bersih. Meski kulit wajah dan tangannya masih sangat pucat. Dan mata cekung itu tak berubah bersinar. Masih menunjukan pupil gelap. 

"Tergantung sama cerita lo." 

"Btw, lo pernah bantuin setan lain sebelum ini?" tanya sosok itu. Aji menaikkan bahu. 

"Belum. Dan gue nggak pernah mau nolong yang sejenis sama lo." 

Mendengar jawab Aji sosok itu berdecih. Seperti meragukan apa yang Aji katakan. Namun Aji tak peduli. 

"Gue mati di sekolah ini. Lima tahun lalu di rooftoop gedung kelas sebelas. Semua orang percaya gue mati bunuh diri padahal faktanya enggak. Gue dipaksa lompat." suara itu merendah. Di menit berikutnya angin berhembus ringan. Menerbangkan anak rambut Aji yang menutup setengah dahi. Namun sosok cewek itu seolah tak merasakan ada angin karena rambut dan seragamnya tak ikut serta bergoyang karena angin. "Satu-satunya orang yang percaya kalo gue nggak bunuh diri cuma sahabat gue. Sayangnya tiga tahun berikutnya dia juga mati." 

"Sedih." 

"Enggak. Gue lega karena gue akhirnya mati. Bukan malah kesakitan di rumah sakit. Walaupun sampe sekarang luka di kepala sama tangan gue masih terasa sakit." Sosok itu kemudian menatap Aji. Lantas mendekat dua langkah untuk lebih dekat. "Tapi gue nggak bisa pergi dari sini karena orang yang maksa gue buat mati justru bahagia di dunia ini." 

Aji melihat jam di pergelangan tangannya. Kemudian menatap sosok bermata cekung tadi. Walaupun agak takut dengan mata itu namun Aji memberanikan diri. Kata Mama itu etika berbicara dengan sesama manusia. Ya walaupun sosok didepannya bukan lagi manusia. Setidaknya dia pernah jadi manusia. 

"Singkatnya?" 

"Lo tau loker nomer tiga belas yang nggak pernah dibuka?" 

Aji mengangguk. Itu rumor sudah ada sejak Aji masuk ke tingkat SMA di sekolahnya. Dan kini loker itu berada jarak dua loker dari miliknya. 

"Gue mau lo buka loker itu. Dan kasih isinya ke guru bk." 

"Kenapa?"

"Disana ada bukti bahwa gue bukan cuma mati karena bunuh diri." 

"Kalo disana ada bukti seharusnya sekolah bisa buka paksa loker lo. Bukan malah nutupin kasusnya." 

"Pelakunya anak wakil kepala sekolah. Mereka tau tapi berusaha melindungi. Kasus kematian gue belum ditutup sama orang tua gue. Jadi dengan bukti itu, mereka masih bisa nangkep pelakunya." Sosok tadi kembali menatap Aji. Pupil hitamnya tak bergerak dan itu lebih menambah kesan ngeri. "Gue juga pengen naik ke akhirat, tapi gue seolah terjebak sama dendam gue dan dendam orang tua gue di dunia. Jadi setelah ini, gue harap mereka melepas gue dengan layak." 

Aji terdiam sejenak. Kemudian meninggalkan sosok tadi tanpa memberi jawab. Karena Aji juga tidak tahu apakah dia akan membantu atau tidak. Aji hanya tidak ingin diganggu sosok itu. Dia tau sosok itu menganggu Mas Abim beberapa hari terakhir, melihat bang Banyu yang sering telanjang dada saat tidur bahkan menjahili Mama ketika masak sarapan di pagi hari. Aji tak mau kejahilan sosok itu menjadi lebih parah.

***

"Lo kembarannya Ali, kan?" tanya seorang cewek yang tiba-tiba mendekatinya. Aji terdiam kemudian mengangguk samar.

"Tolong kasihin ini ke Ali, dong. Gue udah lama nunggu dia disini tapi dia nggak dateng." 

"Lo udah coba chat atau telfon dia?" 

"Udah. Tapi nggak diangkat. Gue minta tolong, yah." 

Cewek tadi berlalu setelah mengulurkan sebuah kotak kado. Aji tuh mukanya mirip budak atau gimana, sih? Kok orang bahkan setan sering memperlakukannya seperti itu. 

Ah, ya. Itu bukan pacar Ali karena cowok itu masih ngebet mendekati anak pak rw yang sering pulang pergi ke mushola. Tapi Ali tuh terkenal. Wajahnya yang agak blasteran kadang bikin cewek tuh gampang klepek klepek. Sifat hangat Ali yang mudah menolong dan wajah polos Ali ketika tertawa kadang bikin jantung perawan begetar. Gitu katanya. Kata beberapa setan yang mengagumi sosok Ali dan tidak sengaja Aji dengar. Ali tuh bisa jadi the next kak Juna karena terlalu terkenal di sekolah. Bahkan Ali juga bisa saja mewarisi sifat playboy kak Juna tapi Ali lebih sopan. Karena tadi, sepertinya hati Ali hanya untuk Ana seorang. Dan katanya Ali tidak ingin namanya berubah jadi Adhitama Jancuk Ali Badas Prihatmoko. Nggak etis banget.

Sudah hampir masuk jadi Aji mengurungkan niat untuk mengunjungi Ali lantas menyerahkan kado dari penggemar rahasianya. 

Aji memilih menyimpannya ke dalam loker di depan kelasnya. 

"Jadi lo mau bantuin gue?" setan tadi muncul tiba-tiba. Dengan penampilan yang sama seperti pagi tadi. Dengan darah. Aji hampir jantungan tapi masih mencoba tetap tenang agar orang sekitar tak menganggapnya aneh. 

"Ji, lihat. Ini lokernya," ucapnya.

Aji menatapnya sejenak kemudian mengabaikan. Cowok itu lebih memilih masuk kelas. 

Namun setan cewek itu tetap mengikuti. Dia duduk di depan Aji yang entah kenapa kursi didepannya baru kosong karena sang pemilik tidak masuk. Aji terganggu, itu pasti.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status