Malam ini ada sebuah pesta yang di selenggarakan di ballroom sebuah hotel yang sangat mewah di kota New York. Pemilik hotel mewah ini adalah salah seorang pengusaha terkenal yang juga berkecimpung di dunia politik. Semua tamu undangan pasti juga mengenalnya.
Semua pengusaha di Amerika akan mendatangi pesta tersebut. Acara berkumpul dan membicarakan bisnis tentunya. Arsen sebenarnya enggan untuk datang. Namun agar identitas aslinya tetap aman ia harus mendatangi acara-acara seperti ini. Setelah selesai mengganti pakaiannya ia segera bergegas menuju lobby kantornya dan meminta Rudolf untuk segera menuju tempat pesta diadakan. Arsen berjalan memasuki ballroom dengan santai, semua mata memandang dirinya. Sepertinya pesta sudah lama dimulai, dan ia baru saja datang. Namun ia tak peduli. Kedatangannya benar-benar menyita perhatian tamu undangan yang lain. Bukan hanya wanita, bahkan para pria pun melakukannya. Hendrik Willcout selaku Wali Kota New York langsung menghampirinya. Ia langsung mengulurkan tangannya pada Arsen untuk berjabat tangan. Siapa yang tidak mengenal Arsenio Orlando Lazcano pemilik Lazcano's Corps yang kini menempati urutan pertama di sebagai pengusaha Nomor 1 versi majalah Forbes. Hendrik Willcout ditemani oleh kepala Jaksa Wilayah kota New York dan beberapa petinggi kota lainnya. Sedangkan Arsen hanya ditemani oleh Ivanov. Sedangkan anak buahnya menunggu diluar gedung. Arsen langsung menyambut uluran tangan Hendrik dan beberapa orang lainnya. Tentu saja Arsen di sambut dengan sangat baik, karena bagaimanapun Lazcano's Corps memberikan sumbangan yang besar bagi kota New York. Bahkan Hendrik berencana untuk mengenalkan putrinya pada Arsen. Corry Willcout, ia menginginkan menantu yang terbaik seperti Arsenio Orlando Lazcano. Apalagi sekarang ia melihat, Arsen tidak membawa pasangannya sama sekali. Membuatnya senang. "Bagaimana kabarmu, Mr. Lazcano?" tanya Hendrik basa-basi. "Baik, bagaimana denganmu?" "Selalu baik!" seru Hendrik dengan penuh semangat namun tetap berwibawa. Seorang pelayan pria mendatangi mereka sambil membawa beberapa gelas champagne. Arsen dan Hendrik serta beberapa orang yang bersama mereka mengambil gelas tersebut. Mereke pun bersulang dan mulai meneguk champagne tersebut. "Aku ingin mengenalkan putriku padamu!" bisik Hendrik di dekat telinga Arsen. Arsen ingin menolak. Namun,ia tidak mungkin melakukannya. Sehingga, lelaki itu hanya tersenyum samar. Ia tidak bisa bertindak sesuka hatinya jika dalam kondisi seperti ini. Seorang wanita cantik dengan rambut pirang tergerai menghampiri mereka. Tubuh indahnya dibalut dengan gaun biru yang memperlihatkan lekukan tubuhnya. Dia terlihat sangat sempurna. Dia adalah Corry Willcout, seorang dokter muda dan anak dari seorang wali kota. Kecantikan yang dimilikinya serta tubuhnya yang sempurna membuatnya tampak seperti seorang model papan atas. "Mr. Lazcano!" seru Corry dengan sopan dan anggun seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Begitu Arsen mengulurkan tangannya untuk menerima jabatan tanganya tersebut Corry kembali berujar, "Corry … Corry Willcout." "Senang berkenalan denganmu, Nona Corry!" seru Arsen sopan kemudian menarik kembali tangannya. Arsen tampak melihat raut ketertarikan Corry padanya. Bukan terlalu percaya diri, tetapi ia dapat merasakannya. Dan ia tidak menyukainya. Namun Arsen tak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya mencoba untuk membangun tembok penghalang diantara mereka. Arsen hanya menanggapi Corry seperlunya saja, tanpa memberinya harapan. Membuat Corry tampak kecewa. Tapi itu lebih baik, karena Arsen sama sekali tidak berniat untuk menjalin hubungan dengan wanita mana pun, ia tidak memerlukannya untuk saat ini. Pesta berlangsung dengan lancar, hingga waktu menunjukan hampir tengah malam. Entah berapa gelas alkohol yang masuk ke dalam tubuhnya. Membuat kepala Arsen sedikit pengar, dan kepalanya mulai berputar. Ivanov dengan sigap terus menemani Arsen. Hingga akhirnya Arsen memutuskan untuk pulang. Ivanov dengan setia mengantar Arsen menuju mobil di mana Rudolf sudah menunggunya. Lelaki itu pun dengan sigap segera membukakan pintu untuk Tuannya tersebut. Arsen duduk dengan santai dikursi belakang. Ia tampak memicingkan matanya untuk meilhat jam di tangannya. Matanya sudah sedikit mulai kabur akibat alkohol yang dikonsumsinya. "Bawa aku ke apartemen," perintahnya pada Rudolf yang sedang fokus dengan setir mobil ditangannya. "Baik, Tuan." Jarak menuju mansion miliknya akan memakan waktu yang lebih lama. Sehingga Arsen memilih untuk pulang ke apartemen yang jaraknya lebih dekat. Lima belas menit kemudian, Arsen sudah sampai di depan pintu apartemen miliknya. Ia bisa membuka code pintu kamarnya, meskipun ia sempat berjalan terhuyung saat memasuki lift. Tanpa memperdulikan apapun Arsen segera melonggarkan dasi yang dikenakannya dan melepaskannya, ia menaruh sembarangan dasi dan jas nya di atas sofa ruang tamu. Kemudian ia melangkahkan kakinya menaiki tangga untuk mencapai kamar pribadi miliknya yang berada di lantai dua. Tidak mudah menaiki tangga dengan kondisinya yang sedikit mabuk. Ia harus berpegangan pada pegangan tangga agar tak terjatuh. Begitu sampai di dalam kamar Arsen segera melepas semua pakaiannya, dan menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya. Kemudian ia memutuskan untuk tidur. Hingga pagi ia harus bangun dan kembali ke kantor. Sinar matahari pagi membangunkan dirinya yang tertidur lelap, sinarnya masuk dan menerpa matanya melalui celah tirai yang tak tertutup dengan rapat. Perlahan ia mulai membuka matanya, dan mendudukkan tubuhnya. Kepalanya masih terasa pengar dan pusing akibat alkohol yang semalam diminumnya. Arsen memang jarang mengkonsumsi alkohol. Ia mulai memijat kepalanya pelan karena masih terasa pusing dan berat. Arsen mulai meregangkan ototnya yang terasa kaku. Kemudian ia mulai turun dari atas tempat tidur, tenggorokannya terasa kering, segelas air putih mungkin dapat menghilangkan dahaganya dan tenggorakan yang kering. Dengan langkah pasti Arsen mulai melangkah keluar dari kamar. Namun begitu pintu kamar terbuka, tiba-tiba tercium wangi aroma makanan. Mata Arsen membelalak kaget, bukankah di apartemen ini tak ada siapapun. Arsen segera bergegas turun dan berjalan menuju dapur untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya. Dan saat melihat Lily yang tengah sibuk di dapur, ia pun malah berdiri memerhatikan gadis itu. Arsen hampir lupa jika ia yang menempatkan gadis itu di dalam apartemen miliknya ini. Sementara Lily kaget bukan main saat ia melihat kehadiran Arsen di belakangnya. “Tu- Tuan … sa-“ “Buatkan aku kopi!” titah Arsen. Lily menaruh kembali sarapan miliknya dan segera membuatkan secangkir kopi untuk Arsen. 'Kenapa aku tidak menyadari kedatangannya?' gumamnya dalam hati seraya mengaduk kopi di cangkir. Kemudian ia menaruhnya di atas nampan dan segera membawanya untuk disajikan pada Arsen. Dengan perlahan ia mulai menaruh cangkir kopi tersebut di meja di hadapan Arsen. "Kopinya Tuan. Akan aku buatkan sarapan untuk Anda," ujar Lily dengan takut-takut. "Hmm." Arsen hanya mengeram untuk memberikan jawaban pada Lily. Lily segera beranjak pergi menuju dapur dan membuatkan sarapan untuk Arsen. Setelah menghabiskan sarapannya Arsen kembali ke dalam kamar tanpa mengucapkan apapun. Lily menghembuskan napas lega, karena berada di dekat Arsen membuat jantungnya berpacu lebih cepat. Aura disekitar Arsen membuatnya bergidik ngeri. *** Arsen hanya terdiam di mejanya, kini ia sudah kembali berada di kantornya. Ia agak terlambat datang ke kantor. Tetapi, itu bukanlah masalah. Mengingatnya kejadian tadi pagi di apartemennya, ia jadi teringat pada gadis yang bernama Lily itu. Karena kesibukannya selama ini ia lupa jika ia menempatkan gadis itu di sana. Masih sedikit rasa pusing bisa ia rasakan, Arsen tak ingat berapa banyak alkohol yang ia minum semalam. Ia memang jarang untuk minum alkohol seperti itu. Arsen kembali berkutat dengan pekerjaannya, berkas yang harus ditanda tangani yang sudah menumpuk di atas meja. Belum lagi ia harus mengadakan rapat dengan anggota Black Nostra karena pemerintah mulai mengejar para mafia. Mereka harus lebih berhati-hati di luar sana. Beberapa mata-mata yang ia susupkan di pemerintahan pun mulai memberinya kabar untuk lebih berhati-hati lagi dalam bertransaksi. -TO BE CONTINUE-Sore tadi Arsen menerima laporan dari Mike bahwa ada seorang pengkhianat dalam kelompoknya yang bernama Damian dan sudah ditangkap oleh Mike.Kini Damian pengkhianat tersebut sudah dibawa ke markas Black Nostra oleh Mike dan yang lainnya. Di tempat ini selain sebagai markas juga terdapat beberapa laboratorium, laboratorium obat, dan laboratorium bahan peledak, ada seorang anak buah Arsen yang bernama Enrico, yang memiliki keahlian dengan bahan peledak. Tapi tempatnya agak terpisah, untuk minimalisir jika terjadi hal yang tidak diinginkan.Markas tersebut jauh dari manapun, letaknya yang berada di tengah hutan menyulitkan untuk didatangi atau ditemukan. oleh siapapun, termasuk oleh pihak berwajib sekalipun.Ini merupakan markas utama bagi Black Nostra, semua mereka lakukan disini. Selain itu disini tersedia tempat perawatan untuk anak buah Arsen yang terluka selain rumah sakit berada di tengah kota.Dokter dan perawat yang bekerja pada Arsen tentu dibayar tinggi oleh Arsen. Dengan cata
Malam tadi Arsen kembali ke kediamannya, tidak ke apartemen seperti malam sebelumnya. Oleh karena itu, pagi ini ia pergi ke kantor dari kediamannya.Hanya 30 menit perjalanan yang dibutuh oleh Arsen dari kediamannya menuju kantor. Arsen mempunyai seorang sopir yang handal bernama Rudolf, di mana seharusnya perjalanan tersebut bisa menghabiskan waktu lebih dari 45 menit.Rudolf adalah seorang mantan pembalap, di mana saat itu karirnya hancur gara-gara ia mengalami kecelakaan parah saat bertanding. Hutang dimana-mana, istri dan anaknya meninggalkannya dan ia menjadi seorang gelandangan.Arsenlah yang datang padanya saat pertemuan mereka yang tidak disengaja. Arsen mengulurkan tangannya untuk membantu Rudolf asalkan Rudolf mengabdikan dirinya untuk Arsen.Rudolf yang sudah tidak memiliki siapapun dengan senang hati menerima uluran tangan Arsen, dan kini ia menjadi sopir pribadi Arsen. Untuk menjadi sopir Arsen tidaklah mudah. Selain harus bisa mengemudi dengan ahli, ia juga harus belajar
Dengan tiba-tiba wanita tersebut mencoba untuk menghampiri Arsen. Belum sempat wanita tersebut menyentuh Arsen, Arsen sudah mendorongnya terlebih dahulu, hingga wanita itu tersungkur ke lantai."Awww…." raungan kesakitan dari suara wanita tersebut membuat wajah Arsen semakin berang saja.Arsen menatap dengan tajam tubuh wanita yang hampir tak mengenakan apapun tersebutArsen mengangkat telepon yang terletak di atas meja, kemudian menghubungi Ivanov untuk memanggil para pengawalnya."Suruh kemari para pengawal dan bawa sampah ini, serahkan pada Mike!!" Arsen berdesis dingin. Ivanov sudah terbiasa dengan sikap Arsen ini. Namun tidak bagi wanita yang dibantingnya ini. Ia merupakan salah seorang karyawan di perusahaan milik Arsen ini.Wajah wanita itu seketika memucat dan tubuhnya bergetar."Tuann, kumohon jangan pecat aku. Aku melakukan ini, karena aku menyukaimu Tuan," ucap wanita tersebut dengan bibir yang bergetar. Ia menyatukan kedua tangannya untuk memohon.Arsen tidak menjawab, nam
Arsen sudah terbaring di atas tempat tidurnya, waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam, namun bagaimanapun ia mencoba untuk tidur namun matanya tetap sulit untuk terpejam juga.Arsen memutuskan untuk keluar dari kamar dan mengambil air minum. Persediaan air minum di kamarnya telah abis rupanya, ia lupa menyuruh Lily untuk mengisinya kembali tadi.'Pasti dia sudah tidur,' gumam Arsen dalam hati seraya menuruni anak tangga. Jadi lebih baik ia mengambilnya sendiri. Lagi pula, apartemennya ini tidak sebesar kediamannya. Di kediamannya lebih banyak pelayan yang pastinya akan tetap melayaninya meski itu di tengah malam.Arsen mulai melangkah menuju dapur, bersamaan dengan langkahnya masuk ke dalam dapur rupanya Lily pun keluar dari dapur. Hampir saja tubuh mereka bertabrakan."T-tuan!" seru Lily pelan, suaranya terdengar kaget, dan juga takut.Lily kaget bukan main, karena harus berpapasan dengan Tuannya tersebut, padahal ia hanya ingin mengambil air minum saja. Dan saat ini sudah sanga
-Flash Back-Setelah mengatakan bahwa ia akan membuatkan surat perjanjia dengan gadis itu, ia meminta Ivanov untuk menyelidiki mengenai kehidupan gadis itu. Sejak ia lahir hingga saat ini, tidak ada yang terlewat sedikitpun.Arsen mengambil sebuah foto berisi wajah seorang gadis berusia sekitar 10 tahun yang terlihat cantik, dengan mata hijaunya yang bulat, hidung mancung, pipi chubby, rambut coklat dengan sedikit gelombang. Gadis dalam foto tersebut tersenyum lebar. 'Rasanya tidak asing,' gumam Arsen dalam hati.Di belakang foto tersebut terdapat sebuah berkas. Ia mulai menunduk dan membaca berkas tersebut dengan serius. Di mana di sana tertulis semua data tentang seorang gadis bernama Lylia Kenward.Tentang kematian ibunya, ayahnya, sekolah, teman masa kecil, hobby, bahkan ibu tirinya. Semua tertulis dengan lengkap.Setelah membaca semua berkas mengenai Lily, Arsen menatap Ivanov yang masih setia berdiri di hadapannya."Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Ivanov yang sudah paham
Lily berusaha mendudukkan tubuhnya dan ketika duduk bagian inti tubuhnya terasa sangat kebas dan sakit. Namun ia tak menghiraukannya. Ia harus bangkit dan memeriksa apakah Arsen masih ada di apartemen ini atau tidak, jika tidak ada itu akan menguntungkan untuknya.Lily menutupi tubuh polosnya dengan selimut dan dengan perlahan mencoba untuk turun dari atas tempat tidur.Bagian inti tubuhnya benar-benar terasa sangat perih. Lily sedikit meringis kesakitan. Ia mencoba berdiri dan bertumpu pada kakinya. Namun, kakinya terasa sangat lemas, ia hampir saja terjatuh, untungnya dengan cepat ia mampu berpegangan pada sisi tempat tidur.Dengan tertatih-tatih Lily kembali mengenakan pakaian yang diambilnya dari lemari. Dan mulai memasukkan sebagian pakaiannya ke dalam tas ranselnya. Lily tak peduli meskipun ia belum mandi, ia harus segera pergi dari sana.Setelah dirasa semuanya siap, dengan pelan Lily membuka pintu kamarnya dan mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan untuk mencari
Tadi pagi Arsen menghubunginya untuk mengurus apartemen dan seorang gadis yang kini tinggal di apartemen miliknya.Camile cukup kaget, karena ia tak pernah mengetahui jika Tuan muda nya sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis.Marissa belum mengetahuinya, karena saat ini Marissa sedang berada di luar negeri, dan Arsen meminta Camile untuk tidak mengatakannya kepada Grandma Marissa.Camile akan berada di apartemen ini selama Arsen tak ada saja untuk mengawasi gadis yang bernama Lylia tersebut. Camile tidak tahu apa hubungan Tuan Mudanya ini dengan gadis itu, tapi selama ini, selama yang ia tahu jika Tuan Muda-nya ini tak pernah dekat dengan seorang wanita manapun.Tapi Camile berharap, jika gadis itu adalah gadis pilihan tuan mudanya, Camile sangat mengetahui masa lalu dan sifat seorang Arsenio Orlando Lazcano seperti apa. Dia sebenarnya pria yang baik, namun ia terlalu pendiam.Hanya dengan melihat wajah gadis itu saja ia bisa menyimpulkan jika ia gadis baik-baik. Semoga saja ga
Sudah malam, dan Lily belum bisa tidur. Ia masih bisa bersantai karena Arsen belum kembali. Dan Camile pamit sore tadi karena ada yang harus ia kerjakan di mansion Marissa. Ia merasa sangat bebas karena kini ia hanya sendirian saja. Tidak ada yang mengawasinya sama sekali.Meski Camile baik, tapi ia tahu jika Camile juga mengawasi setiap gerak-geriknya.Lily tidak menyadari jika seluruh apartemen ini memiliki kamera pengawas yang selalu mengawasinya sepanjang waktu.'Semoga saja ia tak pernah kembali kesini!' serunya dalam hati.Kini Lily berada di beranda apartemen dan menatap keindahan lampu kota yang menyala.Tempat ini adalah tempat favoritnya selama berada di sini. Ia dapat melihat kota dengan jelas dan bintang saat malam. Hanya tempat ini yang membuatnya nyaman. Seakan ia berada di luar apartemen yang mengurungnya ini.Lily berpegangan pada pagar balkon dan memejamkan matanya sejenak dan menghirup udara dalam, dengan angin yang menerpa wajahnya.Semuanya terasa begitu damai dan
Setelah menyelesaikan meeting dengan client di sebuah hotel, Arsen berencana kembali ke mansion.Di dalam mobil, Arsen tiba-tiba teringat perkataan Yuri beberapa hari yang lalu. Arsen sempat mendiskusikan hal ini dengan Lily.Mike sangat menghargai Arsen dan memperlakukannya dengan hormat, Arsen sangat memahami dedikasi, kontribusi dan kesetiaan Mike padanya.Arsen sangat mengerti, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran Mike untuk Black Nostra bukan semata-mata karena mengejar materi dan status. Meskipun Mike banyak dikenal sebagai ketua oleh dunia hitam, Mike tidak pernah congkak menepuk dada di luar sana.Mike selalu tunduk dan memperlakukan Arsen dengan hormat sejak kecil meskipun David dan Marissa selalu mengatakan bahwa Mike sudah dianggap seperti cucu kandungnya, sama seperti Arsen. Arsen tahu bahwa Mike sangat menyayanginya dan selalu siap pasang badan untuk melindungi Arsen.Arsen menyadari bahwa perkataan Yuri itu benar adanya. Sasha adalah anak angkat Yuri dan otomatis akan m
"Selesai sarapan, kita berangkat ke hutan, Theo" seru Arsen di tengah sarapannya."Benarkah, Dad?" Tanya Theo dengan wajah berbinar dan penuh antusias.Arsen mengunyah makanannya sambil menganggukkan kepala. Theo tampak sangat gembira dan bersemangat.Lily tersenyum melihat Theo yang sangat antusias belajar banyak hal pada ayahnya. Theo benar-benar mirip sekali dengan Arsen."Aku ikut mengantar kalian sampai tempat berkuda," kata Lily."Mom tidak ikut?" Tanya Theo."Tidak bisa Theo. Ada adikmu di perut Mommy. Berbahaya," sahut Lily dengan lembut seraya mengusap perutnya.Theo mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan mengerti dengan penjelasan dari ibunya tersebut.Theo dan Arsen memakai pakaian dan sepatu boots untuk berkuda di hutan. Arsen juga membawa sebuah helm kecil untuk Theo.Mereka bertiga berjalan keluar mansion menuju ke tempat penyimpanan kuda. Pelayan yang mengurus kuda segera menghampiri Tuan dan segera menyiapkan kuda yang akan di gunakan oleh Tuannya."Dad, apa aku boleh
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Arsen dan Lily yang ke 4. Lily meminta pada Arsen untuk merayakannya secara sederhana. Hanya makan bersama dan beramah tamah bersama keluarga inti Black Nostra, dengan mengundang anak istri masing-masing dan Arsen menyetujuinya.Lily sedang membantu Arsen memasang dasi. Arsen merangkul pinggang Lily dan menatapnya dengan mesra."Kau tetap cantik seperti dulu. Bahkan lebih cantik dibanding awal saat kita bertemu. Dress putih yang kau pakai ini membuatku teringat saat menggandengmu sebagai pengantinku 4 tahun yang lalu." Bisik Arsen dengan mesra.Lily mengenakan dress panjang sutra berwarna broken white model off shoulder bertaburan bunga-bunga emas dan perak di dada. Lily menjepit rambut indahnya di atas kedua telinganya dengan jepitan emas lalu menggerai rambutnya ke kanan dan ke kiri untuk menutupi sebagian kulit bahunya yang putih mulus.Perutnya sudah terlihat sedikit membuncit.Lily tersenyum manis mendengar pujian suaminya dan menjinjitkan k
Arsen, Lily, Mike, Sasha dan Yuri segera mengambil tempat untuk duduk sambil berbincang ringan dan memperhatikan Theo, Michael dan Misha yang sedang bermain bersama.Misha sedang berjalan cepat mengitari sofa sambil tertawa-tawa. Sesekali Theo datang di hadapan Misha untuk mengejutkan dan mencegat langkah Misha lalu Misha menjerit kemudian segera membalikkan badannya untuk menghindari Theo dan kembali berjalan cepat lagi namun di ujung sana, Misha dicegat oleh Michael. Misha kembali berjalan cepat ke arah lain yang diikuti oleh Theo dan Michael.Yuri tertawa gembira melihat kedua cucunya bermain dengan riang bersama Theo."Tingkah Misha benar-benar menggemaskan, persis seperti ibunya. Periang dan aktif. Lihat itu, Misha dikeroyok oleh Michael dan Theo." Seru Yuri dengan sumringah."Benar. Misha memang seperti aku. Aktif sekali," seru Sasha dengan bangga.Tiba-tiba Misha berjalan cepat ke arah Mike dan berseru dengan suara cadelnya "Handsome, tolong... handsome.."Mike segera berdiri,
2.5 tahun kemudian.."Yuri sedang berada di Atlanta, Handsome," kata Sasha pada Mike di sela sarapannya di meja makan."Benarkah?" Tanya Mike balik. Sasha menganggukkan kepalanya."Aku lupa bercerita kalau kemarin Yuri tiba di sana dan siang ini ia menghadiri undangan perkawinan anak dari salah satu relasi dekatnya," jawab Sasha."Apakah Yuri akan kemari?" Tanya Mike.Sasha kembali menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan makanan terakhirnya."Aku memintanya untuk singgah beberapa hari kemari. Sore ini ia akan terbang ke New York." Kata Sasha sambil tersenyum."Kita harus menjemputnya." Jawab Mike seraya menutup sendok di atas piringnya."Ya, aku juga berpikir begitu, Handsome. Sekitar jam 18.30 ia sampai di New York, " sahut Sasha kemudian."Baiklah. Aku akan menjemputnya sepulang dari markas. Kau tunggu di mansion saja dan menjaga anak-anak," kata Mike.Sasha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Sore menjelang malam hari pun tiba..."Yuri..." seru Sasha saat melihat Yuri mu
"Lampu hias itu dulu tidak ada.. Di situlah aku dulu pertama kali di tampar dan dipukul oleh ibuku," kata Arsen dengan bibir bergetar.Lily segera merangkul pinggang Arsen dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya."Semua sudah berlalu. Biarkan kenangan pahit itu tertinggal di sana. Kau sudah menang atas tragedi kehidupan. Bukankah ibumu pun sangat menyesali karena sudah menyakitimu?" Lirih Lily.Arsen mengangguk perlahan dan memutar tubuhnya menatap dinding."Di situ dulu ada connecting door yang menghubungkan kamarku dan kamar orang tuaku. Ternyata itu pun telah dihilangkan oleh Grandpa," tunjuk Arsen."Grandpa dan Grandma benar-benar sangat menyayangimu," kata Lily dengan lembut, dan Arsen menganggukkan kepalanya.Arsen berjalan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi dan membukanya."Kamar mandi ini tidak berubah. Hanya diganti bentuk kacanya saja," kata Arsen.Setelah beberapa saat berada di kamar masa kecilnya, Arsen merangkul Lily untuk berjalan ke lantai 2.L
Menjelang sore tadi, Lily, Theo, Arsen dan rombongannya melakukan penerbangan kembali ke New YorkMaria dan Roza menyambut kedatangan mereka dan mengambil alih Theo dan barang bawaan mereka, sementara Camilio dan Charlotte berpamitan untuk pulang ke rumahnya dan berkumpul bersama anak-anaknya.Setelah membereskan semua barang, makan malam, kini mereka bersiap untuk tidur. Theo bahkan sudah terlelap di kamarnya sebelum pukul 9 dan Lily menyuruh Roza untuk beristirahat.Lily tak mampu menggambarkan kebahagiaan nya saat ini. Ia sudah mendatangi makam kedua orang tuanya setelah sekian lama. Kemudian mengunjungi rumah lamanya yang menyimpan berbagai macam kenangan bersama mereka. Bahkan kenangan pahit bersama Margaret.Namun, yang membuatnya semakin bahagia adalah Arsen yang akan memperbaiki rumah tersebut. Arsen mengatakan padanya akan membuat mansion atau vila di sana dan berjanji akan mengajak dirinya dan Theo setiap tahun ke sana.Lily sempat menolak, jika akan membangun mansion atau v
"Handsome.." panggil Sasha untuk kedua kalinya sambil menggerakkan perlahan lengan Mike."Hmm.. apa?" gumam Mike sambil membuka separuh matanya dengan malas. Ia sebenarnya sudah tidur dengan lelap, namun guncangan Sasha membuatnya terbangun. Meski masih merasa mengantuk Mike tetap membuka matanya."Aku lapar. Aku ingin makan," kata Sasha dalam posisi duduk sambil memasang wajah memelasnya.Mike menolehkan pandangannya pada jam di dinding."Ini masih jam 1 malam," jawab Mike dengan suara seraknya."Iya. Tadi aku sudah ke dapur sendiri. Tidak ada makanan yang enak. Cuma ada kue, buah dan pudding. Aku tidak suka dan tidak mau itu," jawab Sasha."Kau ingin makan apa?" Tanya Mike mulai membuka matanya dengan lebar kali ini."Aku kemarin lihat referensi kuliner di internet. Aku tertarik pada masakan Indonesia. Nasi goreng. Lagi pula dengan keadaanku saat ini pasti rencanamu mengajakku ke Lombok diundur seperti berburu ke hutan." jawab Sasha dengan sedikit cemberut.Mata Mike membulat menden
"Kau tidak lelah?" Tanya Camilio seraya merangkul bahu Charlotte dengan lembut."Ahh.. kau mengagetkanku, Cam!" seru Charlotte"Apa yang sedang kau lihat dan lamunkan, hmm?" Tanya Camilio sambil mencoba menelisik apa yan tadi Charlotte lihat dari jendela kamar hotel mereka."Aku tidak melamun," jawab Charlotte."Aku menyapamu pelan dan tidak bermaksud mengejutkanmu tapi kau terkejut. Itu artinya ada yang sedang yang sedang mencuri perhatian dan pikiranmu." Jawab Camilio setelah melihat tidak ada apapun di luar jendela sana selain pemandangan kota Austin menjelang malam hari saja.Charlotte menarik napasnya panjang lalu menundukkan kepalanya."Suami istri harus saling terbuka dan bisa berbagi cerita. Jangan suka disimpan sendiri, yang ada nanti malah akan menjadi ganjalan dan suatu kebiasaan. Selelah apapun, jangan segan-segan untuk berbagi denganku. Memang aku belum tentu bisa langsung memberikan solusi tapi setidaknya akan meringankan pikiranmu," kata Camilio sambil memegang bahu ist