Home / Rumah Tangga / Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku / 11. Hampir Masuk Perangkap!

Share

11. Hampir Masuk Perangkap!

Author: Lapini
last update Huling Na-update: 2025-05-06 16:13:45

“Kamu beneran tidak ada kelas hari ini?” tanya Cindya setelah meneguk segelas air, kedua matanya menatap adiknya yang sedang menghabiskan makan siang. “Kalau memang tidak ada kelas, Mbak minta tolong sama kamu untuk jagain Mas Dharma,” lanjutnya.

UHUK!

Cindya menoleh, tangannya spontan mengusap punggung suaminya dan memberikan segelas air mineral kepada sang suami yang langsung diterima dengan gerakkan tergesa-gesa. Sedangkan Harena memfokuskan atensinya menatap Dharmatio yang duduk disebelah Cindya, pria itu menatap Cindya.

“Aku bisa jaga diri aku sendiri, Sayang. Lagipula, Harena pasti menggunakan waktunya untuk berkumpul dengan teman-temannya. Iya kan, Harena?” ujar Dharmatio, memberikan isyarat melalui tatapannya, seolah berkata ‘jawab iya’.

Cindya mengalihkan atensinya, menatap Harena yang tersenyum tipis. “Oh ya tidak apa-apa kalau memang kam–”

“Aku bisa, Mbak,” potong Harena, melirik tipis ke arah Dharmatio yang melebarkan kedua mata. Ia tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   69. Finally! Cindya Tahu Hubungan Mereka

    Cindya memperhatikan suaminya yang kini berpakaian rapih, “Mau kemana, Mas? Bukannya hari ini kamu masih libur?” tanyanya bingung.Dharmatio menoleh setelah mengancingkan dua bagian atas, melangkahkan kaki mendekati istrinya yang duduk di sofa bersama dengan bayi perempuan yang duduk anteng dengan bola di tangan.“Aku ada urusan. Hanya sebentar. Setelah urusannya selesai, aku langsung pulang,” ucap Dharmatio, menatap Cindya yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit dimengerti.“Urusan kerjaan?” tanya Cindya, dijawab dengan kepala yang mengangguk. Ia menatapp lebih dalam kedua mata suaminya yang bersimpuh dihadapannya supaya bisa sejajar dengannya. Kebohongan, feeling seorang wanita jarang meleset, kan?Ibu dua anak itu mengulas senyum, menganggukkan kepala, menandakan bahwa dirinya mengijinkan suaminya untuk pergi. Tidak ada perasaan berat, semuanya terasa ringan.Dharmatio mengulas senyum manis, menggenggam kedua tangan istrinya lalu mengecupnya. Ia beranjak, lantas mengecup p

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   68. Situasi akan memanas

    “Om beneran ke apartementnya Harena?” tanya Zandi to the point, ia duduk di sisi kanan Hergantara yang menganggukkan kepala santai. Kedua matanya bertemu tatap dengan kedua mata pria setengah paruh baya yang merupakan papa dari sahabatnya-Cindya-.Hergantara memberikan gelas kecil yang berisi alkohol, dan diterima oleh Zandi yang tidak langsung meneguknya. “Kamu tahu darimana pin unit apartement Harena?” tanyanya, menaikkan sebelah alis bingung.Hergantara bisa masuk ke dalam unit apartement yang disewakan oleh Dharmatio untuk Harena berkat Zandi. Ia tidak tahu pinnya, sebelum masuk lebih dahulu bertanya kepada Zandi. Zandi dengan senang hati memberitahukannya.Zandi tersenyum penuh arti, “Aku tahu segalanya, Om. Jadi kalau Om butuh informasi, bisa tanya ke aku. Nanti aku kasih tahu secara detail,” tuturnya menaik-turunkan kedua alisnya lalu terkekeh.Pemuda itu meneguk hingga tandas minuman yang diberikan olehh Hergantara kepadanya. Kebetulan malam ini sedang kosong, dan mendapatkan

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   67. Sebenernya siapa Cindya?

    Dharmatio melangkahkan kaki mendekati Cindya dan Arlantio yang duduk di salah satu bangku taman, sedangkan Echa berada dalam gendongannya. Bayi perempuan itu sangat tenang, tidak marah-marah atau rewel saat diajak ke taman.“Abang mau ice cream?” tanya Dharmatio, membuat putranya itun mendongak dan bertemu tatap dengannya. “Papa beliin,” lanjutnya.Arlantio menganggukkan kepala, “Aku mau satu. Bunda mau?” tanyanya kepada sang bunda yang bergumam pelan, lalu menggelengkan kepala sebagai jawaban ‘tidak’. Ia mengangguk-anggukkan kepala, kembali memperhatikan papanya yang sedang menatapnya dengan senyum kecil.“Berarti satu, kalau Papa mau, dua. Aku mau rasa coklat,” tuturnya.Dharmatio mengacungkan jempol ke udara, “Oke sebentar. Papa belikan.” Ia segera melenggang pergi bersama dengan Echa yang berada dalam gendongannya tanpa kain atau semacamnya, benar-benar menggendong dengan tangan kosong.Sepeninggalan Dharmatio, kini tinggal Cindya dan Arlantio yang saling menatap satu sama lain. T

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   66. Harena Panik

    PRANG!“ARGHH! SIALANN!”Harena melempar sembarang vas bunga, membuat vas bunga tanpa motif itu terpecah di lantai. Nafasnya naik turun, tangan kanannya menggenggam benda pipih yang dicengkram kuat, bahkan tidak peduli jika nanti benda itu akan rusak dan melukai tangannya.“Cindya lagi … Cindya lagi ….” monolognya, lantas melangkahkan kaki ke arah balkon dan duduk di kursi santai yang sudah tersedia di balkon.Perutnya semakin buncit, sangat terllihat bahwa dirinya sedang hamil. Ini rencananya, tetapi membuatnya kesusahan. Tidak bisa kemanapun yang ia suka, kegiataannya hanya dilakukan di apartement.Bosan di unit apartement? Pergi ke taman, ke kantin, tempat olahraga seperti gym yang ada di lantai satu. Paling jauh? Ke tempat syuting Dharmatio. Jarak yang cukup jauh, ditempuh sendirian olehnya, dan menginap di hotel yang berada di dekat tempat lokasi syuting.“Percuma menjadi istri kedua, kalau tetep menjadi yang kedua,” kesalnya, lalu berdecak.TING TONNGSuara bel membuat perhatian

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   65. Arlantio Mendengarnya. Siaga!

    Arlantio membuka pintu kamarnya dengan perlahan, mempertajam indra pendengarannya. Ia melangkah keluar dari kamarnya dengan langkah pelan ke arah kamar yang ada sedikit jauh dari kamarnya, terhalang dua kamar darinya.“Iya. Aku ke sana. Tapi nanti yaa, aku baru sampai rumah.”Suara itu semakin jelas ditelinga bocah laki-laki yang saat ini berdiri tepat didepan kamar yang memang tidak ditempati oleh siapapun, terkecuali ada keluarga besar yang datang dan menginap. Kamar itu akan digunakan oleh tamu.“Kita sudah hampir setiap hari bertemu, dan your baby juga sudah aku manja. Kamu nuntut apalagi?”Tubuh Arlantio menegang setelah mendengar penuturan yang baru saja diucapkan oleh papanya itu. Dharmatio tadi malam sudah kembali ke rumah selama satu bulan lebih satu minggu tidak ada di rumah, alasannya ada syuting yang harus dihadiri di luar daerah.Arlantio sudah bisa menebak yang sedang telfonan dengan papanya itu, wanita yang sangat ia tidak sukai sejak pertama kali wanita itu datang. Dir

  • Adik Angkatku Istri Kedua Suamiku   64. Arlantio akan menjadi garda terdepan?

    Hergantara menatap cucunya yang kini tertidur di kedua pahanya, tangannya terangkat mengusap puncak kepala bocah laki-laki yang sangat terlihat jelas sedang kelelahan. Ia menghela nafasnya perlahan.Setelah obrolannya dengan Arlantio dua jam yang lalu, membuat Hergantara berfikiran untuk mengirim Harena ke luar kota, tetapi jika difikirkan kembali, tidak ada manfaatnya. Dharmatio akan tetap menemui Harena.Hergantara sengaja menutupi informasi ini dari putrinya, lebih tepatnya ingin menjaga mental Cindya. Selalu bersama dengan Cindya dan kedua cucunya, bergantian dengan Arcinta-istrinya- dan Zandi.“Kamu terlalu dini untuk mengetahui urusan orang dewasa, Arlan,” monolognya. Kalimat itu seharusnya ia katakkan beberapa jam yang lalu, tetapi lidahnya kelu, bibirnya terkunci rapat. Syok setelah Arlantio melarangnya untuk tidak membahas Dharmatio kepada Cindya.Tambah terkejut saat bibir cucu pertamanya itu memberikan alasan, sehingga membuatnya benar-benar mengurungkan niat untuk tidak me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status