Share

MALAM PERTAMA

Gempa dan Anaya sudah berada di dalam kamar. Karena kelelahan mereka pun memutuskan untuk merebahkan tubuhnya sejenak sebelum mereka membersihkan tubuhnya.

"Nay,". Panggil Gempa pada Anaya yang masih setia memejamkan matanya.

"Hmm,". jawab Anaya singkat. Pasalnya dia sangat lelah dan tidak mood untuk berbicara panjang lebar.

"Mandi bareng yu,". Ajak Gempa tanpa rasa malu sedikit pun. Memang Gempa adalah lelaki termesum dan ternyebelin yang pernah Anaya kenal. "Gak." Jawab Anaya singkat, padat, dan jelas.

"Kita kan mau produksi debay kembar yaa itung itung pemanasan dulu lah, ayoo, apa lo mau gue gendong?" Tanya Gempa mengangkat alisnya untuk menggoda Anaya. Dia sudah beranjak dari posisi rebahannya.

"Diem deh Gem. Gue lagi gak mood berantem sama lo, gue cape." Kesal Anaya tanpa membuka matanya untuk menatap kea rah Gempa.

"Ayolah Nay,". Rengek Gempa seperti anak kecil.

"Apaan sih Gem. Kata gue nggak, ya nggak." Kesal Anaya.

"Dasar istri durkahot lo, Nay." Umpat Gempa lalu berjalan menuju kamar mandi dengan wajah yang kesal. Sedangkan Anaya masih asik terpejam diatas tempat tidur.

Beberapa menit kemudian Anaya membuka matanya dan berniat untuk mandi, tapi kenapa Gempa sampai sekarang belum juga keluar dari kamar mandi. Apa dia mati? Syukurlah kalo dia mati, jadi hidup Anaya kembali aman seperti sedia kala.

Anaya berjalan menuju pintu kamar mandi. "Gem, woyyy, masih lama gak?" Teriak Anaya sambil mengetuk pintu kamar mandi. Namun tidak ada jawaban dari Gempa.

"Wahhh meneran mati ni anak,". Gumam Anaya.

"Gem, Gempa, woyyy keluar lo." Teriak Anaya lebih keras, namun masih tidak ada jawaban dari Gempa. "Gempa keluar lo, gue mau mandi." Teriak Anaya lagi, namun tetap saja masih tidak ada jawaban dari Gempa.

Setelah bergulat dengan fikirannya Anaya pun memutuskan untuk masuk kedalam kamar mandi, dan coba lihat si Gempa tengil itu. Dia sedang tertawa mengejek didalam bathtub.

"Katanya gak mau, tapi kok nyamperin,". Goda Gempa sambil tersenyum mengejek kearah Anaya. Sedangakn Anaya membalas ucapan Gempa dengan tatapan sinisnya.

"Sinis banget lo kaya kambingnya si Amir,". Ucap Gempa mengejek Anaya yang menatap sinis kearahnya.

"Diem lo. Mending lo keluar sana gue mau mandi,". Sinis Anaya.

"Gak. Gue lagi asik berendam kaya bidadari bidadari yang ada di tv,". Ucap Gempa sambil meniup niup busa dengan tangannya.

"Ehh, tapi gue kan cowo masa bidadari sih. emm apaan sih, Nay, kalo bidadari yang cowonya?" Tanya Gempa pada Anaya. Memang manusia satu ini kalo gak mesum ya tengil hanya itu yang dia punya tidak ada sifat baik dari Gempa.

"Mana gue tau, udah deh sana keluar gue mau mandi". Jawab Anaya kesal.

"Damai deh Nay, gue gak mau rumah tangga kita berantem terus,". Ucap Gempa tulus. Anaya menatap Gempa mencari kebohongan diwajahnya, tapi sepertinya dia memang serius dengan perkataannya. "Kesambet apa ni anak?" batin Anaya heran sendiri.

"Gimana?" Tanya Gempa memastikan.

"Oke, sekarang lo keluar gue mau mandi,". Jawab Anaya dengan nada bicara yang sudah tidak ketus seperti tadi.

"Mandi bareng ya, Nay, kan udah damai". Ucap Gempa tercengir.

"Gak! Apaan sih lo mesum banget jadi cowok." Sinis Anaya.

"Ayo dong Nay, sekali aja gue janji gak bakal apa apain lo". Rengek Gempa dengan wajah melasnya.

"Enggak, Nay. Ini cuma jebakan Gempa buat luncurin aksinya. Lo jangan mau mandi bareng dia." Fikiran Anaya.

"Tapi kalo gini terus gue kapan mandinya?!" Batin Anaya.

"Ayo dong Gem, lo keluar gue mau mandi,". Pinta Anaya dengan nada malas. Dia sudah sangat cape dengan hari ini.

"Mandi bareng Nay, gue janji gak makan macem macem,". Ucap Gempa serius. Namun tetap saja Anaya tidak boleh langsung percaya dengan ucapan dari mulut Gempa yang tengil itu.

"Ayoo dong Nay, gue janji gak bakal jailin lo,". Gempa terus meyainkan Anaya jika dia tidak akan macam macam. Hanya sebatas mandi bareng.

"Gak usah ngaco deh, Gem. Udah sana lo keluar." Perintah Anaya dengan nada kesalnya.

"Ayolah Nay, cuma mandi gak lebih,". Bujuk Gempa. "Kalo lo mandi bareng, gue gak bakal unboxing lo sekarang deh, janji." Lanjutnya.

Anaya berfikir sejenak. "Oke, kita mandi bareng. Tapi cuma mandi, gak lebih." Tegas Anaya. Gempa tersenyum penuh kemenangan saat melihat Anaya yang mulai berjalan menuju bathtub.

"Nay, lo cantik banget kalo diliat dari deket kaya gini,". Goda Gempa.

"Gak ngaruh Gem, gue anti sama gombalan murahan playboy kaya lo." Ucap Anaya sinis. Dia mengambil busa dengan tangan lalu meniupnya pelan.

"Gue beneran Nay, lo cantik banget". Ucap Gempa serius.

"Gempa tangan lo gak usah nakal yaa." Teriak Anaya risih karena tangan Gempa terus saja mengelus pinggangnya dengan lembut.

"Ngelus doang Nay, masa gak boleh". Jawab Gempa satai.

"Ya gak boleh lah, tadi janji lo apa? Cuma mandi gak lebih." Teriak Anaya kesal dia menepis tangan Gempa yang melingkar di pinggangnya.

"Lebih dikit doang Nay, gak sampe nerobos kok". Jawab Gempa dengan wajah tanpa dosa sedikitpun.

"Serah lo deh, cape gue ngomong sama orang tengil kaya lo." Final Anaya lalu meniup niup busa yang ada di tangannya.

"Lo suka berendam, Nay?" Tanya Gempa pada Anaya.

"Hmm, gue suka banget apalagi kalo lagi cape kaya gini,". Jawab Anaya yang masih meniup niup busa seperti anak kecil.

"Nay,". Panggil Gempa.

"Iya,". Jawab Anaya menoleh kearah Gempa.

Mereka saling bertatapan satu sama lain, cukup lama sampai Anaya menyadari itu dan langsung memalingkan wajahnya kesembarang arah.

"Lo cantik Nay,". Ucap Gempa sambil tersenyum melihat Anaya yang salah tingkah.

Tidak. Ini berbeda dari sebelumnya. Entah kenapa setelah kejadian saling bertatapan tadi hati Gempa seperti merasakan hal yang berbeda pada Anaya.

"Udah tau,". Jawab Anaya acuh.

"Udah malem Nay, udahan yu,". Ajak Gempa yang diangguki Anaya.

Mereka berdua pun beranjak dari bathtub dan membersihkan sisa sisa busa di tubuhnya.

Beberapa menit kemudian mereka sudah berada di kamarnya dengan pakaian lengkap.

Mereka sedang duduk menyender pada senderan tempat tidur. "Nay, gue harap lo gak hukum gue lagi kaya biasanya,". Ucap Gempa sambil menyender pada pundak Anaya.

"Gue gak bakal hukum lo kalo bukan lo duluan yang buat ulah,". Jawab Anaya santai.

"Gue ngantuk Nay,". Adu Gempa pada Anaya.

"Yaa tidurlah, gitu aja harus laporan." bawab Anaya acuh.

"Mau bobo sambil meluk lo,". Ucap Gempa menggoda Anaya.

Anaya langsung menatap Gempa dengan sinis. "Gak usah aneh aneh deh Gem," kesal Anaya.

"Naaaayyy, gue ngantuk tapi mau bobo sambil meluk lo,". Rengek Gempa seperti anak kecil.

"Gempa lo mending banyak banyak istigfar deh, heran gue. Daro tadi fikiran lo mesum terus." Kesal Anaya.

Anaya sangat heran dengan kelakuan Gempa yang sangat berbanding terbalik dengan sifatnya disekolah, ternyata si ketua gang onar yang ditakuti satu sekolahan itu memiliki sifat yang sangat manja seperti bocah lima tahun.

"Nay..,". Rengek Gempa lagi.

Karena bosan mendengar rengekan Gempa yang mengganggu indra pendengarannya Anaya pun merentangkan tangannya membiarkan Gempa untuk memeluk tubuhnya.

"Aaaaa… enak banget Nay,". Teriak Gempa sangat girang.

"Atasan dikit napa, Gem. Enak banget lo tiduran disana,". Kesal Anaya karena Gempa tertidur diatas dada Anaya.

"Gak. Enak disini Nay, empuk". Balas Gempa terkekeh.

"Good night my wife,". Ucap Gempa sebelum matanya benar benar terpejam.

Beberapa menit kemudian Anaya pun tertidur menyusul sang suami menuju alam mimpi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status