Home / Romansa / Adik Ipar, Jangan Terlalu Dalam / 3. MEMUTARBALIKKAN FAKTA

Share

3. MEMUTARBALIKKAN FAKTA

Author: Allina
last update Last Updated: 2025-08-29 16:13:47

Arka terduduk, menatap hasil tes yang jelas menyatakan: Sasha sehat, Reno tak mungkin jadi ayah biologis. Rahangnya mengeras, kemarahan memenuhi hatinya saat mengingat bagaimana mamanya menghina Sasha tanpa tahu kebenaran.

Ia tahu pilihannya sama-sama berisiko. Diam, berarti membiarkan Sasha hancur oleh tuduhan. Bicara, berarti menelanjangi kelemahan kakaknya dan meruntuhkan martabat keluarga.

Arka memijit pangkal hidungnya, napasnya berat. Hatinya ingin melindungi Sasha, tapi darahnya menuntut setia pada keluarga.

***

Sasha kini berada di ruang kerja mertuanya, tapi entah mengapa dia selalu merasa ada sesuatu yang aneh di keluarga ini. Apalagi saat melihat interaksi antara ibu dan anak di mana Ratna terlihat begitu berbeda cara memperlakukan Reno dan Arka.

Namun, Sasha tidak ingin sembarangan, ia ingin mencari tau tentang Arka, serta mengapa pria itu seperti dianggap asing oleh keluarganya?

Pandangannya menyapu setiap inci rumah mewah itu, berharap ia akan menemukan sesuatu yang bisa memberikannya petunjuk meskipun kecil kemungkinan ia bisa mendapatkannya.

Sasha berhenti di sebuah lemari kayu tua di ruang baca, lemari itu sedikit berbeda dengan yang lainnya. Ia menatapnya sejenak, tangannya tanpa sengaja menempel pada permukaan kayu.

Matanya menyipit, kerutan di dahinya semakin dalam. Lemari ini tampak berbeda.

Ia mengamati deretan buku yang tersusun rapi di dalamnya satu per satu, netranya bergerak liar seolah tidak ingin ada yang terlewat. Sampai akhirnya tatapannya tertuju pada sebuah amplop yang tampak sedikit usang. Sasha mengerutkan kening, jemarinya terulur mengambil amplop, namun saat ia hendak membukanya, sebuah suara menghentikannya.

“Jangan sentuh barang itu!” Ratna merebut amplop itu dan menatapnya dingin.

“Meskipun kamu menantu di keluarga ini, tapi jangan pernah bertingkah seolah kamu pemilik rumah ini,” tegasnya, suaranya begitu dingin. “Tidak semua barang di sini bisa kamu sentuh sesuka hati,” imbuhnya lagi.

“Ma-maafkan aku, Ma,” ucapnya gugup, Sasha menunduk.

“Sudahlah ... awas kalau kamu berani menyentuhnya lagi!” Ratna mengancam, tatapannya tajam, seolah bisa menusuk Sasha kapan pun jika dia berani melanggar perintahnya.

“Oh ya, bagaimana? Apakah kamu sudah periksakan tes kesuburanmu sama Arka?” tanya Ratna.

“Sudah, Ma,” Sasha menjawab.

“Bagus, lalu bagaimana hasilnya?” Ratna terlihat tidak sabar.

Sasha menelan saliva, teringat ucapan Arka bahwa ia tidak bermasalah, membuatnya ragu mengatakan kejujuran. "Untuk hasilnya akan dikirim nanti.”

Suasana berubah hening sesaat, Ratna menatap Sasha dengan lekat memastikan apakah menantunya ini layak dipercaya atau tidak.‎

"Nanti?" ulang Ratna dingin. ‎

"Iya, Ma. Tadi hasilnya belum keluar, Arka akan mengabari lagi nanti."

"Baiklah, jangan sampai kamu mengecewakan saya! Kamu tahu 'kan apa yang dipertaruhkan di keluarga ini?" ucap Ratna setiap kata yang diucapkan penuh dengan penekanan ‎

Sasha mengangguk pelan, ia menunduk menyembunyikan wajah gelisah di balik rambutnya.

'Jangan sampai kamu mengecewakan saya! Kamu tahu 'kan apa yang dipertaruhkan di keluarga ini?'

Kata-kata itu terngiang seperti alarm. Di telinganya, kalimat itu bukan hanya sekadar peringatan, melainkan ancaman pembuangan jika ia tidak bisa menghasilkan keturunan.

Sasha bergerak gelisah, bahkan untuk masalahnya sendiri ia tidak bisa menanganinya.

Sasha memijit pelipisnya yang terasa pusing, mencoba menenangkan diri. Masalah yang di hadapinya begitu berat, ia seakan membawa beban ratusan kilo, dan ia sama sekali tidak tahu harus memulai dari mana. Ia melangkah lesu, membuka laci di samping tempat tidur, matanya mencari sesuatu yang bisa memberinya sedikit semangat, seperti … vitamin.

Matanya membulat saat melihat sesuatu yang penting di dalamnya. “Ini, kan …?” bisiknya pelan, hampir tak percaya.

Sasha mengambil map tergesa, ia bergegas menuju klinik tempat Arka bekerja. Setibanya di klinik, Sasha berdiri di depan pintu dan mengetuknya perlahan.

“Arka, ini aku, Sasha. Apakah aku boleh masuk?”

Dari dalam, terdengar suara Arka, “Masuklah.”

Sasha menurut, ia masuk ke dalam ruangan kerja Arka dan langsung duduk di hadapan Arka.

“Ada apa mencariku?” tanya Arka.

“Sejujurnya aku juga tidak tau apa yang aku lakukan ini benar atau salah, tapi entah mengapa naluriku mengatakan jika aku harus menemuimu,” ucap Sasha pelan.

“Untuk ...?” Arka mengerutkan kening.

“Ini.” Sasha memberikan amplop yang sedari tadi di genggamnya.

Arka menerima berkas itu dari tangan Sasha. Jemarinya menyentuh ujung jemari Sasha secara tak sengaja, dan detik itu terasa seperti aliran listrik yang menembus keduanya.

Sasha menahan napas, jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang. Pandangannya terpaku pada Arka, seolah waktu berhenti sejenak, hanya menyisakan kedekatan yang tak sengaja.

Arka menarik berkas itu perlahan, matanya tetap mengunci Sasha. Namun sejenak, pandangannya turun tanpa disengaja ke bibir Sasha. Dan di detik itu, Arka menelan ludah. Bibirnya  yang kecil dan merah bagaikan ceri membuat sesuatu dalam dirinya bangkit, sebuah perasaan yang sulit ia kendalikan.

"Ekhem ...." Sasha berdehem untuk mengalihkan perhatian dan rasa canggung yang tiba-tiba datang.

Arka cepat-cepat mengalihkan pandangannya berpura-pura membaca berkas yang di berikan Sasha. “Jadi, sebelumnya kamu pernah periksa?” Arka menutup berkasnya.

“Iya,” jawab Sasha singkat.

“Dan ini berkas medis lamamu?” Arka kembali bertanya.

“Iya, aku pikir aku perlu memberitahumu.”

Arka mengangkat wajahnya menatap Sasha lamat-lamat bahkan lebih dalam. “Kalau kamu mau tahu kebenaran … jangan percaya satu katapun dari suamimu,” ucap Arka pelan.

“Maksud kamu?”

“Kamu akan tau nanti di mana kebenaran akan terungkap,” jawab Arka ambigu.

Sasha terdiam sejenak mencerna apa yang baru saja di katakan oleh Arka, sesuatu yang mengandung makna lebih dalam dan mungkin sesuatu yang tidak pernah diketahuinya. Ini bukan soal peringatan atau ancaman tapi lebih dari sekedar itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Adik Ipar, Jangan Terlalu Dalam   6. PERTEMUAN TANPA SAKSI

    Pada akhirnya, Sasha tak bisa lagi menahan diri. Tangisnya pecah, dan ia menunduk, wajahnya bersembunyi di dada bidang Arka, berusaha meredam suara tangisnya. Arka bergeming membiarkan Sasha menangis melepas rasa sakit. Setelah merasa sedikit lega, Sasha mengangkat kepalanya, menyeka pipi dengan punggung tangannya. “Maaf …,” lirihnya, sesekali isakan kecil masih terdengar. ***Acara gala telah usai. Satu per satu tamu meninggalkan Hotel Grand Marella, hingga akhirnya hanya tersisa bayangan-bayangan yang bertebaran di lobi. Sasha pun melangkah keluar dan Arka berjalan beberapa meter di belakangnya. Sasha mempercepat langkahnya, terlepas dari apa yang terjadi malam ini, wanita itu hanya ingin pulang untuk menenangkan diri. Begitu melewati pintu menuju parkir bawah tanah, tangan besar menahanya, menyentuh pergelangan tangan. “Kita perlu bicara.” Sasha menoleh, Arka berdiri di depannya. Pria itu membuka pintu mobilnya, memberi isyarat. Sasha tidak menolak, dia masuk ke mobil Arka. “

  • Adik Ipar, Jangan Terlalu Dalam   5. SEKAT YANG MULAI RUNTUH

    Reno dan Sasha melangkah keluar dari ruangan Arka. Begitu mereka sudah berada di parkiran mobil, Reno tiba-tiba melepaskan genggaman tangannya dengan kasar.Sasha terhuyung sedikit, menatap suaminya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Mas ….” suaranya pelan nyaris berbisik.“Cukup, Sasha! Jangan bersandiwara di depanku!” bentak Reno.“Apa maksudmu, Mas? Sandiwara apa?”“Apa maksudku harusnya kamu sudah tau!” Reno menaikan nada bicaranya satu oktaf. “Sekarang aku minta penjelasan, penjelasan yang masuk akal bukan yang dimanipulasi dengan polesan kebohongan.”Sasha tertegun, jantungnya berdegup kencang. “Aku sungguh tidak mengerti maksudmu, Mas. Kebohongan apa yang kamu bicarakan?”Reno mendekat, sorot matanya dingin. “Jangan pura-pura polos, Sha! Aku tahu apa yang kamu lakukan di belakangku.”Reno mendorong Sasha hingga punggungnya membentur dinding basement. “Katakan! Katakan padaku apa yang kalian lakukan di dalam ruangan itu sebelum aku datang! Apa kamu menggodanya, hah?!”Sasha

  • Adik Ipar, Jangan Terlalu Dalam   4. PELANGGARAN BATAS

    Hari ini Sasha menjalani pemeriksaan lanjutan seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya, semalam Arka sudah mengingatkannya agar tidak sampai terlupa. Meski dalam hati ia tidak yakin, Sasha tetap meminta Reno menemaninya.“Mas, hari ini Arka mengundangku untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, kamu ikut nemenin aku, ya!” ajak Sasha lembut. Tangannya terus mengaduk teh yang tersaji di meja, sedangkan Reno sibuk membaca koran.“Kamu berangkat dulu saja, kalau sempat, aku akan nyusul,” ucap Reno datar, matanya tetap tertuju pada koran di depannya.“Tapi, Mas ...,” lirih Sasha. Sendok di tangannya berhenti bergerak.“Apakah kamu tidak dengar Reno bilang apa?” Ratna tiba-tiba muncul, wanita itu duduk di samping Reno. “Reno itu orang sibuk. Kamu bisa berangkat sendiri tanpa merepotkan suami!”“Aku ….”Reno menurunkan korannya kasar dan melipatnya asal. “Sudahlah, Sasha, jangan rewel! Aku sibuk,” ketusnya. Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan berlalu begitu saja, meninggalkan Sasha duduk te

  • Adik Ipar, Jangan Terlalu Dalam   3. MEMUTARBALIKKAN FAKTA

    Arka terduduk, menatap hasil tes yang jelas menyatakan: Sasha sehat, Reno tak mungkin jadi ayah biologis. Rahangnya mengeras, kemarahan memenuhi hatinya saat mengingat bagaimana mamanya menghina Sasha tanpa tahu kebenaran.Ia tahu pilihannya sama-sama berisiko. Diam, berarti membiarkan Sasha hancur oleh tuduhan. Bicara, berarti menelanjangi kelemahan kakaknya dan meruntuhkan martabat keluarga.Arka memijit pangkal hidungnya, napasnya berat. Hatinya ingin melindungi Sasha, tapi darahnya menuntut setia pada keluarga.***Sasha kini berada di ruang kerja mertuanya, tapi entah mengapa dia selalu merasa ada sesuatu yang aneh di keluarga ini. Apalagi saat melihat interaksi antara ibu dan anak di mana Ratna terlihat begitu berbeda cara memperlakukan Reno dan Arka.Namun, Sasha tidak ingin sembarangan, ia ingin mencari tau tentang Arka, serta mengapa pria itu seperti dianggap asing oleh keluarganya?Pandangannya menyapu setiap inci rumah mewah itu, berharap ia akan menemukan sesuatu yang bisa

  • Adik Ipar, Jangan Terlalu Dalam   2. PERTEMUAN DI RUANG PEMERIKSAAN

    Sasha terbangun dari tidurnya, matanya langsung melirik ke sisi ranjang, tapi ia tak melihat keberadaan suaminya, bahkan tempatnya pun masih rapih seperti tak tersentuh.“Apa semalam Mas Reno nggak pulang, atau dia berangkat kerja lebih awal?” Sasha bermonolog, ia mengulurkan tangan, mengambil ponsel yang berada di nakas.Sasha menatap layar ponsel yang kini menampilkan nomor suaminya. Ia menekan tombol panggil, lalu mendekatkan ponsel ke telinga. Nada sambung terdengar berulang kali, namun tak juga ada jawaban.“Apa dia benar-benar sesibuk ini sampai tak bisa dihubungi?” Sasha mendesah pelan, lalu meletakan ponselnya. Sampai akhirnya ia teringat jika ia mempunyai janji temu dengan Arka.Sasha segera bersiap, ia sudah memantapkan hati, kenyataan apapun yang akan terjadi, ia akan hadapi. Setelah membersihkan diri, Sasha berdiri di depan cermin, memoles wajahnya dengan bedak tipis dan memberi sedikit rona pada bibirnya, agar dirinya tampak lebih segar.Sebelum Sasha pergi, ia berpapasan

  • Adik Ipar, Jangan Terlalu Dalam   1. MALAM YANG MEMALUKAN

    “Kalau perempuan tak bisa punya anak, apa gunanya menikah?”Kalimat itu meluncur begitu saja bagaikan cambuk mematikan. Sendok di tangan Sasha berhenti di udara. Ia bisa merasakan beberapa pasang mata tengah menatap ke arahnya.Sasha memejamkan matanya sejenak, mengambil napas sebanyak mungkin, dadanya kini terasa sesak. Kenapa mertuanya harus mengucapkan hal itu di waktu yang tidak tepat? Tak bisakah sedikit saja wanita itu menghargainya, menerima kenyataan bahwa bagaimanapun ia adalah istri dari anaknya?Di hadapannya, Ratna—ibu mertuanya—duduk dengan tenang, tangannya menyeka mulutnya dengan tisu lalu meletakkannya di sisi piring. Wajahnya terlihat tenang dan datar."Dua tahun kamu menikah, tapi sampai detik ini kamu tidak bisa memberikan saya keturunan, saya curiga kalau kamu mandul.”Lagi, perkataannya menampar Sasha lebih keras dan lebih menyakitkan. Matanya mulai memanas, rasa perih menjalar hingga tenggorokan. Tangisnya hampir pecah, namun sekuat tenaga ia menahannya agar air

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status