Share

2. Biar Saja

last update Last Updated: 2025-12-11 19:56:23

NADIA

- 2 Biar Saja

"Kalau ketemu valak itu, hajar Na. Jangan diam saja. Dengan nggak tahu malunya dia sok imut di depanmu. Ih, najis."

"Valak sekarang ini sudah pada putus urat malunya. Basmi, Na. Jangan diam. Kalau pun kamu bercerai, setidaknya sudah berhasil memberikan kenang-kenangan pada wanita jahanam itu."

Sambil berjalan di koridor rumah sakit, Nadia ingat ucapan Wiwin yang penuh emosi beberapa hari yang lalu. Wiwin adalah sahabat dekatnya semenjak SMP.

Akan tetapi apakah tadi dia melakukannya saat wanita itu masuk ke kamar perawatannya Davin? Alih-alih marah, Nadia justru tersenyum manis dan menyapanya dengan ramah. Dia masih begitu sabar.

"Jangan kotori tanganmu dengan mengamuk pada wanita itu. Diam bukan berarti kamu hina dan lemah. Biarkan saja tangan Allah yang bekerja. Apa dia nggak tahu hukuman apa untuk orang yang dengan sengaja merusak rumah tangga orang lain." Ini nasihat dari ibunya. Bu Aryana.

Nadia melangkah di koridor rumah sakit dengan hati yang begitu perih. Mati-matian ia berusaha untuk tidak tampak rapuh di depan Davin dan Selina. Tidak ingin terlihat seperti wanita yang kalah dari selingkuhan suaminya. Padahal di dalam hati, itulah yang ia rasakan. Ia kalah. Sebab pada kenyataannya Davin tetap memilih Selina.

Tadi sebenarnya tidak ingin datang ke rumah sakit setelah dikabari oleh mama mertuanya. Tapi ibunya bilang, "Jenguk dia. Sebelum ikrar talak kamu masih istrinya. Selesaikan hubunganmu dengan sikap penuh martabat dan harga diri, Nadia. Kamu nggak rugi kehilangan dia, tapi dia yang akan rugi kehilanganmu."

Akhirnya Nadia pergi. Namun hatinya makin perih saja. Terlebih tadi bertemu Selina di sana. Ia pikir selagi ada Bu Septa, wanita itu tidak berani datang. Tapi nyatanya mereka sudah seterbuka itu. Sudah tidak sabar menunggu Nadia benar-benar putus dari Davin. Bahkan mereka sudah mempersiapkan pernikahan.

Sebenarnya ia sudah menyiapkan diri untuk perpisahan ini. Untuk melepas dan kehilangan. Untuk ditinggalkan oleh seseorang yang dicintainya selama bertahun-tahun. Namun ternyata sekuat apa pun dirinya, rasanya tetap sakit.

Sakit melihat Selina duduk di samping Davin tanpa beban dan rasa bersalah. Sakit melihat Davin memandang wanita itu dengan tatapan yang tak pernah ia dapatkan meski sudah menjadi istri sahnya. Sakit mengetahui bahwa setelah ayah Davin meninggal dan perjodohan mereka tak lagi terikat, suaminya tidak ragu sedikit pun untuk menceraikannya.

Seakan Nadia hanyalah wanita yang dinikahi demi menuruti keinginan orang tua saja. Empat tahun ia memperjuangkan sendiri pernikahannya. Empat tahun penuh pengkhianatan yang ia telan diam-diam.

Namun ia berhasil tadi, tidak menunjukkan bagaimana terpukul dengan pengkhianatan mereka. Justru Nadia bisa tersenyum seolah dirinya baik-baik saja.

Nadia berhenti di halte depan rumah sakit. Sore memudar perlahan, meninggalkan warna keemasan yang redup di langit barat. Jilbab ungu yang dipakainya diembus angin sore. Ia menghela napas panjang supaya melonggarkan dadanya. Ia sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak menangis lagi. Air mata tidak akan mengubah apa pun.

Davin tidak mencintainya dan ia harus merelakannya untuk wanita yang dicintai lelaki itu.

"Kamu harus bangkit, Nadia," nasehat dari ibunya suatu hari. "Status janda bukan aib. Yang penting kamu jaga kehormatanmu, martabatmu, kamu jaga anakmu, sudah cukup. Ibu berhasil menyandang gelar itu setelah menjadi single parent.

"Ibu kecewa, Ibu marah pada Davin. Tapi Ibu sadar, jodoh kalian sudah selesai sampai di sini. Tetap semangat. Kamu cantik, masih muda, dan berhak dicintai, Nadia. Jangan berkorban lagi pada orang yang nggak tahu bagaimana menghargaimu. Jangan khawatir, Ibu bantu kamu jagain Adam. Kita mampu, Sayang. Kamu harus bangkit. Rugi menangis untuk lelaki seperti Davin."

Nadia ingat ucapan ibunya. Sosok yang selalu menguatkannya selama ini. Ia sadar cinta tak bisa dipaksakan. Ia tahu dirinya harus melangkah maju. Meski berat karena luka itu masih berdarah. Ia harus kuat melanjutkan hidupnya dan berjuang untuk dirinya sendiri dan putranya. Davin memang akan bertanggungjawab terhadap Adam. Tapi Nadia tidak terlalu mengharapkan hal itu.

Seminggu lagi ikrar talak. Dan berarti semuanya sudah selesai di titik itu. Seharusnya ia bersyukur karena tak lagi menjadi korban perasaan yang ia pendam selama ini.

🖤LS🖤

[Adam sudah tidur?]

Nadia menatap layar itu sambil tersenyum sinis. Pesan dari Davin. Drama apa lagi yang ingin pria itu tunjukkan setelah menghancurkan hatinya? Mengapa baru sekarang ia peduli pada putra mereka? Disaat talak tinggal menunggu hari untuk dilafazkan. Selama ini hanya dirinya yang menemani Adam sejak dalam kandungan. Melewati hari-hari panjang sendirian, sedangkan Davin lebih sibuk dengan pekerjaan dan wanita lain.

Ia menutup pesan itu. Tidak membalas dan meletakkan kembali ponselnya ke nakas.

"Perhatian yang terlambat, Mas," bisiknya getir.

Nadia memiringkan tubuhnya, memandangi Adam yang tidur pulas. Anak kecil itu sama sekali tidak tahu bahwa hubungan orang tuanya telah retak karena pengkhianatan.

"Maafkan Mama. Nggak bisa ngasih kamu keluarga yang sempurna," ucapnya sambil mengelus pipi lembut Adam. Anak itu adalah satu-satunya hadiah paling berharga dalam pernikahan yang penuh luka.

Begitu sidang talak selesai, dirinya bukan istri siapa-siapa lagi. Status itu akan ia sandang dengan lapang dada. Ia akan bekerja lagi, membangun hidup barunya. Adam akan dijaga buleknya, adik dari sang ibu. Karena ibunya Nadia juga masih mengajar sebagai guru SMP. Nadia tidak khawatir, Adam akan berada dibawah pengawasan orang terpercaya.

Sebelumnya ia sempat takut menghadapi masa depan, membesarkan anak sendirian, menghadapi dunia luar bagi seorang wanita yang baru saja ditinggalkan. Kemudian tekadnya tumbuh pelan-pelan, hingga ia begitu siap untuk melangkah ke depan.

"Jaga Adam baik-baik. Kalau ada apapun, hubungi Mama." Bu Septa berpesan dengan mata berkaca-kaca. Saat itu Nadia sedang berkemas-kemas di kamarnya.

Ponsel Nadia berdering lirih. Namun dibiarkannya. Siapapun yang menelepon ia tak peduli. Hingga panggilan itu terus berulang-ulang. Tapi Nadia tetap diam dan memejam. Dia ingin tidur nyenyak malam itu.

Next ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Ayu Cla
dari bab pertama sudah nyesek.... sedih sekali, kasihan nadia. semangat nadia kamu pasti bisa membesarkan adam tnp sosok ayah. please mb lis jodohkan nadia dan om dewa
goodnovel comment avatar
Mia Mobateng
nadia ketemu dewa thor.. cocok tuh idaman dewa
goodnovel comment avatar
Aya Aisyah
Jadi janda bukan aib,aku juga single parent untuk ke 2 putraku. Alhamdulillah...semua bisa saya lalui hingga kini. Kamu pasti bisa Nadia,saya doakan kamu berjodoh dgn om Dewa.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    8. Kecewa

    NADIA- 8 Kecewa "Pergi saja nggak apa-apa untuk yang terakhir kalinya. Ajak Adam," ujar Bu Isti saat malam itu Nadia menemuinya di kamar."Buatlah perpisahan itu indah, Nadia. Meski sesakit apapun hatimu. Biar Davin tahu, dia telah melepaskan perempuan yang paling ikhlas mencintainya. Kelak Adam akan bahagia memiliki Mama yang begitu kuat dan hebat.""Ibu, percaya pada Davin yang akan membawa kami keluar?" Nadia memandang mamanya."Ibu percaya sama kamu, bukan pada dia. Kamu anak Ibu yang kuat." Bu Isti tersenyum pada putrinya. "Aku belajar dari, Ibu. Yang begitu tangguh." Nadia menatap mamanya lekat-lekat. Setelah pemergian ayahnya, sudah berapa pria yang berusaha mendekati dan mengajaknya berumah tangga. Namun Bu Isti menolak dengan tegas. "Maaf, saya tidak ingin berumah tangga lagi. Saya ingin menghabiskan sisa usia untuk melihat anak dan cucu saya bahagia."Padahal bisa dibilang, usia ibunya masih muda. Belum genap setengah abad saat itu. Dia juga kelihatan jauh lebih muda dari

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    7. Sudah Terlambat

    NADIA- 7 Sudah Terlambat Davin tidak menemukan yang dicarinya. Bahkan ia tidak melihat Wiwin yang memperhatikan dari kejauhan, dibalik pohon besar. Wanita itu memang sengaja bersembunyi. Kalau ketemu Davin, ia khawatir tidak akan bisa mengontrol mulutnya.Sudah berapa taman yang didatangi, ia tidak menemukan Nadia dan Adam. Apa harus kembali ke rumah mereka saja? Tapi malam ini ada janji ketemuan dengan keluarga Selina.Solusinya cuma satu. Mamanya. Davin melaju ke rumah orang tuanya. Saat itu Bu Septa sedang menyiram bunga. Davin duduk di teras samping rumah."Kamu dari kantor?" Bu Septa menghampiri dan duduk di samping putranya."Iya, Ma.""Ada apa?"Davin diam beberapa saat. "Aku ingin membatalkan perceraian."Bu Septa terkejut dan menegakkan duduknya. Dipandangi sang anak dengan dahi mengernyit tajam. "Apa maksudmu? Tinggal tiga hari saja sidang ikrar talak kalian. Kenapa baru sekarang kamu punya pikiran demikian?""Bantu aku, Ma.""Bantu apa?" Bu Septa menegakkan duduknya."Ban

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    6. Rahasia

    NADIA- 6 Rahasia "Nadia nggak di rumah, Nak Davin. Dia ngajak Adam keluar jalan-jalan." Bu Isti memberitahu Davin saat sore itu datang ke rumahnya. Ia mempersilakan calon mantan menantu duduk di teras."Kira-kira ke mana, Bu?""Biasanya ke taman."Wajah Bu Isti begitu teduh menerima dengan baik lelaki yang sudah menghancurkan dan mengkhianati putrinya. Menatap Davin dengan mata lembut yang sangat kontras dengan kondisi batin menantunya yang sedang berkecamuk. Davin merasa serba salah. "Bu, saya mohon maaf sudah menyakiti Nadia dan Ibu.""Nggak apa-apa," sahut Bu Isti cepat. "Semoga kalian masing-masing mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi setelah ini."Davin tidak bisa berkata-kata. Banyak yang ingin disampaikan, tapi lidahnya kelu. Sepertinya Bu Isti pun sudah tidak ingin memberikan kesempatan lagi. Meski dia tetap bersikap ramah dan sabar.Ibu mana yang tidak sakit hati jika anaknya diperlakukan sekejam itu. Cucunya tidak diinginkan. Walaupun terlihat sekarang ini Davin perh

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    5. Di Pinggir Jalan

    NADIA- 5 Di Pinggir Jalan "Dasar, kalian memang keterlaluan. Nggak tahu diri banget. Sama-sama gilanya," ujarnya dalam hati sambil terus melangkah menuju jalan raya. Dia tadi memang sengaja tidak naik motor.Saat menoleh ke belakang, mobil mewah Selina masih terparkir di depan rumah Davin."Sudah tepat keputusanmu untuk bercerai. Lelaki yang selingkuh, dia akan mengulanginya suatu hari nanti. Jarang yang benar-benar bertaubat," kata Wiwin.Ah, ternyata menikah dengan orang yang dicintai itu belum tentu membuat bahagia. Wiwin benar, lebih baik dicintai daripada mencintai. Nadia ingat percakapan dengan temannya. Dulu ia memutuskan menerima perjodohan itu, disaat Nadia baru lulus kuliah. Belum punya pengalaman. Dia bukan gadis rumahan, tapi bukan juga gadis liar. Dia aktif di luar dan berorganisasi. Namun belum pernah pacaran. Jatuh cinta juga baru pada Davin yang dulu dikenalnya sebagai putra dari teman almarhum ayahnya. Sang ayah meninggal beberapa bulan setelah Nadia menikah.Di ma

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    4. Kembalikan

    NADIA - 4 Kembalikan "Jika pada akhirnya aku menyerah, aku tidak akan menyesali keputusan itu. Karena aku sudah berusaha sekuat hati untuk bertahan dan memperjuangkan pernikahan ini." Davin membeku membaca satu paragraf di layar laptopnya. Tadi dia menemukan flashdisk hitam tanpa gantungan di laci paling bawah meja rias. "Ini punya siapa?" Karena penasaran, akhirnya dia menyalakan laptop dan memasukkan flashdisk. Hanya ada satu folder di sana. NADIA YANG HEBAT. Saat dibuka folder itu berisi satu file dokumen saja. NADIA YANG CANTIK. Membuat Davin semakin penasaran dan ia klik judul itu. Dan terbukalah semuanya. Tentang luahan hati istri yang sebentar lagi akan menjadi mantan. Tiap kalimat menamparnya begitu hebat. Semakin menambah deretan penyesalan yang dalam. Ternyata sejahat itu dia pada seorang Nadia yang sangat mencintainya. Dalam catatannya, Nadia menulis tanggal dan jam kapan ia mengetik. Hampir semuanya ditulis disaat dirinya sedang bekerja. Ternyata begitu lama ia menj

  • Adakah Jalan Untuk Kembali    3. Sendirian

    NADIA - 3 Sendirian Walaupun memejam, Nadia belum bisa terlelap. Ia ingat saat menunjukkan testpack pada suaminya. Bukan bahagia, tapi Davin terlihat kecewa. Melihat istrinya hamil, seharusnya bersuka cita, tapi malah berduka. "Jangan khawatir. Aku akan merawatnya sendiri kalau kamu nggak suka, Mas. Dia juga nggak akan memanggilmu papa," ucap Nadia dengan suara bergetar penuh penekanan, lalu meninggalkan Davin yang masih diam. Kehamilan Nadia memang bukan sesuatu yang diinginkan. Sejak saat itu rumah mereka terasa semakin dingin. Davin sering pulang terlambat dan jarang berbicara. Siksaan batin Nadia semakin terasa sejak trimester pertama. Nadia menjalani kehamilannya sendirian, meski punya suami. Ia muntah-muntah sendirian. Meringkuk sendirian saat tubuhnya terasa lemas. Dia tidak tahu apa itu ngidam. Sama sekali tidak pernah merasakan keinginan aneh seperti perempuan hamil pada umumnya. Mungkin karena hatinya sudah terlalu sakit untuk menginginkan hal-hal yang manis. "Kalau

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status