Home / Romansa / Adik Ipar Yang Jadi Suamiku / Bab 5 Tamparan untuk Evara

Share

Bab 5 Tamparan untuk Evara

Author: Dhisa Efendi
last update Last Updated: 2025-09-20 11:11:11

'Dimana Kamu, Brian?' keluh hati Evara.

Tiga tamparan sudah diterimanya hari ini.

"Kamu harus melawan, Eva!" Terngiang ucapan Brian di telinga Evara.

Plak!!!

Evara membalas tamparan Athena dengan sekuat tenaganya.

"Kamu yang lancang, Atha! Kamu adikku! Beraninya Kamu menampar orang yang sudah memberimu makan!" Teriaknya setinggi langit.

Ia murka juga gelisah. Brian tidak kunjung datang padahal malam semakin merangkak naik.

'Apa Kamu ingin meninggalkanku, Brian? Tolong, jangan siksa Aku seperti ini..'

Airmata Evara mulai mengalir turun di pipinya yang memerah karena 3 kali tamparan.

"Kalau saja Brian tau kelakuanmu, Atha. Apa Kamu mau menanggung akibatnya?" isak Evara.

Air mata terus mengalir di pipinya. Tiga kali tamparan membuat pipinya terasa memar. Tapi bukan itu yang membuatnya menangis.

'Kamu kenapa, Brian? Apa yang telah terjadi padamu? Apa Kamu baik - baik saja, Sayang?'

Safira dan Athena mulai cemas. Apa Evara akan melaporkan kekerasan mereka pada suaminya?Safira dan Athena tidak berani menggunakan tangannya jika ada Brian. Tatapan tajam Brian dan kepalan tangannya yang selalu siap membuat mereka takut. Tubuh Brian yang tinggi dan atletis tidak sepadan dengan tubuh kecil Athena. Apalagi ia pincang. Bagaimana nasib Evara sekarang?

"Aku pulang, Athena! Pernikahan Kita sebaiknya perlu dipikirkan lagi!" Dengus Viona seraya melangkah keluar.

"Tunggu, Sayang!" Athena mengejarnya seperti anjing penjaga.

"Ibu! Tolong beri pengertian pada Viona!" Teriak Athena.

Safira ikut berlari keluar.

Evara tertawa sinis. Hati dan pikirannya tak lagi sinkron. Ia marah tapi juga mencemaskan suaminya. Pasti ada sesuatu yang terjadi tapi ia tidak ingin memikirkan hal yang terburuk.

Safira dan Athena masuk tanpa Viona. Gadis itu benar -benar pergi karena marah.

"Ini salahmu, Eva!" Lagi - lagi itu yang keluar dari mulut Athena.

"Bagaimana kalau Viona membatalkan pernikahannya denganku?" Cercanya.

"Itu bagus. Apa Dia mau setiap hari memberimu makan, Atha? Hanya sekali ini saja ia tidak sudi." Cibir Evara.

Entah darimana keberanian itu datang meski sudah 3 kali tamparan mendarat di pipinya.

"Tentu Dia mau karena Dia sudah.." Ucapan Athena terhenti.

Evara menatap adiknya dengan tajam.

"Sudah apa, Atha?" Katanya seraya mendekat.

Tatapannya yang dingin dan tajam membuat Athena kehilangan kata - katanya. Ia juga bergerak mundur tanpa ia sadari.

'Ada apa dengan Evara? Dia kelihatan aneh dan menakutkan!' hatinya berseru.

"Dia sudah apa, Atha?!" Ulang Evara.

"Eva! Apa yang Kamu lakukan? Kamu membuat Athena kehilangan akal!" Bela Safira.

Evara tidak peduli dengan ucapan ibunya.

"Dia sudah apa, Atha? Dia sudah hamil jadi terjebak denganmu?" tebak Evara.

Athena tersentak. Tebakan yang tepat mengenai sasaran.

"Hebat Kamu, Atha. Kamu menghamili anak orang sebelum menikah! Dan Ibu, Ibu bangga pada anak seperti ini?" rutuk Evara.

Evara tersenyum sinis.

"Aku dan Brian akan keluar dari sini. Silahkan Kalian hidup bersenang - senang berdua, ah bukan, bertiga, ah bukan juga, berempat dengan anak yang dikandung Viona! Aku jijik hidup bersama orang - orang tidak bermoral seperti Kalian!"

Plak!

Tamparan ke empat.

"Aku akan mematahkan kakimu jika Kamu berani keluar dari sini!" Bentak Safira.

"Mana suamimu yang selalu melindungimu itu? Sepertinya ia tidak akan pernah kembali!" umpat Safira.

Athena ikut mendorong tubuh Evara sampai membentur tembok. Dada Evara terasa sesak memikirkan kemungkinan yang terburuk.

'Kamu nggak papa kan, Brian? Kamu mencintaiku, kan? Dimana Kamu, suamiku?'

Kali ini ia tidak merasa takut pada Ibu dan adiknya. Ia lebih takut kalau sesuatu yang buruk terjadi pada Brian. Evara maju dan balas mendorong Athena. Athena yang tidak menyangka pembalasan kakaknya langsung jatuh terjengkang.

"Atha!"

Safira langsung menolong anak kesayangannya itu.

"Masuk ke kamarmu, Eva! Kamu sudah gila!" Bentaknya pada Evara.

**************

Ariana berdiri di depan foto Brian yang tergantung di tengah ruangan.

"Maafin Mama, Brian. Kalau saja Mama bisa menebus kesalahan Mama padamu." Isaknya.

Semalam ia nyaris tidak bisa tidur. Ia tidak percaya kalau anak sulungnya sudah pergi untuk selamanya. Adamis masuk ke kamarnya saat tengah malam untuk melihat keadaan mamanya. Ia menghampiri Ariana untuk menghiburnya,

"Mama belum tidur?" Tanyanya.

"Mama nggak bisa tidur, Dami. Wajah Kakakmu selalu menempel di sini setiap Mama memejamkan mata." Keluh Ariana.

Ia menunjuk matanya yang sembab. Penyesalan terbesarnya adalah membuat Brian tidak bahagia di akhir hidupnya.

"Dami akan peluk Mama sampai Mama tertidur." Bujuk Adamis.

"Apa Mama bisa?" tanya Ariana tidak yakin.

"Mama pasti bisa. Kak Brian juga sedih kalau melihat Mama begini." sahut Adamis.

Ariana mulai bersandar di dada bidang Adamis. Merasakan kehangatannya dan aroma tubuh yang sama dengan Brian.

'Mama merindukanmu, Brian Putra Bamari.' bisik hatinya seraya memejamkan matanya.

Ariana akhirnya tertidur dalam pelukan anak bungsunya, Adamis.

"Nyonya, Mas Sony memaksa ingin bertemu." Lapor salah seorang pelayan yang menghampirinya.

Sony?

Ariana mengenalnya. Ia adalah asisten pribadi sekaligus sahabat Brian. Kenapa Sony ingin bertemu dengannya? Sony dan Brian berpisah saat Brian memutuskan untuk menikah. Brian melarang Sony mengikutinya.

"Jangan Kamu ikut sengsara gara - gara Aku." Begitu cerita Sony saat Brian memintanya untuk tetap bekerja di Bramantyo Corporation.

"Suruh Dia ke sini." Titah Ariana.

Ia tetap memandangi foto Brian, seakan tidak pernah ada puasnya. Pelayan itu mengangguk. Tidak lama Sony memasuki ruangan.

"Selamat pagi, Nyonya." Salamnya memberi hormat.

"Apa Kamu tidak bekerja?" Tanya Ariana tanpa menoleh.

"Dari sini Saya akan langsung ke kantor, Nyonya."

"Hm." Hanya itu reaksi Ariana.

"Nyonya, Saya hanya ingin mengabarkan sesuatu sebelum Saya berangkat ke kantor."

"Kabar tentang apa?" tanya Ariana tanpa mengalihkan pandangannya dari foto Brian.

"Brian dan istrinya, Nyonya." sahut Sony sedikit ragu.

Ariana menoleh dengan cepat. Ia langsung menangkap sosok Soni yang berdiri agak jauh di sampingnya.

"Mendekatlah dan bicaralah." titah Ariana.

Sony mendekat dengan langkah sedikit ragu.

"Nyonya, Istri Brian, Evara.."

"Aku tau namanya Evara." Potong Ariana tidak sabar.

Evara yang langsung ia tolak saat mendengar namanya.

"Nyonya, Evara hamil anak Brian."

Dug - dug, dug dug..

Sony memejamkan matanya. Jantung Sony berdegup lebih cepat. Ia menantikan reaksi Ariana yang akan meledak karena marah.

"Akhirnya!"

Sony terkejut dan membuka matanya. Tidak ada ledakan amarah. Ariana kembali menatap foto Brian.

"Akhirnya Mama dapat membayar semua kesalahan Mama, Sayang." Katanya dengan air mata yang kembali meluncur deras.

Kali ini air mata penuh kelegaan.

Adamis muncul dengan pakaian lengkap. Ia sudah siap berangkat ke kantor. Sebelumnya Ia berencana ke rumah Evara untuk memberikan kabar duka cita ini.

"Mama kenapa?" tanya Adamis cemas.

Adamis yang melihat mamanya menangis bergegas menghampiri dan memeluknya.

"Dengar, Nak. Kakakmu akan punya anak! Mama dapat membayar semua kesalahan Mama lewat anak itu!" Serunya bahagia.

Adamis tertegun. Brian akan memiliki anak?

"Sony! Kamu tau rumah Evara?" Tanya Ariana.

Sony mengangguk. Brian pernah mengajaknya ke rumah Evara. Sambutan ibu dan adiknya sungguh tidak baik.

"Antar Aku ke sana!" tegas Ariana.

Ariana setengah berlari ke kamarnya. Ia ingin segera ke rumah Evara untuk mengajak menantunya itu pindah ke rumah ini.

"Mama! Apa Mama yakin?" panggil Adamis.

Tidak ada sahutan dari Ariana. Adamis mengejar Ariana ke kamarnya.

Ariana hanya mengambil tasnya. Ia tidak ingin mengganti pakaiannya yang serba hitam dan sudah kumal karena air mata.

"Mama, bahkan Dia belum tau kalau Kak Brian sudah meninggal." Beritahu Adamis.

Ia sendiri tidak mengerti mengapa ia mencemaskan reaksi Evara.

*************

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 7 Pertemuan mertua dan menantu

    Uang duka? "Apa maksud Anda dengan uang duka?"Alis Evara bertaut. Ia terlihat bingung. Pimpinan proyek itu segera menyadari kalau Evara belum menerima kabar ini. "Maaf, Nyonya Brian. Kami dari proyek tempat suami anda bekerja." katanya dengan berat hati. Evara mulai mengerti. "Apa yang terjadi dengan suamiku?" Tanya Evara. Air matanya mulai mengalir turun. Evara sudah dapat menduga tetapi hatinya menolaknya. Pimpinan proyek itu saling berpandangan dengan kedua anak buahnya. "Brian.. Mengalami kecelakaan kemarin siang, Nyonnya"Dunia mulai terasa berputar di mata Evara. Tapi ia masih mencoba bertahan. 'Tidak,' ia mengibaskan kepalanya. "Apa Brian ada di rumah sakit? Rumah Sakit mana?" Tanyanya dengan bibir bergetar. Pimpinan proyek itu terdiam cukup lama. Ia tidak tega melihat air mata Evara. Wajah cantiknya terlihat pucat seperti tak berdarah. "Brian,.. Brian meninggal, Nyonya." Anak buahnya merasa tidak tahan lagi. Ia tidak ingin membuat Evara berharap terlalu lama. "Tid

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 6 Uang duka cita

    "Rencananya pagi ini Aku baru mau ke sana untuk memberitahunya." Kata Adamis lagi. Ariana terlihat bersemangat. Tapi ia juga tau Adamis tidak menyukai Evara. Ia pernah mengatakannya."Aku benci Dia, Mama. Dia yang membuat Kak Brian meninggalkan Kita!"Bagaimana kalau ia mengacau karena mengamuk di sana? "Mama yang akan memberitahunya, Dami. Mama akan pergi bersama Sony." Kata Ariana lembut. "Sebaiknya Kamu ke kantor aja." Katanya lagi. "Apa Mama yakin?"Sebenarnya Adamis memang enggan ke rumah Evara. Ke rumah perempuan yang membuat Kakaknya pergi meninggalkan rumah ini. Ia benci Evara! "Mungkin Sony akan terlambat ke kantor." Kata Ariana mengingatkan. Adamis mengangguk mengerti. Sony adalah orang kepercayaan Brian. Tentu ia sudah mengenal Evara. "Baiklah, Ma. Katakan pada Sony, waktu kerjanya hari ini fleksibel. Tapi hanya hari ini. Aku akan ke kamarku dulu." Katanya. Ia mencium pipi sang Mama sambil berharap dalam hati, 'Semoga Mama juga tidak terpengaruh pada perempuan jaha

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 5 Tamparan untuk Evara

    'Dimana Kamu, Brian?' keluh hati Evara. Tiga tamparan sudah diterimanya hari ini. "Kamu harus melawan, Eva!" Terngiang ucapan Brian di telinga Evara. Plak!!! Evara membalas tamparan Athena dengan sekuat tenaganya. "Kamu yang lancang, Atha! Kamu adikku! Beraninya Kamu menampar orang yang sudah memberimu makan!" Teriaknya setinggi langit. Ia murka juga gelisah. Brian tidak kunjung datang padahal malam semakin merangkak naik. 'Apa Kamu ingin meninggalkanku, Brian? Tolong, jangan siksa Aku seperti ini..' Airmata Evara mulai mengalir turun di pipinya yang memerah karena 3 kali tamparan. "Kalau saja Brian tau kelakuanmu, Atha. Apa Kamu mau menanggung akibatnya?" isak Evara. Air mata terus mengalir di pipinya. Tiga kali tamparan membuat pipinya terasa memar. Tapi bukan itu yang membuatnya menangis. 'Kamu kenapa, Brian? Apa yang telah terjadi padamu? Apa Kamu baik - baik saja, Sayang?' Safira dan Athena mulai cemas. Apa Evara akan melaporkan kekerasan mereka pa

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 4 Berita duka buat Ariana

    "Apa?!" Ponsel Ariana nyaris terjatuh jika Adamis tidak segera menangkapnya. Mereka baru saja menikmati hidangan makan siang yang mereka pesan. Ariana tidak menjawab. Ia bahkan menangis setengah histeris. Adamis melihat ponsel yang masih tersambung dan menempelkannya di telinganya. "Bagaiamana, Bu! Kapan Ibu akan membawa jenazahnya?" tanya orang di seberang sana. Ia merasakan nafas Adamis hingga ia mengira Ariana kembali pada ponselnya. Adamis merasa hatinya melorot ke bawah. "Ap.. Ap - pa maksud Anda? Jenazah?" Tanya Adamis terbata. "Ini siapa? Apa hubungan Anda dengan korban kecelakaan tunggal ini?" 'Korban kecelakaan tunggal?' Adamis melirik ibunya yang masih terus menangis. Bahkan pengunjung resto yang lain mulai ada yang menghampiri mereka untuk menenangkan Ariana. "Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya salah seorang dari mereka dengan nada prihatin. Adamis menelan salivanya. Sekujur tubuhnya terasa dingin. "Korban.. Kecelakaan.. Tunggal? Siapa maksud..

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 3 percakapan terakhir

    'Tapi bagaimana kalau Mama mengetahuinya? Mau diletakkan dimana harga diriku?' keluh hati Brian. Ia melajukan motornya setelah mengantar Evara ke tempat kerjanya. 'Evara sedang mengandung. Ia harus berhenti bekerja dalam waktu dekat.' hatinya merasa galau. Ia jadi banyak melamun di tempat kerja. Ia berusaha menghubungi Adamis tapi ia segera membatalkannya. Adamis menatap ponselnya. Baru saja ia akan menjawab panggilan dari kakaknya saat panggilan langsung terputus. Adamis memutuskan melakukan panggilan balik. "Ada apa, Kak?" Tanyanya. "Ada apa?" Brian justru balik bertanya. "Kakak tadi menelponku." sergah Adamis merasa aneh. "Oh, apa begitu? Mungkin kepencet." Kilah Brian. "Sudah, ya. Aku masih harus lanjut kerja." Putus Brian. Ia langsung memutus hubungan tanpa Adamis dapat mencegahnya. 'Aku harus mempunyai alasan yang kuat untuk mendapatkan uang itu. Aku harus memikirkannya lebih dulu.' batin Brian gelisah. Adamis tidak tau itulah percakapan terak

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 2 Mahar yang membuat petaka

    Brian juga tidak mengatakan kalau ia adalah pewaris utama Bramantyo corporation, sejak sang Ayah, Bramantyo Khairan berpulang hampir lima tahun yang lalu. "Bagaimana, Eva? Aku mencintaimu. Aku ingin menikah denganmu. Apa Kamu masih bersedia menikah dengan orang miskin sepertiku?" ucap Brian seraya menatap Evara penuh puja. Evara menunduk. Ia mencintai Brian apapun keadaannya. Memang naif. Tapi itulah kenyataannya. "Aku juga mencintaimu, Brian. Aku mau menikah denganmu." kata Evara dengan kepala tetap tertunduk. Mereka menikah tanpa pesta. Evara mengajak Brian tinggal di rumahnya Brian tidak dapat membawa Evara ke apartemennya karena Ariana juga mencabut haknya atas apartemen itu. "Kembalilah ke rumah, Brian. Ceraikan Dia." Pinta Ariana melalui telpon. "Maaf, Ma. Mama belum mengenal Evara tapi sudah menolaknya." kata Brian. "Tapi dia hanya gadis tanpa masa depan, Brian. Dia dari kalangan bawah!" seru Ariana marah. "Aku yang akan menjadi masa depannya, Ma. Aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status