"Mau bobo di kamar sambil nenen,". Rengeknya seperti anak kecil yang meminta susu pada ibunya."Tapi gue lagi mas...""Huaaa..... Mau nenen...." Teriak Gempa histeris."Gempa lo teriak teriak mulu deh." Kesal Anaya. Dia berjalan menuju kamar dengan Gempa di pelukannya."Lepas dulu, gue mau cuci tangan,". Ucap Anaya saat mereka sudah sampai di dalam kamar.Gempa pun melepaskan pelukannya, dan segera merebahkan tubuhnya di atas kasur untuk mencari posisi ternyamannya untuk meminum susu langsung dari sumbernya.Setelah selesai mencuci tangannya, Anaya berjalan kearah Gempa yang sudah merebahkan tubuhnya dengan santai di atas kasur sambil tercengir tanpa dosa ke arah Anaya.Anaya merebahkan tubuhnya menghadap Gempa. "Mpeng aja yaa, kan tadi di sekolah udah,". Ucap Anaya. Bukan apa apa tapi ucapan Mawar tadi pagi terus terngiang ngiang di telinganya."Gak mau,". Jawab Gempa mencebikan bibirnya kesal. Tangannya sudah mengelus sebelah dada Anaya. "Mau i
"Anaya,". Panggil seseorang yang baru saja berhenti tepat di sebelahnya.Anaya memicingkan matanya karena orang itu memakai helm full pace jadi Anaya tidak bisa melihat wajahnya. "Gue Gaga,""Ahhhh Syukurlah, lo emang penyelamat hidup gue Ga, yuu anterin gue ke rumah Andin,". Ucap Anaya tanpa rasa malu sedikitpun."Gue berhenti bukan untuk nganterin lo, gue cuma mau nanya aja kenapa lo sendirian di sini,". Jelas Gaga."Gaga lo tega kalo gue sampe di apa apain sama preman di ujung sana,". Anaya menunjuk gang yang gelap dan sepi di ujung jalan. Disana terdapat empat preman yang mesum dan sadis."Gaga lo tega liat gue di perawanin sama mereka? Bahkan Gempa pun gue belum kasih loh,". Ucapnya mendramatiskan diri."Lo tuh yaa gak bisa banget jaga mulut kalo udah sama gue, ayo naik,". Perintah Gaga sambil terkekeh."Makasih Gaga,". Ucap Anaya sangat girang. Dia pun langsung menaiki motor Gaga dengan hati hati."Nanti j
Anaya dan Nada yang sedang fokus mengisi soal pun terkejut dan langsung menatap Vanta dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan."Le-leher lo merah,". Tunjuk Andin pada leher jenjang Anaya.Dengan spontan Anaya langsung menutup lehernya dan mengambil ponsel untuk memastikan jika yang di ucapkan Andin itu benar atau tidak."Ohh shitt!" Umpat Anaya yang melihat dua bercak merah di lehernya."Lo udah main ya, Nay?" Tanya Mawar dengan segala kekepoannya."E-enggak,". Jawab Anaya sebisa mungkin dia bersikap santai agar teman temannya tidak curiga."Udah cepet lanjut, malah ngurusin beginian lagi. Gue udah mau pulang nih,". Kesal Nada.Dengan hati yang tidak karuan, Anaya pun kembali mengerjakan soal soal itu. Sedangkan Andin, Mawar dan Vanta masih setia memperhatikan gerak gerik Anaya yang lumayan mencurigakan.Akhirnya soal soal yang dikerjakan Anaya dan Nada pun selesai juga. Mereka langsung bersiap siap untuk pul
Terhitung sudah lima hari setelah kejadian di sore itu. Kini Anaya dan Gempa sedang duduk santai di depan televisi."Nanay, gue mau ini dong,". Ucap Gempa manja. Tangannya terulur untuk mengelus sebelah dada Anaya."Bisa gak sih sehari aja gak nenen. Gue takut tambah gede Gempa." Kesal Anaya. Pasalnya ukuran dada Anaya dua kali lebih besar dari sebelumnya. Bahkan dia harus membeli bra baru karena bra yang sebelumnya sudah kekecilan dan tidak menutup sempurna bagian payudaranya."Gak bisa. Dada lo itu candu banget tau, Nay. Gue aja suka kepikiran terus kalo belum nenen sama lo,". Jawab Gempa dengan nada tengilnya."Yaa tapi gue malu, Gem. Apalagi tiap gue lewat di depan cowok cowok, gue berasa jadi lonte dadakan tau gak,". Ucap Anaya kesal sendiri.FLASHBACK ONAnaya dan Nada berjalan santai untuk menuju ke kantin. "Hii, Nay. Bola lo makin gede aja,". Ucap segerombolan siswa yang sedang duduk di depan kelasnya. Mybee.Ana
Selama di perjalanan menuju basecamp WARRIOR Gempa terus saja mengumpat dengan kata kata kotor. Seperti anjing, babi, bangsat, bajingan dan yang lainnya.Di dalam apartemen Anaya terus saja memikirkan keadaan suaminya. "Dia kok langsung pergi gitu aja sih, biasanya kalo marah cuma masuk kamar terus tidur kenapa sekarang malah kabur,". Gumam Anaya panik sendiri.Dia terus menghubungi nomer Gempa tapi lelaki itu tidak pernah mengangkat nya. Akhirnya Anaya memutuskan untuk menghubungi Gaga, siapa tau dia sedang ada bersama Gempa. Fikir Anaya.aGaga — GaAnaya — Ga lo lagi di mana?Gaga — Basecamp, kenapa?Anaya — Ada Gempa gak disana?Gaga — Semenjak nikah sama lo dia udah jarang kesini, paling kalo ada rapat rapat gede aja baru datengAnaya — Emmm Ga, nanti kalo Gempa kesana lo kabarin gue yaaGaga — Lo lagi marahan?Anaya — DikitPokonya kalo Gempa kesana lo kabarin gue yaaGaga — OkeSetelah mendapat balasan dari Gaga, Anaya s
Disisi lain Anaya sedang gelisah tidak karuan. Dia terus memikirkan Gempa, takut terjadi apa apa pada suaminya itu. Anaya terus mondar mandir tidak jelas di depan pintu apartemen nya."Gempa lo kok gak pulang pulang sih,". Khawatir Anaya."Di telpon juga gak di angkat angkat,". Lanjutnya.Beberapa menit kemudian pintu apartemen pun terbuka menampakan Gempa dengan wajah datar tanpa ekspresinya."Gempa, akhirnya lo pulang juga,". Ucap Anaya lega. Dia terus membuntuti kemana pun Gempa berjalan."Lo bisa diem gak sih?!" Kesal Gempa yang risih dengan tingkah Anaya."Gempa lo marah sama gue?" Tanya Anaya.Gempa tidak menjawab dia membuka bajunya lalu meraih gitar dan duduk di pinggiran ranjang sembari memainkan gitarnya."Lo gak ngantuk?" Tanya Anaya dan tangannya terus mengelus punggung telanjang Gempa dengan lembut."Gempa jawab," Kesalnya karena Gempa malah sibuk memainkan gitar di tangannya."Diem napa Nay. Kalo lo gak mau gue apa apain Yau
Perlahan Anaya membuka matanya, dia sedikit terusik oleh sinar matahari yang menembus celah celah jendela kamarnya."Gempa,". Teriak Anaya terkejut karena Gempa tidak ada di sebelahnya."Dia kemana?" Heran Anaya. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk mengecek Gempa ada di dalam atau tidak."Gempa? Gempa?" Teriak Anaya di depan pintu kamar mandi."Kok gak nyaut sih,". Herannya. Anaya pun membuka pintu kamar mandi itu perlahan. "Gak ada,". Ucapnya."Gempa lo marah beneran yaa sama gue,". Lirih Anaya. Jujur saja dia sangat merindukan sosok Gempa yang manja dan cerewet seperti biasanya.Dengan langkah gontai Anaya keluar dari kamarnya. "Gempa lo kemana sih?!" Gumam Anaya lirih."Lagi masak,". Jawab Gempa. Bisa bisanya dia mendengar gumaman Anaya yang sangat pelan itu.Mendengar sahutan dari Gempa, Anaya pun segera berlari menghampiri Gempa yang sedang memasak di dapur. "Masak apa?" Tanya Anaya yang langsung memeluk
Anaya melempar sendok yang ia pegang. "Gue gak suka yaa kalo lo ngomong kasar sama gue,". Bentak Anaya."Terserah,". Jawab Gempa lalu beranjak menuju ruang tv dengan nasi goreng di tangannya."Gempa...". Teriak Anaya sangat kesal.Dia ikut beranjak menyusul Gempa menuju ruang tv. "Gempa lo denger gue gak sih?!" Kesal Anaya."Denger,". Jawab Gempa santai."Nyebelin banget si lo jadi suami." Kesal Anaya. Dia melipat tangannya di dada dengan wajah yang kesal."Gak usah kaya gitu, mau gue cip*k lo?" Goda Gempa, dia menyodorkan sesendok nasi goreng pada mulut Anaya. "Aaaaa""Apaan sih,". Ketus Anaya."Aaaaa cepet mumpung gue lagi baik mau nyuapin istri durhakot yang gak mau ngasih jatah sama suaminya,". Ucap Gempa menyindir."Gempa lo yaaa, tengil banget sih jadi orang." Teriak Anaya kesal.Gempa menyimpan piring berisi nasi goreng itu di atas meja lalu menarik tubuh Anaya kedalam pelukannya. "Apa s