Share

Bab 8

1[Mas, itu maksudnya apa Bunda bikin Give Away begitu? Itu kenapa perhiasanku bisa sama Bunda?]

Ridwan yang baru sampai di garasi hendak turun mendadak dibuat bingung saat membaca pesan dari Eca, give away apa yang dimaksud? 

[Kamu ngomong apa? Mas nggak ngerti.]

[Coba mas buka grup karyawan! Bunda mau ngadain giveAway tentang hubungan kita.]

Mata Ridwan membulat sempurna membaca pesan itu. 

Tanpa membalasnya Ridwan kembali mengambil hpnya yang terkhusus untuk keluarganya, yang disitu tercantum grup-grup yang ada di W*. Sementara HP untuk selingkuhannya dia simpan di balik jok kemudi. Tidak lupa Ridwan matikan terlebih dahulu.

Saat pesan W* itu dibuka Ridwan benar-benar tidak habis pikir mengapa Rara seperti ini.

Berbagai macam komentar masuk membalas pesan Rara. Banyak dari mereka yang tercengang atas apa yang Rara adakan di grup ini. 

[Bun, ini maksudnya apa, ya? Mas Ridwan itu yang dimaksud Pak Bos?]

[Bun, ini teh beneran? Emangnya Pak Bos teh selingkuh? Kunaon eta?] timpal Neneng karyawan bagian jahit. 

[Bun, ini beneran? Kok bisa? Ya Allah… yang sabar ya bun, yang kuat. Ayok teman-teman siapa yang tau tolong kasih tau Bunda.]

 

[Hah! Ini serius Bun? Kok bisa? Emang selingkuh sama siapa, pak Bos?]

[Yang pasti buka gue lah cong!]  

[Ya kali sama lo, hahaha.]

Mereka saling balas chat satu sama lainnya. 

[Eh! Kalo bunda udah post ke grup kita, itu berarti inituh udah urgent bangat lho! Bisa jadi Bunda curiga di antara kita ada main serong sama, pak Bos.] 

[Wah Bun, kalo udah di share di mari udah kaga bisa nyari ntu bukti, Bun, pasti Pak Bos main cantik ini udah tau mau dimatai-matai.]

Ada banyak rentetan isi chat hingga sudah ratusan. Lelah sudah Ridwan men scroll ke atas dibaca satu persatu komentar dari berbagai macam karyawannya yang juga kebetulan mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda. 

Ridwan tak membaca satu persatu, sebab Ridwan sudah tau intinya Rara minta karyawan mencari bukti perselingkuhannya. 

"Sial! Mau ditaruh mana mukaku sebagai atasan mereka? Bunda-Bunda, tidak bisakah kita bicara baik-baik. Mengapa harus sampai di beritahu semua orang?" Rutuk Ridwan. 

Hampir semua karyawan berkomentar di grup. Kecuali satu orang. Ya itu Eca. 

"Argh! Sial!" Ridwan memukul setir mobil itu kuat. 

Ridwan yang hendak turun dari mobil dihentikan kembali karena hpnya berdering. 

Ridwan mengamati nomor itu, meskipun nomornya tidak tersimpan, tetapi Ridwan hapal siapa pemiliknya. 

"Kenapa lagi?"

"Kok gitu sih, Mas? Ketus bangat jawabnya." Selorohnya diseberang sana. 

"Kamu tau kita lgi dalam masalah, jangan hubungi Mas dulu! Apalagi kesini!" jelas Ridwan. 

"Terserah Mas! Kenapa semua perhiasanku udah nggak ada?! Kamu kemanain?" Selorohnya lagi dari sana. 

Ridwan mengacak rambutnya kasar. 

"Maaf aku hubungi kamu kesini, ya habisnya nomor kamu nggak aktif lagi, aku bingung ini  perhiasanku kemana? Benar berarti perhiasan giveaway bunda itu punyaku, kan?" 

"Sudah! Sudah! Mas lagi pusing ini. Iya itu diambil Rara semuanya. Mas harus menyelesaikan ini dulu. Kamu istirahat ya, jaga kesehatan dan kehamilannya, besok kita ketemu." Jelas Ridwan.

"Mas, aku nggak mau tau ya, kamu harus ganti atau kamu balikin lagi perhiasan itu! Kamu juga harus melindungi aku. Kalo nggak aku gugurin anak kamu! Pokoknya aku nggak mau sampe ketahuan. Kalo ada yang tau terserah mau Mas apain, yang jelas aku nggak mau hubungan ini berakhir apalagi sampe bunda tau. Aku nggak main-main lho!" ancamnya dari seberang sana. 

"Iya. Mas ngerti. Kamu juga jangan main-main buat mau gugurin anak itu. Itu anak impian Mas. Kamu harus jaga! Ya sudah kalau gitu Mas mau masuk dulu, Mas matikan ya."

Belum sempat dijawab Ridwan sudah mematikan dan memblokir nomor itu agar tak mengganggunya nanti bersama Rara. 

********

Rara meraih ponselnya, saat sudah selesai bersih-bersih dari kamar mandi. 

Rara mengaktifkan data seluler guna untuk melihat grup yang tadi hanya di post lalu ditinggalkan. 

Sambil melabuhkan dirinya di sisi ranjang tempat tidur. Mata Rara membulat sempurna melihat komentar sudah hampir lima ratusan chat. 

Rara men scroll dari atas hingga kebawah satu persatu. 

Namun belum  menemukan jawabannya. Yang ada mereka malah mengghibah. Kebetulan ini hari sabtu malam minggu. Jam kerja mereka memang sampai jam lima sore. Jadi mereka bisa nimbrung untuk menggibah, siapa lagi kalau bukan Ridwan yang mereka ghibahi di sini. 

notif W* pribadi masuk, salah satu dari dari anggota grup.

Kenapa dia W* pribadi? Gumam Rara.

"Iwan?" 

[Bunda, apa boleh aku kerumah besok untuk memberi bukti yang Bunda cari? Aku punya banyak bukti, Bun. Bukan hanya satu, tapi ada beberapa.]

Rara membaca pesannya, mata Rara membulat sempurna, seperti tidak percaya. Namun sesaat kemudian  senyum terukir di bibir Rara membaca pesan itu. 

"Bukan hanya satu? Itu berarti anak ini sudah tau lama perselingkuhan Mas Ridwan."

 

"Mas, kita lihat sampai sejauh mana kamu bersembunyi menutupi semuanya." Gumam Rara. 

Tengah asik berbalas pesan, pintu kamar Rara diketuk. 

"Assalamualaikum, Bunda," sapa Ridwan dari daun pintu. 

Rara terperanjat kaget. 

"Masih punya muka dia kembali kesini!" lagi Rara  bergumam. 

Bersambung… 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Asther Nett
sedih ceritanya ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status