Share

Bab 4

Author: Capucinno
last update Last Updated: 2025-10-27 09:04:25

Ella mengepalkan tinju, Mario benar-benar penjajah.

Karena masalah sopir ini ranah pribadinya. Mario tidak punya hak untuk menentukan sopir baginya. Apalagi tanpa memberitahu atau membicarakan terlebih dulu dengannya seperti ini.

“Zega, maaf sebelumnya. Aku baru mendengar hal ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu sampai Mario menyuruhmu menjadi sopirku,” ucap Ella, gugup.

“Aku diusir dan dipecat Ayah,” jawab Zega, lirih, dalam, dan tenang. Sudah menerima kenyataan.

“Oh no. Aku turut sedih mendengarnya,” Ella menunjukkan simpati.

Zega menganguk, lalu berjalan beriringan dengan Ella menuju garasi.

Jantung Ella deg-degan seperti mau diterkam macan. Gugup dan bingung. Dia sungkan setengah mati dengan adik iparnya ini. Dan takut keceplosan lagi seperti sebelumnya.

Tapi dia tahu, yang harus dia labrak Mario, bukan Zega.

Diam-diam Ella melirik Zega sekilas. Wibawa dan karismanya benar-benar mengintimasi Ella. Ella sadar dia sedang berjalan di samping manusia. Tapi entah kenapa rasanya seperti berjalan di samping binatang buas pemakan manusia.

Ada rasa waspada yang harus Ella jaga, dan kekaguman luar biasa secara bersamaan yang harus dia sembunyikan.

Ketampanan Zega karya seni terindah dari seniman agung. Dan design tubuhnya yang tinggi, kokoh, kekar sempurna seperti tempat perlindungan yang aman, nyaman, dan kuat bagi hati yang terluka dan jiwa yang goyah seperti dirinya.

Tapi Ella tahu, dibalik semua rasa waspada dan decak kagum ini, dia harus segera menjauh dari Zega.

“Zega … sebenarnya bukannya aku tidak mau kamu jadi sopirku,” dusta Ella. “Tapi aku bisa memberimu pekerjaan yang lebih baik dari ini.”

Zega menatap Ella sekilas, tapi tidak komentar karena tahu Ella belum selesai bicara.

“Kamu bisa bekerja di kantorku. Kebetulan aku butuh manager. Kamu mau mencobanya?” imbuh Ella, hati-hati.

“Sebenarnya, aku tidak mencari pekerjaan yang lebih baik tapi gaji yang lebih baik,” jawaban Zega. “Maaf.”

Ella melongo.

Baru sadar kalau ucapannya salah. Jelas saja, orang seperti Zega akan mencari gaji yang lebih baik  bukan pekerjaan yang lebih baik. Karena motto hidupnya bukan kerja apa saja yang penting halal, tapi kerja sedikit banyak uang.

Ella tersenyum sebelum bertanya. “Aku tidak paham maksudmu. Kenapa kamu menolak mencoba. Padahal, secara gaji jelas, manager lebih tinggi dari sopir. Bahkan, aku berniat memberimu gaji 2x lipat dari yang seharusnya. Nominalnya 80 juta perbulan.”

Zega tertawa. Dari nadanya jelas terdengar menghina angka 80 juta.

Tapi Ella tak mau kalah. Targetnya adalah bagaimana supaya Zega tak jadi sopirnya.

Ella menaikkan tawaran. “100 juta?”

“Kakak memberiku 3,5 milyar perbulan.”

3,5 milyar perbulan?

Ella melongo.

“Zega, apa kamu bercanda?  mana mungkin Mario menggajimu sebanyak itu?”

“Karena aku bukan sopir biasa,” balas Zega sembari lalu.

Bu—bukan sopir biasa?

Terus, sopir seperti apa?

Ella gemetar. Ada sesuatu yang merayap dipikirannya namun dia takut membayangkannya. Ella menatap punggung Zega. Lalu mengejar Zega.

“Apa Mario menyuruhmu untuk menghamiliku?”

Dahi Zega mengernyit, jauh sekali tebakan Ella.

Tapi Zega tak berniat meluruskannya. Dia akan membiarkan anak kecil ini sibuk dengan pikiran sendiri.

Salah sendiri, kemarin cerita setengah-setengah kepadanya, yang masalah haploidentik itu.

Jadi, meskipun tadinya tak ada niatan untuk balas dendam, sekarang dia akan balas dendam kepada Ella dengan cerita setengah-setengah.

“Aku tunggu kamu di bawah.”

Ella gemetar, pucat, keringat dingin. Tidak menyangka tebakannya benar.

Keinginan Ella untuk keluar negeri semakin kuat.

15 menit kemudian….

Zega melirik jam tangannya.

“Lama amat Ella,” gumamnya. Lalu membuka kaca mobil. “Ito! tolong panggilin Nyonyamu.”

“Siap, Tuan.”

Ito segera meninggalkan rumah kecilnya dan berlari menuju rumah megah dua lantai di depannya.

Zega menutup kaca mobil. Kembali menyandarkan kepalanya pada headrest dan memejamkan mata. Dia ngantuk, habis searching haploidentik sampai pagi. Dan semua itu gara-gara Ella yang cerita setengah-setengah.

Tok! Tok!

Zega membuka mata. Dia pikir Ella, ternyata Ito. Zega membuka kaca mobilnya.

“Tuan, kata Nyonya batal pergi.”

“Ok. Makasih, Ito.”

Zega menutup kaca mobil lalu menelpon Ella.

Zega hampir saja mendatangi Ella kalau sampai tiga kali panggilannya tidak dijawab. Ternyata, yang ketiga dijawab.

“Kenapa gak jadi pergi?” tanya Zega.

“Gak apa.”

“Apa gara-gara tadi?” Zega menebak.

“Enggak.”

Zega menahan tawa, dia tahu Ella berbohong karena suaranya gemetar. Tapi Zega masih enggan meluruskan. Dia masih ingin menikmati balas dendamnya ke Ella, supaya anak kecil itu tahu rasanya diceritai setengah-setengah.

“Kalau begitu turunlah. Kita ke hotel sekarang,” goda Zega.

“Zega! Jangan turuti ucapan Mario!”

Tawa Zega hampir meledak. Suara ketus Ella sungguh sebuah validasi bahwa anak kecil itu memang kepikiran ucapannya.

“Aku sudah terlanjur sepakat. Sekarang tinggal melakukan tugas. Lagihan, ini untuk Sisi. Yuk!”

Sayu-sayu Zega mendengar Ella menangis. “Apa dia bilang kepadamu seperti itu?”

Zega terdiam. Baru sadar kalau dirinya sudah keterlaluan.

“Aku tunggu kamu di bawah,” hanya itu yang bisa Zega katakan, lalu menutup ponselnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 7

    Zega baru saja mengambil keputusan untuk pulang, ketika melihat Ella keluar dari rumah Ardi. Tidak heran Ella terkejut melihat. Anak kecil itu pasti tidak menyangka akan dia susul.Zega membuang rokoknya ke tong sampah lalu berjalan ke rumah Ardi.“Siang, Dok,” sapa Zega, dingin tapi sopan, seperti biasa.“Siang, Zega,” Ardi menyalami Zega sembari mengulas senyum. Heran, tumben sekali wakil direktur operasional grup MD ini jam segini tidak ngantor. “Lagi libur?”Zega menatap Ella sekilas. “Enggak.”“Tapi?”“Nyoba kerjaan baru,” jawab Zega jujur.“Oh ya? Kerja apa sekarang?”“Jadi—”Zega terkejut pingangnya tiba-tiba dicubit Ella. Zega tahan sakit tapi tidak tahan geli. Dicubit seperti ini gelinya menyebar ke seluruh tubuh. Zega berjuang mati-matian agar tetap berdiri tegak.“Jadi apa?” tanya Ardi, penasaran.“Jadi pedagang,” padahal tadi Zega ingin mengatakan jadi sopir.Ardi tersenyum, meski cukup terkejut. Aneh saja, kenapa Zega mencoba jadi pedagang padahal sudah enak jadi wakil di

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 6

    “Ngomong-ngomong, tumben Sisi mau kamu tinggal?”Ella tertawa. “Aku bilang mau ketemu kamu. Dia kalau sama kamu gak takut, makanya tadi malah mau ikut. Coba kalau kubilang mau ketemu dokter lain, pasti nggak boleh.”Ardi jadi tertawa. Diam-diam senang mendengar kenyataan ini.“Apa dia masih suka menanyaimu sudah menemukan obat ajaib apa belum?”“Ya. Dan itu yang membuatku sebagai Ibu merasa gimana gitu.”Obat ajaib yang Sisi maksud adalah darah tali pusat.Itulah kenapa Ella masih aktif cari donor darah tali pusat sampai akhirnya minta Mario menghamilinya. Bahkan kepikiran untuk haploidentik.Karena tidak mau menghancurkan harapan hidup Sisi dan harapannya sendiri yang tidak mau kehilangan anak.“Andai Sisi tahu harapan hidupnya,” celetuk Ardi, terlalu jujur.“Itulah tujuanku kesini Ar, aku sudah mengambil keputusan, akan membawa Sisi pulang ke negaraku agar bisa melakukan transplantasi haploidentik.”Ardi terkejut.“Ella … kondisi Sisi saat ini masih tidak memungkinkan untuk melakuka

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 5

    Tak sampai 10 menit, Zega melihat Ella menuju arahnya. Matanya sembab dan itu membuatnya semakin merasa bersalah.Ella masuk ke jok baris kedua.“Duduklah depan,” Zega meminta.“Sini aja.”Zega melirik Ella dari spion dalam. Merasa bersalah. Tapi tak ada niatan untuk mengakhiri balas dendamnya.“Tadi aku denger kamu mau ke rumah Dokter Ardi. Dimana alamatnya?”“Aku nggak jadi kesana,” suara lemas Ella.“Kenapa? aku gak masalah kalau kamu mau menemuinya dulu baru kita ke hotel.”“Zega! Nyebelin banget sih kamu hari ini?!”Zega menahan tawa. “Nyebelin gimana?”“Kita nggak akan ke hotel dan nggak akan begituan!”Ella tahu harusnya Mario yang dia marahi, bukan Zega. Tapi dia tidak paham kenapa Zega terkesan tidak berpikir kritis.Apa Zega tidak berpikir kalau hal ini terjadi ayahnya bisa menggantung mereka bertiga?“Ok, aku paham kalau kamu saat ini belum siap.”Belum siap?Memang tidak akan pernah siap!“Zega, aku tidak mau kita berantem gara-gara Mario. Aku akan membayarmu 4 milyar perb

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 4

    Ella mengepalkan tinju, Mario benar-benar penjajah.Karena masalah sopir ini ranah pribadinya. Mario tidak punya hak untuk menentukan sopir baginya. Apalagi tanpa memberitahu atau membicarakan terlebih dulu dengannya seperti ini.“Zega, maaf sebelumnya. Aku baru mendengar hal ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu sampai Mario menyuruhmu menjadi sopirku,” ucap Ella, gugup.“Aku diusir dan dipecat Ayah,” jawab Zega, lirih, dalam, dan tenang. Sudah menerima kenyataan.“Oh no. Aku turut sedih mendengarnya,” Ella menunjukkan simpati.Zega menganguk, lalu berjalan beriringan dengan Ella menuju garasi.Jantung Ella deg-degan seperti mau diterkam macan. Gugup dan bingung. Dia sungkan setengah mati dengan adik iparnya ini. Dan takut keceplosan lagi seperti sebelumnya.Tapi dia tahu, yang harus dia labrak Mario, bukan Zega.Diam-diam Ella melirik Zega sekilas. Wibawa dan karismanya benar-benar mengintimasi Ella. Ella sadar dia sedang berjalan di samping manusia. Tapi entah kenapa rasany

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 3

    “Haploidentik?” Zega tidak paham, apalagi ini.Haploidentik?Ella sontak menutup mulut, lalu menatap mata kelabu dan wajah tampan Zega. Kenapa dia bisa keceplosan lagi ke adik iparnya ini?!Tidak, ini tidak baik!Waktu itu keceplosan masalah kondisi Sisi yang resistance terhadap kemo. Sekarang keceplosan lagi masalah haploidentik.“Lupakan, jalan lainnya adalah menunggu keajaiban, bukan tranplantasi haploidentik.”Ella mengurung niatnya untuk balas budi kepada Zega, lalu buru-buru pergi. Ella Heran, kenapa kontrol dirinya sering kali mati saat dekat dengan Zega. Padahal, ke orang lain apalagi lawan jenis kontrol dirinya berfungsi dengan baik. Dia tidak bisa cerita selancar dan seterbuka ini.Zega ingin menahan Ella tapi Ito menuju arahnya.“Nyonya kenapa, Tuan?” tanya Ito, setelah dekat dengan Zega.Zega mengedikkan bahu. Dia tidak benar-benar tahu tentang wanita. Kadang suka bicara setengah-setengah.“Ya sudah, tak usah dipikir, Tuan. Ini kopinya.”“Makasih, Ito.”***’Pukul 8 pagi E

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 2

    “Terima kasih,” Ella jadi sungkan.Pada dasarnya, Ella memang sungkan kepada Zega. Bukan karena adik iparnya ini lebih tua dari dia, tapi karena Zega pria! Kalau Zega wanita, mungkin beda cerita. Entah kenapa dari dulu Ella paling malu dengan lawan jenis.Karena itu meski hubungan mereka tidak ada masalah, juga tidak bisa dibilang dekat.Sehingga bantuan seperti ini sudah sangat membuat Ella gugup tak karuan. Tidak enak hati, merasa merepotkan dan hutang budi.“Ibu … dimana Ibu?”Isak Sisi menarik-narik Ella, tapi dia tetap tidak berani masuk ke dalam sana. Akhirnya Ella menuju kamarnya. Dia membasuh wajah sebelum melihat punggungnya yang panas dan perih setelah dicambuki oleh Mario.Selama ini, Ella menyembunyikan semua keburukan Mario. Bukan karena cinta, tapi demi Sisi. Dia tidak mau Sisi jadi korban perceraian, seperti dirinya.Ella mengompres punggungnya dengan air Es sembari merenung. Dia bingung, jika Mario tidak peduli dengan Sisi, masih perlukah dia mempertahankan rumah tangg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status