Share

Bab 2

Author: Capucinno
last update Last Updated: 2025-10-27 09:03:05

“Terima kasih,” Ella jadi sungkan.

Pada dasarnya, Ella memang sungkan kepada Zega. Bukan karena adik iparnya ini lebih tua dari dia, tapi karena Zega pria! Kalau Zega wanita, mungkin beda cerita. Entah kenapa dari dulu Ella paling malu dengan lawan jenis.

Karena itu meski hubungan mereka tidak ada masalah, juga tidak bisa dibilang dekat.

Sehingga bantuan seperti ini sudah sangat membuat Ella gugup tak karuan. Tidak enak hati, merasa merepotkan dan hutang budi.

“Ibu … dimana Ibu?”

Isak Sisi menarik-narik Ella, tapi dia tetap tidak berani masuk ke dalam sana. Akhirnya Ella menuju kamarnya. Dia membasuh wajah sebelum melihat punggungnya yang panas dan perih setelah dicambuki oleh Mario.

Selama ini, Ella menyembunyikan semua keburukan Mario. Bukan karena cinta, tapi demi Sisi. Dia tidak mau Sisi jadi korban perceraian, seperti dirinya.

Ella mengompres punggungnya dengan air Es sembari merenung. Dia bingung, jika Mario tidak peduli dengan Sisi, masih perlukah dia mempertahankan rumah tangga ini?

Usai mengompres punggungnya Ella kembali ke kamar Sisi. Sisi sudah tidur lagi tapi Zega entah kemana. Ella turun ke lantai satu. Dia melihat Tya, ARTnya sedang menonton televisi.

“Bibi lihat Zega?”

“Tuan Zega sudah pulang, Nyonya.”

Ella kecewa, padahal dia ingin mengucap terima kasih sekali lagi kepada adik iparnya itu.

Saat ini, Ella melihat Ito, satpam rumah masuk ke dapur.

Ito tersenyum. “Nyonya belum istirahat?”

“Belum.”

Ito kembali senyum lalu ke dapur. Sementara Ella duduk di dekat Tya, ikut menonton sinetron meski pikirannya kembali ke Sisi.

Tak lama, Tya heran melihat Ito. “Ito, malam-malam begini kamu mau minum dua gelas kopi?”

“Nggak, satunya lagi buat Tuan Zega.”

Ella sontak menoleh, “Zega belum pulang?”

“Belum, Nyonya. Masih menunggu taksi.”

Taksi?

Dahi Ella mengernyit. Kenapa Zega menunggu taksi?

Akhirnya Ito cerita, “Tuan Zega sedang diusir dari rumah sama Tuan besar Ray. Tapi Nyonya jangan bilang kalau tahu dari saya.”

Zega diusir dari rumah?

Bukan cuma Ella yang melonggo tapi juga Tya.

“Tya, awas kalau kamu keceplosan!” imbuh Ito.

“Suudzon banget sama aku?!”

“Karena mulutmu gak ada resletingnya!”

“Apa bedanya sama kamu?!” balas Tya, kesal.

Ella hanya geleng-geleng kepala melihat mantan sejoli ini. Dari pada mendengarkan mereka, lebih baik menemui Zega. Ella melihat Zega duduk di pos satpam sembari merokok.

Sepertinya Zega sadar kalau ada yang memperhatikan dari jauh. Zega menatap wanita tinggi, langsing, putih, cantik dan anggun yang berjalan menuju arahnya.

‘Bagaimana kalau aku yang menghamilimu?’ Zega segera mengusir pikiran yang tak seharusnya.

“Kupikir kamu sudah pulang,” suara lembut Ella.

“Belum, masih habisin rokok.”

Ella tersenyum. Tapi dalam hati protes, kenapa Zega tak menjawab saja kalau masih menunggu taksi? Sehingga dia bisa membalas budi kepada adik iparnya ini dengan cara meminjami mobil.

Ella tahu betul bagaimana sifat ayah mertuanya kalau sudah mengusir anaknya. Ayah mertuanya itu pasti tidak hanya mengusir dari rumah tapi juga memecat Zega. Pasti juga tidak mengijinkan Zega membawa sesenpun uang.

Karena Mario dulu juga diancam seperti itu ketika tidak mau menikahinya. Ella semakin ingin membantu Zega sebagai balas budi.

“Tumben kamu kesini?” pancing Ella.

“Ada perlu sama kakak.” Zega menyesap rokoknya untuk terakhir kali. Lalu dia matikan putungnya di atas asbak.

Zega sudah mendengar dari Ito kalau Ella sering dipukuli Mario. Heran saja, kenapa Ella masih tahan dengan Mario padahal sudah diselingkuhi, dipukuli. Tapi Zega tak bisa bilang apa-apa, hidup itu memang pilihan.

“Sudah ketemu dia?” lanjut Ella.

“Sudah. Gimana kabar pengobatan Sisi?” tanya balik Zega.

Ella menarik nafas dalam.

“Seperti yang kubilang waktu itu. Tubuh Sisi resistance terhadap kemoterapi. Belum menemukan donor sumsum tulang yang cocok dan … belum menemukan donor tali pusat yang cocok,” suara Ella tampak putus asa.

Zega tetap pura-pura tidak pernah mendengar percakapan Ella dan Mario di ruang kerja.

“Kalau gitu bikin adik aja buat Sisi, jadi gak perlu repot-repot cari darah tali pusat.”

Ella tersenyum getir. Andai Zega tahu Mario tidak mau menghamilinya.

“Kenapa, kamu malas hamil lagi?” imbuh Zega.

Ella menggeleng. “Aku tidak bisa hamil lagi karena sudah steril.”

Dahi Zega mengernyit, kenapa Ella menutupi kebrengsekan Mario? tapi dia bisa apa kalau Ella memang mau menutupi? Ini hidupnya Ella.

“Apa ada cara lain?” tanya Zega, pada akhirnya.

Ella menengadah ke langit. “Ada, transplantasi haploidentik. Tapi hal itu tidak bisa kulakukan di sini, karena rumah sakit di negara ini belum bisa melakukan transplantasi itu. Aku akan pulang ke negaraku. Di sana aku bisa melakukannya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 7

    Zega baru saja mengambil keputusan untuk pulang, ketika melihat Ella keluar dari rumah Ardi. Tidak heran Ella terkejut melihat. Anak kecil itu pasti tidak menyangka akan dia susul.Zega membuang rokoknya ke tong sampah lalu berjalan ke rumah Ardi.“Siang, Dok,” sapa Zega, dingin tapi sopan, seperti biasa.“Siang, Zega,” Ardi menyalami Zega sembari mengulas senyum. Heran, tumben sekali wakil direktur operasional grup MD ini jam segini tidak ngantor. “Lagi libur?”Zega menatap Ella sekilas. “Enggak.”“Tapi?”“Nyoba kerjaan baru,” jawab Zega jujur.“Oh ya? Kerja apa sekarang?”“Jadi—”Zega terkejut pingangnya tiba-tiba dicubit Ella. Zega tahan sakit tapi tidak tahan geli. Dicubit seperti ini gelinya menyebar ke seluruh tubuh. Zega berjuang mati-matian agar tetap berdiri tegak.“Jadi apa?” tanya Ardi, penasaran.“Jadi pedagang,” padahal tadi Zega ingin mengatakan jadi sopir.Ardi tersenyum, meski cukup terkejut. Aneh saja, kenapa Zega mencoba jadi pedagang padahal sudah enak jadi wakil di

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 6

    “Ngomong-ngomong, tumben Sisi mau kamu tinggal?”Ella tertawa. “Aku bilang mau ketemu kamu. Dia kalau sama kamu gak takut, makanya tadi malah mau ikut. Coba kalau kubilang mau ketemu dokter lain, pasti nggak boleh.”Ardi jadi tertawa. Diam-diam senang mendengar kenyataan ini.“Apa dia masih suka menanyaimu sudah menemukan obat ajaib apa belum?”“Ya. Dan itu yang membuatku sebagai Ibu merasa gimana gitu.”Obat ajaib yang Sisi maksud adalah darah tali pusat.Itulah kenapa Ella masih aktif cari donor darah tali pusat sampai akhirnya minta Mario menghamilinya. Bahkan kepikiran untuk haploidentik.Karena tidak mau menghancurkan harapan hidup Sisi dan harapannya sendiri yang tidak mau kehilangan anak.“Andai Sisi tahu harapan hidupnya,” celetuk Ardi, terlalu jujur.“Itulah tujuanku kesini Ar, aku sudah mengambil keputusan, akan membawa Sisi pulang ke negaraku agar bisa melakukan transplantasi haploidentik.”Ardi terkejut.“Ella … kondisi Sisi saat ini masih tidak memungkinkan untuk melakuka

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 5

    Tak sampai 10 menit, Zega melihat Ella menuju arahnya. Matanya sembab dan itu membuatnya semakin merasa bersalah.Ella masuk ke jok baris kedua.“Duduklah depan,” Zega meminta.“Sini aja.”Zega melirik Ella dari spion dalam. Merasa bersalah. Tapi tak ada niatan untuk mengakhiri balas dendamnya.“Tadi aku denger kamu mau ke rumah Dokter Ardi. Dimana alamatnya?”“Aku nggak jadi kesana,” suara lemas Ella.“Kenapa? aku gak masalah kalau kamu mau menemuinya dulu baru kita ke hotel.”“Zega! Nyebelin banget sih kamu hari ini?!”Zega menahan tawa. “Nyebelin gimana?”“Kita nggak akan ke hotel dan nggak akan begituan!”Ella tahu harusnya Mario yang dia marahi, bukan Zega. Tapi dia tidak paham kenapa Zega terkesan tidak berpikir kritis.Apa Zega tidak berpikir kalau hal ini terjadi ayahnya bisa menggantung mereka bertiga?“Ok, aku paham kalau kamu saat ini belum siap.”Belum siap?Memang tidak akan pernah siap!“Zega, aku tidak mau kita berantem gara-gara Mario. Aku akan membayarmu 4 milyar perb

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 4

    Ella mengepalkan tinju, Mario benar-benar penjajah.Karena masalah sopir ini ranah pribadinya. Mario tidak punya hak untuk menentukan sopir baginya. Apalagi tanpa memberitahu atau membicarakan terlebih dulu dengannya seperti ini.“Zega, maaf sebelumnya. Aku baru mendengar hal ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu sampai Mario menyuruhmu menjadi sopirku,” ucap Ella, gugup.“Aku diusir dan dipecat Ayah,” jawab Zega, lirih, dalam, dan tenang. Sudah menerima kenyataan.“Oh no. Aku turut sedih mendengarnya,” Ella menunjukkan simpati.Zega menganguk, lalu berjalan beriringan dengan Ella menuju garasi.Jantung Ella deg-degan seperti mau diterkam macan. Gugup dan bingung. Dia sungkan setengah mati dengan adik iparnya ini. Dan takut keceplosan lagi seperti sebelumnya.Tapi dia tahu, yang harus dia labrak Mario, bukan Zega.Diam-diam Ella melirik Zega sekilas. Wibawa dan karismanya benar-benar mengintimasi Ella. Ella sadar dia sedang berjalan di samping manusia. Tapi entah kenapa rasany

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 3

    “Haploidentik?” Zega tidak paham, apalagi ini.Haploidentik?Ella sontak menutup mulut, lalu menatap mata kelabu dan wajah tampan Zega. Kenapa dia bisa keceplosan lagi ke adik iparnya ini?!Tidak, ini tidak baik!Waktu itu keceplosan masalah kondisi Sisi yang resistance terhadap kemo. Sekarang keceplosan lagi masalah haploidentik.“Lupakan, jalan lainnya adalah menunggu keajaiban, bukan tranplantasi haploidentik.”Ella mengurung niatnya untuk balas budi kepada Zega, lalu buru-buru pergi. Ella Heran, kenapa kontrol dirinya sering kali mati saat dekat dengan Zega. Padahal, ke orang lain apalagi lawan jenis kontrol dirinya berfungsi dengan baik. Dia tidak bisa cerita selancar dan seterbuka ini.Zega ingin menahan Ella tapi Ito menuju arahnya.“Nyonya kenapa, Tuan?” tanya Ito, setelah dekat dengan Zega.Zega mengedikkan bahu. Dia tidak benar-benar tahu tentang wanita. Kadang suka bicara setengah-setengah.“Ya sudah, tak usah dipikir, Tuan. Ini kopinya.”“Makasih, Ito.”***’Pukul 8 pagi E

  • Adik Ipar, Jangan Goda Aku   Bab 2

    “Terima kasih,” Ella jadi sungkan.Pada dasarnya, Ella memang sungkan kepada Zega. Bukan karena adik iparnya ini lebih tua dari dia, tapi karena Zega pria! Kalau Zega wanita, mungkin beda cerita. Entah kenapa dari dulu Ella paling malu dengan lawan jenis.Karena itu meski hubungan mereka tidak ada masalah, juga tidak bisa dibilang dekat.Sehingga bantuan seperti ini sudah sangat membuat Ella gugup tak karuan. Tidak enak hati, merasa merepotkan dan hutang budi.“Ibu … dimana Ibu?”Isak Sisi menarik-narik Ella, tapi dia tetap tidak berani masuk ke dalam sana. Akhirnya Ella menuju kamarnya. Dia membasuh wajah sebelum melihat punggungnya yang panas dan perih setelah dicambuki oleh Mario.Selama ini, Ella menyembunyikan semua keburukan Mario. Bukan karena cinta, tapi demi Sisi. Dia tidak mau Sisi jadi korban perceraian, seperti dirinya.Ella mengompres punggungnya dengan air Es sembari merenung. Dia bingung, jika Mario tidak peduli dengan Sisi, masih perlukah dia mempertahankan rumah tangg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status