Share

Bab 3

Author: Capucinno
last update Last Updated: 2025-10-27 09:03:46

“Haploidentik?” Zega tidak paham, apalagi ini.

Haploidentik?

Ella sontak menutup mulut, lalu menatap mata kelabu dan wajah tampan Zega. Kenapa dia bisa keceplosan lagi ke adik iparnya ini?!

Tidak, ini tidak baik!

Waktu itu keceplosan masalah kondisi Sisi yang resistance terhadap kemo. Sekarang keceplosan lagi masalah haploidentik.

“Lupakan, jalan lainnya adalah menunggu keajaiban, bukan tranplantasi haploidentik.”

Ella mengurung niatnya untuk balas budi kepada Zega, lalu buru-buru pergi. Ella Heran, kenapa kontrol dirinya sering kali mati saat dekat dengan Zega. Padahal, ke orang lain apalagi lawan jenis kontrol dirinya berfungsi dengan baik. Dia tidak bisa cerita selancar dan seterbuka ini.

Zega ingin menahan Ella tapi Ito menuju arahnya.

“Nyonya kenapa, Tuan?” tanya Ito, setelah dekat dengan Zega.

Zega mengedikkan bahu. Dia tidak benar-benar tahu tentang wanita. Kadang suka bicara setengah-setengah.

“Ya sudah, tak usah dipikir, Tuan. Ini kopinya.”

“Makasih, Ito.”

***’

Pukul 8 pagi Ella melihat Mario pulang. Biasanya dia akan menyapa suaminya, namun tidak pagi ini.

Ella terus melanjutkan sarapan sembari chattingan dengan Ardi.

Ardi adalah mantan pacar Ella sekaligus tim dokter onkologi Sisi.

Ponsel Ella berdering. Nama Ardi muncul di layar. Ella segera mengangkatnya.

“Hai,” sapa Ella.

“Hai, Sorry semalam aku udah tidur. Tidak tahu kalau kamu mengirim pesan,” jawab Ardi.

“Nggak apa.”

2 bulan lalu saat Sisi menjalani fase konsolidasi, Ardi mengatakan kepada Ella sepertinya Sisi resistance terhadap kemoterapi. Tapi dokter onkologi lain mengatakan hal itu tidak benar.

Ella awalnya juga tidak percaya Ardi, karena kondisi Sisi masih baik-baik saat itu. Tapi semakin hari Ella semakin menyadari kalau kondisi Sisi semakin parah. Akhirnya Ella mulai menjalin komunikasi lagi dengan Ardi.

Dari Ardi lah Ella tahu kalau Sisi harus mendapatkan perawatan suportif intensif. Tanpa itu, harapan hidupnya hanya hitungan minggu atau bulan. Tak sampai tahun, seperti yang dikatakan dokter hematologi onkologi lain, terutama Dokter Beji, yang terus mengatakan prognosis Sisi bagus harapan hidupnya 5 tahun.

Dari Ardi pula Ella tahu apa yang harus dia lakukan yaitu mencari donor sumsum tulang atau darah tali pusat. Jika tidak ada pendonor yang cocok, bisa melakukan tranplanstasi haploidentik.

Tapi Ardi tak bisa berbuat apa-apa sebab dia dokter muda dan masih baru di Traya Hospital. Sedangkan Dokter Beji dokter senior sekaligus teman baik Mario. Akhirnya Ella melarang Ardi ngotot, demi kebaikan pria itu.

Di belakang Ardi, Ella sering menangis, sampai akhirnya keceplosan ke Zega. Berkat Zega lah akhirnya Sisi mendapat perawatan suportif intensif.

Sebagai ucapan terima kasihnya, Ella memberi Zega cidera mata, jam tangan yang harganya puluhan milyar. Kepada Ardi, Ella membelikan pria itu mobil dan biaya renovasi rumah. Karena Ardi bukan dari keluarga kaya. Dia bisa kuliah kedokteran karena beasiswa dari Grup MD, yang saat ini dipimpin Mario.

Hanya dengan cara begini, Ella merasa tidak terlalu hutang budi lagi kepada mereka.

“Mau ketemu?” tawar Ardi.

“Emang kamu nggak kerja?”

“Nggak.”

Akhirnya Ella setuju ketemuan dengan Ardi. Ella menyudahi sarapannya dan segera bersiap.

2 jam kemudian Ella keluar kamar dan menuju kamar Sisi untuk pamitan. Ella berpapasan dengan Mario, tapi tetap tidak menyapa suaminya itu.

Mario tahu Ella kalau sudah berdandan, cantik, glamor, anggun, elegan, seperti artis. Karena itu dia tidak kaget. Hanya penasaran, tumben berdandan.

Ella tiba di kamar Sisi. Sisi sedang bermain bersama suster-susternya.

“Ibu cantik. Mau kemana?” tanya Sisi.

Ella tersenyum, melangkah mendekati Sisi. Memeluk dan menciumnya sampai puas.

“Ibu mau ketemu Dokter Ardi, Sayang.”

Sisi menatap Ella. “Sisi boleh ikut?”

“Ehm … sebenarnya sih boleh, tapi lebih baik lain kali. Karena Sisi sebentar lagi harus istirahat.”

“Ok,”

Ella tersenyum sembari mengusap kepala Sisi yang rambutnya sudah gundul.

“Anak Ibu memang pintar dan baik. Ibu bangga jadi ibunya Sisi. Ya sudah, Ibu pergi dulu ya. Sisi di rumah sama cus Ami, cus Cici, Cus Imel.”

“Mau di rumah sama Om Zega nggak?”

Ella terkejut tiba-tiba mendengar suara familier itu. Dia sontak membalik badan dan melihat Zega bersandar di ambang pintu.

“Nggak mau,” jawab Sisi.

“Ya sudah, kalau gitu Om Zega temani Ibu Sisi aja.”

Ella tercengang.

“Yuk!" ajak Zega lalu berjalan duluan.

Ella pamitan ke suster-suster Sisi, lalu mengejar Zega.

“Apa maksudmu mau mengantarku?”

“Aku sopirmu mulai sekarang,” jawab Zega, tanpa menoleh ke Ella.

Sopir?

Ella memindai adik iparnya yang siang ini memakai pakaian casual. Celana chinos pendek warna krem serta kemeja putih lengan panjang yang bagian sikunya digulung sampai lengan.

“Kenapa kamu jadi sopirku?” Ella bingung.

“Kakak yang menyuruhku.”

Mario?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 7

    Zega baru saja mengambil keputusan untuk pulang, ketika melihat Ella keluar dari rumah Ardi. Tidak heran Ella terkejut melihat. Anak kecil itu pasti tidak menyangka akan dia susul.Zega membuang rokoknya ke tong sampah lalu berjalan ke rumah Ardi.“Siang, Dok,” sapa Zega, dingin tapi sopan, seperti biasa.“Siang, Zega,” Ardi menyalami Zega sembari mengulas senyum. Heran, tumben sekali wakil direktur operasional grup MD ini jam segini tidak ngantor. “Lagi libur?”Zega menatap Ella sekilas. “Enggak.”“Tapi?”“Nyoba kerjaan baru,” jawab Zega jujur.“Oh ya? Kerja apa sekarang?”“Jadi—”Zega terkejut pingangnya tiba-tiba dicubit Ella. Zega tahan sakit tapi tidak tahan geli. Dicubit seperti ini gelinya menyebar ke seluruh tubuh. Zega berjuang mati-matian agar tetap berdiri tegak.“Jadi apa?” tanya Ardi, penasaran.“Jadi pedagang,” padahal tadi Zega ingin mengatakan jadi sopir.Ardi tersenyum, meski cukup terkejut. Aneh saja, kenapa Zega mencoba jadi pedagang padahal sudah enak jadi wakil di

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 6

    “Ngomong-ngomong, tumben Sisi mau kamu tinggal?”Ella tertawa. “Aku bilang mau ketemu kamu. Dia kalau sama kamu gak takut, makanya tadi malah mau ikut. Coba kalau kubilang mau ketemu dokter lain, pasti nggak boleh.”Ardi jadi tertawa. Diam-diam senang mendengar kenyataan ini.“Apa dia masih suka menanyaimu sudah menemukan obat ajaib apa belum?”“Ya. Dan itu yang membuatku sebagai Ibu merasa gimana gitu.”Obat ajaib yang Sisi maksud adalah darah tali pusat.Itulah kenapa Ella masih aktif cari donor darah tali pusat sampai akhirnya minta Mario menghamilinya. Bahkan kepikiran untuk haploidentik.Karena tidak mau menghancurkan harapan hidup Sisi dan harapannya sendiri yang tidak mau kehilangan anak.“Andai Sisi tahu harapan hidupnya,” celetuk Ardi, terlalu jujur.“Itulah tujuanku kesini Ar, aku sudah mengambil keputusan, akan membawa Sisi pulang ke negaraku agar bisa melakukan transplantasi haploidentik.”Ardi terkejut.“Ella … kondisi Sisi saat ini masih tidak memungkinkan untuk melakuka

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 5

    Tak sampai 10 menit, Zega melihat Ella menuju arahnya. Matanya sembab dan itu membuatnya semakin merasa bersalah.Ella masuk ke jok baris kedua.“Duduklah depan,” Zega meminta.“Sini aja.”Zega melirik Ella dari spion dalam. Merasa bersalah. Tapi tak ada niatan untuk mengakhiri balas dendamnya.“Tadi aku denger kamu mau ke rumah Dokter Ardi. Dimana alamatnya?”“Aku nggak jadi kesana,” suara lemas Ella.“Kenapa? aku gak masalah kalau kamu mau menemuinya dulu baru kita ke hotel.”“Zega! Nyebelin banget sih kamu hari ini?!”Zega menahan tawa. “Nyebelin gimana?”“Kita nggak akan ke hotel dan nggak akan begituan!”Ella tahu harusnya Mario yang dia marahi, bukan Zega. Tapi dia tidak paham kenapa Zega terkesan tidak berpikir kritis.Apa Zega tidak berpikir kalau hal ini terjadi ayahnya bisa menggantung mereka bertiga?“Ok, aku paham kalau kamu saat ini belum siap.”Belum siap?Memang tidak akan pernah siap!“Zega, aku tidak mau kita berantem gara-gara Mario. Aku akan membayarmu 4 milyar perb

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 4

    Ella mengepalkan tinju, Mario benar-benar penjajah.Karena masalah sopir ini ranah pribadinya. Mario tidak punya hak untuk menentukan sopir baginya. Apalagi tanpa memberitahu atau membicarakan terlebih dulu dengannya seperti ini.“Zega, maaf sebelumnya. Aku baru mendengar hal ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu sampai Mario menyuruhmu menjadi sopirku,” ucap Ella, gugup.“Aku diusir dan dipecat Ayah,” jawab Zega, lirih, dalam, dan tenang. Sudah menerima kenyataan.“Oh no. Aku turut sedih mendengarnya,” Ella menunjukkan simpati.Zega menganguk, lalu berjalan beriringan dengan Ella menuju garasi.Jantung Ella deg-degan seperti mau diterkam macan. Gugup dan bingung. Dia sungkan setengah mati dengan adik iparnya ini. Dan takut keceplosan lagi seperti sebelumnya.Tapi dia tahu, yang harus dia labrak Mario, bukan Zega.Diam-diam Ella melirik Zega sekilas. Wibawa dan karismanya benar-benar mengintimasi Ella. Ella sadar dia sedang berjalan di samping manusia. Tapi entah kenapa rasany

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 3

    “Haploidentik?” Zega tidak paham, apalagi ini.Haploidentik?Ella sontak menutup mulut, lalu menatap mata kelabu dan wajah tampan Zega. Kenapa dia bisa keceplosan lagi ke adik iparnya ini?!Tidak, ini tidak baik!Waktu itu keceplosan masalah kondisi Sisi yang resistance terhadap kemo. Sekarang keceplosan lagi masalah haploidentik.“Lupakan, jalan lainnya adalah menunggu keajaiban, bukan tranplantasi haploidentik.”Ella mengurung niatnya untuk balas budi kepada Zega, lalu buru-buru pergi. Ella Heran, kenapa kontrol dirinya sering kali mati saat dekat dengan Zega. Padahal, ke orang lain apalagi lawan jenis kontrol dirinya berfungsi dengan baik. Dia tidak bisa cerita selancar dan seterbuka ini.Zega ingin menahan Ella tapi Ito menuju arahnya.“Nyonya kenapa, Tuan?” tanya Ito, setelah dekat dengan Zega.Zega mengedikkan bahu. Dia tidak benar-benar tahu tentang wanita. Kadang suka bicara setengah-setengah.“Ya sudah, tak usah dipikir, Tuan. Ini kopinya.”“Makasih, Ito.”***’Pukul 8 pagi E

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 2

    “Terima kasih,” Ella jadi sungkan.Pada dasarnya, Ella memang sungkan kepada Zega. Bukan karena adik iparnya ini lebih tua dari dia, tapi karena Zega pria! Kalau Zega wanita, mungkin beda cerita. Entah kenapa dari dulu Ella paling malu dengan lawan jenis.Karena itu meski hubungan mereka tidak ada masalah, juga tidak bisa dibilang dekat.Sehingga bantuan seperti ini sudah sangat membuat Ella gugup tak karuan. Tidak enak hati, merasa merepotkan dan hutang budi.“Ibu … dimana Ibu?”Isak Sisi menarik-narik Ella, tapi dia tetap tidak berani masuk ke dalam sana. Akhirnya Ella menuju kamarnya. Dia membasuh wajah sebelum melihat punggungnya yang panas dan perih setelah dicambuki oleh Mario.Selama ini, Ella menyembunyikan semua keburukan Mario. Bukan karena cinta, tapi demi Sisi. Dia tidak mau Sisi jadi korban perceraian, seperti dirinya.Ella mengompres punggungnya dengan air Es sembari merenung. Dia bingung, jika Mario tidak peduli dengan Sisi, masih perlukah dia mempertahankan rumah tangg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status