Share

Bab 8

Author: Mustika Ainel
last update Last Updated: 2022-06-24 06:20:03

1[Mas, itu maksudnya apa Bunda bikin Give Away begitu? Itu kenapa perhiasanku bisa sama Bunda?]

Ridwan yang baru sampai di garasi hendak turun mendadak dibuat bingung saat membaca pesan dari Eca, give away apa yang dimaksud? 

[Kamu ngomong apa? Mas nggak ngerti.]

[Coba mas buka grup karyawan! Bunda mau ngadain giveAway tentang hubungan kita.]

Mata Ridwan membulat sempurna membaca pesan itu. 

Tanpa membalasnya Ridwan kembali mengambil hpnya yang terkhusus untuk keluarganya, yang disitu tercantum grup-grup yang ada di W*. Sementara HP untuk selingkuhannya dia simpan di balik jok kemudi. Tidak lupa Ridwan matikan terlebih dahulu.

Saat pesan W* itu dibuka Ridwan benar-benar tidak habis pikir mengapa Rara seperti ini.

Berbagai macam komentar masuk membalas pesan Rara. Banyak dari mereka yang tercengang atas apa yang Rara adakan di grup ini. 

[Bun, ini maksudnya apa, ya? Mas Ridwan itu yang dimaksud Pak Bos?]

[Bun, ini teh beneran? Emangnya Pak Bos teh selingkuh? Kunaon eta?] timpal Neneng karyawan bagian jahit. 

[Bun, ini beneran? Kok bisa? Ya Allah… yang sabar ya bun, yang kuat. Ayok teman-teman siapa yang tau tolong kasih tau Bunda.]

 

[Hah! Ini serius Bun? Kok bisa? Emang selingkuh sama siapa, pak Bos?]

[Yang pasti buka gue lah cong!]  

[Ya kali sama lo, hahaha.]

Mereka saling balas chat satu sama lainnya. 

[Eh! Kalo bunda udah post ke grup kita, itu berarti inituh udah urgent bangat lho! Bisa jadi Bunda curiga di antara kita ada main serong sama, pak Bos.] 

[Wah Bun, kalo udah di share di mari udah kaga bisa nyari ntu bukti, Bun, pasti Pak Bos main cantik ini udah tau mau dimatai-matai.]

Ada banyak rentetan isi chat hingga sudah ratusan. Lelah sudah Ridwan men scroll ke atas dibaca satu persatu komentar dari berbagai macam karyawannya yang juga kebetulan mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda. 

Ridwan tak membaca satu persatu, sebab Ridwan sudah tau intinya Rara minta karyawan mencari bukti perselingkuhannya. 

"Sial! Mau ditaruh mana mukaku sebagai atasan mereka? Bunda-Bunda, tidak bisakah kita bicara baik-baik. Mengapa harus sampai di beritahu semua orang?" Rutuk Ridwan. 

Hampir semua karyawan berkomentar di grup. Kecuali satu orang. Ya itu Eca. 

"Argh! Sial!" Ridwan memukul setir mobil itu kuat. 

Ridwan yang hendak turun dari mobil dihentikan kembali karena hpnya berdering. 

Ridwan mengamati nomor itu, meskipun nomornya tidak tersimpan, tetapi Ridwan hapal siapa pemiliknya. 

"Kenapa lagi?"

"Kok gitu sih, Mas? Ketus bangat jawabnya." Selorohnya diseberang sana. 

"Kamu tau kita lgi dalam masalah, jangan hubungi Mas dulu! Apalagi kesini!" jelas Ridwan. 

"Terserah Mas! Kenapa semua perhiasanku udah nggak ada?! Kamu kemanain?" Selorohnya lagi dari sana. 

Ridwan mengacak rambutnya kasar. 

"Maaf aku hubungi kamu kesini, ya habisnya nomor kamu nggak aktif lagi, aku bingung ini  perhiasanku kemana? Benar berarti perhiasan giveaway bunda itu punyaku, kan?" 

"Sudah! Sudah! Mas lagi pusing ini. Iya itu diambil Rara semuanya. Mas harus menyelesaikan ini dulu. Kamu istirahat ya, jaga kesehatan dan kehamilannya, besok kita ketemu." Jelas Ridwan.

"Mas, aku nggak mau tau ya, kamu harus ganti atau kamu balikin lagi perhiasan itu! Kamu juga harus melindungi aku. Kalo nggak aku gugurin anak kamu! Pokoknya aku nggak mau sampe ketahuan. Kalo ada yang tau terserah mau Mas apain, yang jelas aku nggak mau hubungan ini berakhir apalagi sampe bunda tau. Aku nggak main-main lho!" ancamnya dari seberang sana. 

"Iya. Mas ngerti. Kamu juga jangan main-main buat mau gugurin anak itu. Itu anak impian Mas. Kamu harus jaga! Ya sudah kalau gitu Mas mau masuk dulu, Mas matikan ya."

Belum sempat dijawab Ridwan sudah mematikan dan memblokir nomor itu agar tak mengganggunya nanti bersama Rara. 

********

Rara meraih ponselnya, saat sudah selesai bersih-bersih dari kamar mandi. 

Rara mengaktifkan data seluler guna untuk melihat grup yang tadi hanya di post lalu ditinggalkan. 

Sambil melabuhkan dirinya di sisi ranjang tempat tidur. Mata Rara membulat sempurna melihat komentar sudah hampir lima ratusan chat. 

Rara men scroll dari atas hingga kebawah satu persatu. 

Namun belum  menemukan jawabannya. Yang ada mereka malah mengghibah. Kebetulan ini hari sabtu malam minggu. Jam kerja mereka memang sampai jam lima sore. Jadi mereka bisa nimbrung untuk menggibah, siapa lagi kalau bukan Ridwan yang mereka ghibahi di sini. 

notif W* pribadi masuk, salah satu dari dari anggota grup.

Kenapa dia W* pribadi? Gumam Rara.

"Iwan?" 

[Bunda, apa boleh aku kerumah besok untuk memberi bukti yang Bunda cari? Aku punya banyak bukti, Bun. Bukan hanya satu, tapi ada beberapa.]

Rara membaca pesannya, mata Rara membulat sempurna, seperti tidak percaya. Namun sesaat kemudian  senyum terukir di bibir Rara membaca pesan itu. 

"Bukan hanya satu? Itu berarti anak ini sudah tau lama perselingkuhan Mas Ridwan."

 

"Mas, kita lihat sampai sejauh mana kamu bersembunyi menutupi semuanya." Gumam Rara. 

Tengah asik berbalas pesan, pintu kamar Rara diketuk. 

"Assalamualaikum, Bunda," sapa Ridwan dari daun pintu. 

Rara terperanjat kaget. 

"Masih punya muka dia kembali kesini!" lagi Rara  bergumam. 

Bersambung… 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Asther Nett
sedih ceritanya ..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Akhir kisah

    Ke esokan harinya, Rara dan Hanum pergi ketempat Ridwan berada. "Kak, Kakak mau nyekar ke makam, Oma Dulu apa ke rumah Papa, Dulu?""Kita nyekar dulu, Bun. habis itu baru ke rumah, Papa.""Baik, Kak." Rara melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang agar segera sampai di sana. "Eh, tapi, Bun. nggak usah nyekar dulu, Bun. kita kerumah, Papa dulu. Baru nanti habis itu kita nyekar ke makam, Oma." Rara menuruti semua apa maunya Hamum saja. yang terpenting bagi Rara saat ini Hamum jauh lebih bahagia dan sudah bisa legowo dengan keadaan apapun. Mobil yang membawa mereka sudah masuk ke gang rumah kontrakan Ridwan. Dari jauh tanpak orang-orang ramai di depan kontrakan itu. tak berselang lama dengan arah berlawan Muncul lah mobil Dimana tunangam Vina. di susul juga dengan kedatangan mobil Anton. "Itu kenapa rame-rame begitu, Kak ya? itu ada mobil Om anton sama Mobil Om Dimas juga." "Ada acara kali, Bun.""Kak. tapi itu ada bendera kuning juga di depan kontrakan, Kak,""Ayok kita turun,

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Ingatan di masa lalu

    Kalau memang masih ada rasa, kenapa tidak kembali lagi, Bun? biar kita menjadi keluarga yang utuh kembali." cicit Hamum lagi. deg! dada Rara berdebar hebat, hatiny mulai tidak karuan."Kak, tidak semudah itu untuk sebuah kata kembali, Kak.""Tapi seandainya, Papa meminta apa, Bunda akan menolak?""Kak, Kakak kenapa? kenapa dari tadi menanyakan masalah pernikahan melulu.""Jujur saja dari, Kakak, Bun. Kakak ingin Bunda bersatu kembali sama, Papa. kita jadi satu keluarga utuh lagi. Kakak sayang bangat sama kalian berdua, Bun.""Kakak ngaco kalo ngomong. Sudah lah, Kak. Bunda mau mandi dulu.""Tapi bunda masih ada rasakan sama, Papa." Rara hanya menoleh sesaat lalu kembali masuk ke dalam. sambil mandi Rara terus kepikiran dengan ucapa Hanum anaknya. Rara sendiri menanyakan itu pada pantulan bayangannya di kaca kamar mandi. "Apa benar aku masih mencintai, Mas Ridwan? apa benar selama ini aku seperti mati rassa pada lawan jenisku? tapi kenapa? kenapa disaat dekat dengannya seperti

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   masih adakah untuk Papa, Bun?

    Hamum memeluk Rara penuh dengan kegirangan dan kebahagiaan. pasalnya, hari ini dia sudah pakai toga tanda kelulusan. "Bunda, Kakak senang banget, Bun. Alhamdulillah, Kakak sudah lulus.""Iya, Kak. Bunda turut senang, selamat ya untuk anak, Bunda. Alhamdulillah, Bunda bangga sekali sama, Kakak karena Kakak sudah lulus melewati ujian ini." Tutur Rara seraya kembali memeluk hamum.Wajah Hanum yang tadinya bahagia, Sesaat kemudia berubah sendu. Hamum melihat ke kiri dan ke kanan, dan mengedar pandangan kesemua arah. Hanum beraharap akan ada kejutan di hari yang spesial ini. tapi nyatanya tidak. Rara juga tengah menunggu orang yang sama yang dicari Hanum. "Mas, kamu bilang mau datang, mana? Andai kamu melihat, Hanum tenngah menunggumu di sini." Rara membatin.melihat orang-orang berfoto bersama dengan ayah, membuat hati Hanum berkedut nyeri. "Pa, andai Papa datang? andai Papa ada di sini. "meskipun, Hamum belum secara langsung menghubungi Ridwan, tetap hati Hamum sudah memaafkan, Ridwan

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Apa kamu sakit, Mas?

    Ridwan dan Rara sama-sama menoleh dan netra mereka bertemu. "Mas,""Ra," mereka kompak saling menyapa. Rara tersenyum begitu juga dengan Ridwan."Ini kejutan bagi, Mas, Ra. Mas nggak nyangka kamu akan datang.""Vina anak baik, Mas. dia datang ke rumah bersama calonnya mengundang secara langsung. Rasanya tidak pantas jika aku tidak datang. itu artinya aku masih dianggap keluarga oleh,Vina." Tutur Rara pelan. karena jarak mereka berdekatan. "Iya, Ra, kita masih keluarga, dan kamu hari ini cantik sekali… kamu sangat cantik." tentu itu hanya Ridwan ucapkan dalam hatinya. "Dua minggu lagi, Kakak wisuda, Mas.""Iya, Mas tau. Insya Allah, Mas akan usahakan datang." "ugh!" Ridwan meringis kesakitan. Perutnya tiba-tiba perih. Ridwan mencoba untuk tetap menahannya agar tidak ada yang tau kalau Dia tengah merasakan sakit yang luar biasa. "Mas, kamu kenapa?" Rara yang mendapati ridwan meringis menahan sakit. "Hm… nggak apa-apa, Ra.""Kamu pucat, Mas. Apa kamu sakit?""Nggak, Ra. Mas baik-ba

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   tunangan

    "Siapa yang datang kemari? apa ada uang mau bikin baju, lagi?"Dimas dan Vina keluar dari dalam mobil, Rara terkejut. "Vina?" ucap Rara tidak percaya. Rara segera keluar dari ruang meetingnya untuk menyambut kedatangan Vina. terlebih dahulu Rara menunda meeting itu setelah nanti Vina pulang. Rara rasanya bahagia sekali melihat perubahan Vina. Vina benar-benar membuktikan apa yang dia janjikan. "Assalamualaikum," Sapa Vina. "Waalaikumsalam." Rara menjawab salam Vina seraya keluar dari ruang meeting nya. "Mbak, apa kabar?" Vina bersalaman dengan Rara dan cipika cipiki. Entahlah semua seperti kebetulan atau memang sudah diatur oleh yang diatas. hari ini Rara memakai jilbab hadiah dari Vina. Wajah Vina sumringah bahagia mendapati pemberiannya dipakai oleh Rara. "Ada angin apa ini sampai datang kemari? ini siapa?" tanya Rara sambil menaruh minuman kemasan di atas meja. Vina menatap Dimas seraya tersenyum. "Aku kesini ingin silaturahmi aja, Mbak. sekalian aku mau ngasih, Mbak ini."

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Sebuah kejujuran

    "Dim, Maaf kita belum saling mengenal, Dim. kamu belum tahu aku, pun sebaliknya aku juga belum tau kamu. Aku belum bisa jika kamu minta aku menjawab sekarang. Tapi jika kami ingin kita dekat, aku siap untuk kita saling mengenal terlebih dahulu.""Baik, Vin. Aku tau ini terlalu mendadak. Aku paham kok. Aku siap nunggu kamu kapanpun kamu bersedia." Tutur Dimas lembut. "Terima kasih, Dim.""Aku yang berterima kasih, Vin. karena kamu sudah mau memberi kesempatan untuk kita saling mengenal terlebih dahulu."Vina benar-benar takut dengan keseriusan Dimas. Hal yang ditakuti vina selama ini akhirnya terjadi juga. bagaimana nanti jika Dia tau bahwa Vina sudah tidak lagi suci. Apa Dimas masih bisa menerima, Vina dalam keadaan kotor. namun untuk jujur pun Vina tak berani. malu? iya jelas Vina sangat malu. "Apa sebaiknya aku beranikan diri untuk jujur? jika Dimas benar mencintaiku, pasti dia akan tetap menerima aku." Vina berbicara dengan diri sendiri. ******"Kamu mau pesan apa?" tanya Dim

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status