Share

Adakah Jalan Untuk Kembali
Adakah Jalan Untuk Kembali
Author: Lis Susanawati

1. Talak 100

last update Last Updated: 2025-12-11 19:56:03

NADIA

- 1 Talak 100

"Punya suami gini amat. Awas kalau pulang nanti kujatuhi talak 100 kamu, Mas." Nadia mengomel sambil memandang jam dinding kamar.

Kalimat yang sebenarnya hanya sebagai penghibur diri. Padahal hatinya terasa perih. Ia tahu suaminya pergi ke mana dan dengan siapa.

Dengan wanita itu. Seseorang yang disembunyikan dan begitu dilindungi oleh Davin.

"Pulanglah. Mari kita bicara baik-baik. Aku sudah ikhlas melepasmu."

Dan ketika Davin pulang jam sebelas malam, Nadia hanya diam. Talak 100 tidak jadi diucapkan. Hatinya terlampau sakit. Sebelumnya ia pasti bertanya ini itu. Kenapa pulang telat? Ada masalah apa? Apa yang bisa kubantu? Kalau ada sesuatu ceritakan dan aku akan mendengarmu.

Namun sekarang Nadia diam. Karena semua pertanyaan tidak pernah dijawab. Davin paling hanya bilang, "Itu urusanku."

Ya, memang benar. Itu urusannya. Selina hanya urusan Davin.

Nadia mengambil baju kotor suaminya yang diletakkan di sofa kamar sebelum pria itu masuk kamar mandi. Kemeja biru di tangannya, menguar aroma parfum perempuan. Ketika diperhatikan, ada noda lipstik di bagian dada, dekat dengan saku. Dada Nadia sesak.

"Aku ada meeting tadi," ucap Davin tiba-tiba saat keluar dari kamar mandi. Ketika itu Nadia sudah berbaring miring menghadap dinding. Ia tersenyum getir. Disangka suaminya, Nadia tidak tahu apa-apa.

"Ada relasi datang dari luar kota," lanjut Davin. "Kamu mendengarku, kan?"

"Aku nggak nanya, Mas. Bukankah aku nggak perlu tahu urusanmu. Itu yang kamu bilang padaku." Nadia tidak bisa menahan diri.

Davin terkejut sambil memandang istrinya. Nadia tidak pernah bicara kasar padanya. Bahkan setelah dirinya berhari-hari tidak pulang. Padahal dulu Nadia suka sekali bercanda. Walaupun itu tidak menarik perhatian suaminya. Davin tetap kaku. Memandangnya dengan datar. Dan Nadia berlalu dengan candaan yang tidak lucu.

"Lain kali, lebih rapi lagi kalau sedang bermain-main. Nggak usah ninggalin jejak. Tanpa jejak yang tertinggal pun, aku sudah tahu semuanya. Kamu berusaha menyembunyikan dia dariku."

"Apa maksudmu?"

Nadia turun dari pembaringan. Ia mengambil ponselnya dan mengirimkan semua bukti kencan suaminya dengan wanita itu. Jelas saja Davin terkejut. Dari mana Nadia mendapatkan semua fotonya. Tidak mungkin mengikutinya ke mana pun ia janjian dengan Selina. Mereka punya bayi yang baru berusia dua tahun. Tentu saja Nadia tidak akan mengajaknya keluar berjam-jam dalam pengintaian.

"Aku dan Selina ada urusan kerja." Davin mengelak.

"Pekerjaan apa sampai parfum dan lipstik pun menempel di bajumu?"

Dahi Davin mengernyit. Nadia mengambil kemeja suaminya dari keranjang cucian. Lalu meletakkan dengan paksa ke tangan suaminya. Davin diam beberapa saat memperhatikan noda itu.

"Ya. Kamu benar, Nad. Aku memang bersamanya." Davin bicara lirih. Namun pengakuan itu menghantam dada Nadia.

Dan malam itu dimulainya perang dingin di antara mereka. Hingga pengakuan Davin yang bilang mencintai Selina, membuat Nadia sadar. Dia kalah. Dia tidak pernah memenangkan hati suaminya. Meski sudah empat tahun membersamainya. Padahal dengan Selina tidak ada hubungan apa-apa. Tapi pertemanan mereka ternyata istimewa.

"Kami sudah pernah terlanjur bersama," ujarnya lirih. Dan membuat hati Nadia semakin hancur dengan tubuh gemetar.

"Baiklah. Kita bercerai saja," ucapnya singkat. Jiwa Nadia remuk sudah.

🖤LS🖤

Dua bulan kemudian ....

"Cepat sembuh. Seminggu lagi sidang ikrar talak kita. Pengacara Mas yang tadi ngabari aku." Begitu tenangnya Nadia bicara di samping brankar lelaki yang sebentar lagi akan bergelar mantan suami. Seolah kehancuran dua bulan yang lalu sudah terlupakan.

"Lagian Mas nggak mungkin nikah dengan Selina dalam keadaan babak belur begini, kan," lanjut Nadia sambil tersenyum. Mengajak pria itu bercanda. Namun terasa garing. Karena sama sekali tidak lucu. Davin hanya menatapnya lekat. Ada sesuatu yang sulit ia jelaskan. Satu perasaan hampa yang baru ia sadari.

Nadia tetap bersikap biasa saja. Meski kalimat itu terasa menyengat di dadanya. Ia harus tegar meski hatinya hancur. Seolah luka itu tenggelam di dalam senyum dan raut wajahnya yang tenang. Bukankah ia sudah terbiasa. Biasa pura-pura tidak tahu apa yang terjadi di belakangnya. Antara Davin dan Selina. Biasa memaafkan atas semua kesalahan suaminya. Tapi sekarang, ia sudah tidak seperti dulu lagi.

"Makasih kamu sudah datang," jawab Davin dengan suara serak.

"Tadi aku dikabari Mama Septa. Oh, ponselmu bunyi, Mas." Nadia mengambilkan ponsel Davin yang berpendar di atas nakas.

Sambil menunggu pria itu menerima telepon, Nadia memperhatikan tangan kanan Davin yang diperban, wajahnya pucat. Sosok yang dulu membuat Nadia jatuh cinta setengah mati, bahkan sebelum mereka menikah karena perjodohan. Namun setelah papa pria itu meninggal setahun yang lalu, Davin memutuskan menceraikan Nadia. Meski mamanya sendiri mati-matian menentang.

Nadia akur. Empat tahun sudah ia berusaha merebut hati suaminya, tapi nyatanya cinta lelaki itu hanya untuk wanita lain. Sekarang Nadia sadar. Untuk apa mencintai seseorang yang tidak membuat dirinya dicintai kembali. Dan perpisahan ini biarlah berjalan damai. Demi ibunya, demi calon mantan mertua yang begitu sayang padanya, juga demi Adam. Anak yang sebenarnya tidak diharapkan kehadirannya oleh papanya sendiri.

"Jangan hamil dulu. Kita butuh proses untuk adaptasi dan kita nggak tahu bagaimana hubungan pernikahan ini nanti." Begitulah Davin bicara setelah mereka menikah.

Namun setahun kemudian Nadia hamil. Davin kecewa. Dia tidak pulang malam itu dan entah tidur di mana. Besok sorenya pulang dan bersikap seperti biasa. Meminta haknya seperti biasa. Ironis sekali bukan.

"Bagaimana keadaan Adam?" tanya Davin setelah selesai menelepon dan meletakkan ponselnya di atas meja.

"Dia baik-baik saja."

Davin mengangguk samar. Ada sesuatu yang menegang di kepalanya. Sebuah rasa bersalah. Mungkin juga rasa kehilangan yang ia sendiri tidak berani mengakui. Meski ia memilih Selina, tapi tak bisa menghapus fakta bahwa ada darahnya yang mengalir dalam diri bayi berusia dua tahun itu. Dan Nadia, sosok yang mendampinginya empat tahun ini.

"Aku minta maaf."

"Aku selalu memaafkanmu. Mulai sekarang jangan minta maaf lagi. Kita sudah sepakat mengakhiri semuanya." Nadia tersenyum sambil memandang Davin.

Ketenangan itu, dari mana datangnya. Davin melihat Nadia bicara tanpa beban.

Keheningan menggantung. Sampai akhirnya pintu diketuk dari luar. Lalu terkuak perlahan dan muncul wanita berambut sebahu. Wajah cantiknya terlihat khawatir. Selina. Wanita yang selama empat tahun menunggu Davin menceraikan Nadia. Wanita yang selama empat tahun menjadi bayangan kelam dalam rumah tangganya. Wanita yang sangat dicintai Davin, meski katanya mereka hanya sahabat.

"Nadia, kamu di sini?" sapa Selina sambil tersenyum ramah. Seolah tidak ada masalah apapun di antara mereka.

"Mama yang ngabari tadi. Sekarang beliau masih sholat asar di Mushola." Nadia menaruh tali tas di bahunya lantas berdiri. Ia memandang Davin. "Mas, aku pulang dulu. Semoga lekas sembuh. Jangan lupa, datang di sidang ikrar talak kita."

Davin menelan saliva.

Nadia memandang Selina yang sedang menaruh barang bawaan di meja. "Sel, aku pamit. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Setelah itu Nadia keluar tanpa menoleh ke belakang lagi.

Entah kenapa dada Davin terasa seperti tertusuk sesuatu. Ketenangan Nadia mengoyak pertahanannya. Wanita itu begitu siap menghadapi perceraiannya. Padahal dulu ia selalu menutup mata dengan kesalahan-kesalahan suaminya.

"Aku akan mendampingi saat ikrar talakmu nanti, Mas." Selina tersenyum sambil duduk di kursi bekasnya Nadia tadi.

Next ....

- Hai, teman-teman pembaca semuanya. Ketemu lagi dengan cerbung baruku ya. Selamat membaca 🫰🏻🫰🏻

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Amih Una Una
baru mulaai baca terima kasih mba autor
goodnovel comment avatar
Fitriani Juarta
terima kasih mbak lis sudah ada cerbung ini di goodnovel jadi tambah semangat untuk membacanya
goodnovel comment avatar
elma
Alhamdulillah,,yg di tunggu" sudah up,,Trimakasih mba lis,ciayooo dalam berkarya,
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    8. Kecewa

    NADIA- 8 Kecewa "Pergi saja nggak apa-apa untuk yang terakhir kalinya. Ajak Adam," ujar Bu Isti saat malam itu Nadia menemuinya di kamar."Buatlah perpisahan itu indah, Nadia. Meski sesakit apapun hatimu. Biar Davin tahu, dia telah melepaskan perempuan yang paling ikhlas mencintainya. Kelak Adam akan bahagia memiliki Mama yang begitu kuat dan hebat.""Ibu, percaya pada Davin yang akan membawa kami keluar?" Nadia memandang mamanya."Ibu percaya sama kamu, bukan pada dia. Kamu anak Ibu yang kuat." Bu Isti tersenyum pada putrinya. "Aku belajar dari, Ibu. Yang begitu tangguh." Nadia menatap mamanya lekat-lekat. Setelah pemergian ayahnya, sudah berapa pria yang berusaha mendekati dan mengajaknya berumah tangga. Namun Bu Isti menolak dengan tegas. "Maaf, saya tidak ingin berumah tangga lagi. Saya ingin menghabiskan sisa usia untuk melihat anak dan cucu saya bahagia."Padahal bisa dibilang, usia ibunya masih muda. Belum genap setengah abad saat itu. Dia juga kelihatan jauh lebih muda dari

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    7. Sudah Terlambat

    NADIA- 7 Sudah Terlambat Davin tidak menemukan yang dicarinya. Bahkan ia tidak melihat Wiwin yang memperhatikan dari kejauhan, dibalik pohon besar. Wanita itu memang sengaja bersembunyi. Kalau ketemu Davin, ia khawatir tidak akan bisa mengontrol mulutnya.Sudah berapa taman yang didatangi, ia tidak menemukan Nadia dan Adam. Apa harus kembali ke rumah mereka saja? Tapi malam ini ada janji ketemuan dengan keluarga Selina.Solusinya cuma satu. Mamanya. Davin melaju ke rumah orang tuanya. Saat itu Bu Septa sedang menyiram bunga. Davin duduk di teras samping rumah."Kamu dari kantor?" Bu Septa menghampiri dan duduk di samping putranya."Iya, Ma.""Ada apa?"Davin diam beberapa saat. "Aku ingin membatalkan perceraian."Bu Septa terkejut dan menegakkan duduknya. Dipandangi sang anak dengan dahi mengernyit tajam. "Apa maksudmu? Tinggal tiga hari saja sidang ikrar talak kalian. Kenapa baru sekarang kamu punya pikiran demikian?""Bantu aku, Ma.""Bantu apa?" Bu Septa menegakkan duduknya."Ban

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    6. Rahasia

    NADIA- 6 Rahasia "Nadia nggak di rumah, Nak Davin. Dia ngajak Adam keluar jalan-jalan." Bu Isti memberitahu Davin saat sore itu datang ke rumahnya. Ia mempersilakan calon mantan menantu duduk di teras."Kira-kira ke mana, Bu?""Biasanya ke taman."Wajah Bu Isti begitu teduh menerima dengan baik lelaki yang sudah menghancurkan dan mengkhianati putrinya. Menatap Davin dengan mata lembut yang sangat kontras dengan kondisi batin menantunya yang sedang berkecamuk. Davin merasa serba salah. "Bu, saya mohon maaf sudah menyakiti Nadia dan Ibu.""Nggak apa-apa," sahut Bu Isti cepat. "Semoga kalian masing-masing mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi setelah ini."Davin tidak bisa berkata-kata. Banyak yang ingin disampaikan, tapi lidahnya kelu. Sepertinya Bu Isti pun sudah tidak ingin memberikan kesempatan lagi. Meski dia tetap bersikap ramah dan sabar.Ibu mana yang tidak sakit hati jika anaknya diperlakukan sekejam itu. Cucunya tidak diinginkan. Walaupun terlihat sekarang ini Davin perh

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    5. Di Pinggir Jalan

    NADIA- 5 Di Pinggir Jalan "Dasar, kalian memang keterlaluan. Nggak tahu diri banget. Sama-sama gilanya," ujarnya dalam hati sambil terus melangkah menuju jalan raya. Dia tadi memang sengaja tidak naik motor.Saat menoleh ke belakang, mobil mewah Selina masih terparkir di depan rumah Davin."Sudah tepat keputusanmu untuk bercerai. Lelaki yang selingkuh, dia akan mengulanginya suatu hari nanti. Jarang yang benar-benar bertaubat," kata Wiwin.Ah, ternyata menikah dengan orang yang dicintai itu belum tentu membuat bahagia. Wiwin benar, lebih baik dicintai daripada mencintai. Nadia ingat percakapan dengan temannya. Dulu ia memutuskan menerima perjodohan itu, disaat Nadia baru lulus kuliah. Belum punya pengalaman. Dia bukan gadis rumahan, tapi bukan juga gadis liar. Dia aktif di luar dan berorganisasi. Namun belum pernah pacaran. Jatuh cinta juga baru pada Davin yang dulu dikenalnya sebagai putra dari teman almarhum ayahnya. Sang ayah meninggal beberapa bulan setelah Nadia menikah.Di ma

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    4. Kembalikan

    NADIA - 4 Kembalikan "Jika pada akhirnya aku menyerah, aku tidak akan menyesali keputusan itu. Karena aku sudah berusaha sekuat hati untuk bertahan dan memperjuangkan pernikahan ini." Davin membeku membaca satu paragraf di layar laptopnya. Tadi dia menemukan flashdisk hitam tanpa gantungan di laci paling bawah meja rias. "Ini punya siapa?" Karena penasaran, akhirnya dia menyalakan laptop dan memasukkan flashdisk. Hanya ada satu folder di sana. NADIA YANG HEBAT. Saat dibuka folder itu berisi satu file dokumen saja. NADIA YANG CANTIK. Membuat Davin semakin penasaran dan ia klik judul itu. Dan terbukalah semuanya. Tentang luahan hati istri yang sebentar lagi akan menjadi mantan. Tiap kalimat menamparnya begitu hebat. Semakin menambah deretan penyesalan yang dalam. Ternyata sejahat itu dia pada seorang Nadia yang sangat mencintainya. Dalam catatannya, Nadia menulis tanggal dan jam kapan ia mengetik. Hampir semuanya ditulis disaat dirinya sedang bekerja. Ternyata begitu lama ia menj

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    3. Sendirian

    NADIA - 3 Sendirian Walaupun memejam, Nadia belum bisa terlelap. Ia ingat saat menunjukkan testpack pada suaminya. Bukan bahagia, tapi Davin terlihat kecewa. Melihat istrinya hamil, seharusnya bersuka cita, tapi malah berduka. "Jangan khawatir. Aku akan merawatnya sendiri kalau kamu nggak suka, Mas. Dia juga nggak akan memanggilmu papa," ucap Nadia dengan suara bergetar penuh penekanan, lalu meninggalkan Davin yang masih diam. Kehamilan Nadia memang bukan sesuatu yang diinginkan. Sejak saat itu rumah mereka terasa semakin dingin. Davin sering pulang terlambat dan jarang berbicara. Siksaan batin Nadia semakin terasa sejak trimester pertama. Nadia menjalani kehamilannya sendirian, meski punya suami. Ia muntah-muntah sendirian. Meringkuk sendirian saat tubuhnya terasa lemas. Dia tidak tahu apa itu ngidam. Sama sekali tidak pernah merasakan keinginan aneh seperti perempuan hamil pada umumnya. Mungkin karena hatinya sudah terlalu sakit untuk menginginkan hal-hal yang manis. "Kalau

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status