Share

Celine Mulai Goyah

Penulis: Wisha Berliani
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-17 23:45:03
BRAK.

Pintu kamar terbuka keras, hampir membentur dinding.

Aldean menerobos masuk lebih dulu, wajahnya tegang dan napasnya berat. Sementara itu, Evan berdiri di ambang pintu, ragu untuk ikut masuk.

Tempat tidur tampak rapi, dan Celine tak terlihat di sana.

Jantung Aldean seketika terasa seperti copot. Tatapannya langsung tertuju ke pintu kamar mandi.

“Cel…?” panggilnya, suaranya merendah namun penuh tekanan.

Tok. Tok.

Ia mengetuk pintu dengan punggung jarinya, cepat dan gelisah.

“Celine,” panggilnya lagi, kali ini lebih keras. “Kamu nggak apa-apa?”

Tidak ada jawaban. Hening yang mengikuti terasa memekakkan.

Aldean mengetuk pintu lagi. Kali ini terdengar lebih keras, lebih panik.

“Celine!” seru Aldean, kehilangan kendali. “Cel, jawab aku!”

Keheningan itu membuat udara dalam kamar ikut membeku. Rahang Aldean mengencang, tangannya sudah menggenggam gagang pintu, siap menerobos—siap menghancurkan batasan jika itu satu-satunya cara memastikan Celine selamat.

“Cel…”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Detik-detik Terakhir...

    Ting.Sesampainya di depan lift, pintu terbuka dengan bunyi pelan.Kayra melangkah masuk lebih dulu. “Ayo cepetan, Cel.”Celine terpaku sepersekian detik sebelum akhirnya ikut masuk. Begitu pintu lift menutup, ruang sempit itu terasa semakin menekan.Celine buru-buru mengeluarkan ponselnya. Jarinya gemetar saat mengetik.Celine: [Om. Kayra ada di sini. Dia maksa naik. Om di kamar aja ya. Jangan keluar.]Bip.Pesan terkirim, tapi tak ada balasan.Lift mulai bergerak naik, membuat detik-detik terasa begitu panjang. Celine kembali melirik layar ponselnya. Masih sunyi. Tidak ada pesan masuk dari Aldean. Jantungnya semakin berdebar.‘Apa Om Dean masih mandi? Atau udah di dapur dan ponselnya ditinggal? Astaga… kalau iya, Kayra bakal lihat dia nanti.’Kayra menoleh. “Kamu kenapa dari tadi pegang HP terus?”“Enggak,” Celine cepat menyimpan ponselnya. “Cuma… bales chat.”Kayra menatapnya beberapa detik. “Cel… kamu yakin kamu nggak nyembunyiin apa-apa dari aku?”Pertanyaan itu membuat dada Cel

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Celine Ketahuan?

    BRAK.Pintu mobil Kayra tertutup keras.Wajahnya tegang sejak keluar dari rumah. Sejak semalam, panggilan ke ponsel ayahnya tak satu pun terjawab, meski ia sudah mencoba menghubunginya berkali-kali. Hingga pagi ini, kesabarannya benar-benar habis.Tanpa ragu, Kayra melangkah cepat menuju lobi apartemen elit itu. Namun, baru kakinya menjejak anak tangga, seorang petugas keamanan langsung menghentikannya.“Maaf, Nona. Tidak bisa masuk tanpa konfirmasi penghuni,” ujar pria itu tegas.Kayra berhenti tepat di depan petugas itu. Rahangnya mengeras.“Aku mau cari Papaku. Aldean Devantara. Dia di sini,” ucapnya dingin, tanpa basa-basi.Petugas itu tetap tenang. “Maaf, Nona. Kami tetap tidak bisa mengizinkan—”“Dari semalam aku telpon Papaku, tapi nggak ada jawaban,” potong Kayra, suaranya meninggi. “Ponselnya bahkan nggak aktif. Kalau sampai terjadi apa-apa sama Papaku, siapa yang tanggung jawab?”Beberapa penghuni yang melintas mulai melirik. Ketegangan di depan lobi naik seketika.“Kami tet

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Apakah Kehangatan dan Ketenangan Ini Akan Bertahan?

    Pagi menyelinap perlahan ke dalam kamar lewat celah tirai.Celine terbangun lebih dulu. Tubuhnya masih terkurung hangat dalam dekapan Aldean. Lengan pria itu melingkar di pinggangnya dari belakang, sementara satu tangannya terlipat di bawah kepala Celine, menjadi bantal yang kokoh dan menenangkan. Napas Aldean terasa teratur di tengkuknya.Celine tersenyum kecil. Ia menarik napas pelan, menikmati detik-detik itu. Keheningan pagi yang tenang. Kehangatan yang diberikan Aldean. Rasa aman yang jarang ia rasakan, tapi kini terasa begitu nyata.Perlahan, Celine berbalik menghadap Aldean agar tak membangunkannya. Wajah pria itu begitu dekat. Garis rahangnya tegas, alisnya sedikit berkerut, dan ekspresi tenang yang jarang orang lihat.Celine mengangkat tangan. Mengusap kening Aldean, turun ke hidung, lalu ke dagunya. Sentuhannya ringan, tapi penuh rasa.Aldean mengeliat kecil. Matanya terbuka perlahan, masih setengah mengantuk. Begitu fokusnya menangkap wajah Celine, kerut di dahinya menghila

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Kemarahan Kayra

    “Om Dean, aku... aku... udah mau. Ah—aku kayaknya... aku udah gila, Om.” gumam Celine, matanya yang sayu menatap penuh hasrat pada Aldean. Aldean juga, dia tak berkedip sedikitpun menatap wajah Celine yang menggoda, terlihat begitu cantik dan memikat. Melihatnya, Aldean tak mampu lagi menahan gejolak dalam dirinya yang semakin memuncak. Kenikmatan itu pun berkumpul pada satu titik di tubuhnya. “Oh, Bebi... aku nggak tahan lagi...” ungkap Aldean. Napasnya terengah-engah. Tanpa menunggu lama, dia semakin mempercepat tempo tekanannya hingga tak terkendali, rahang tegasnya mengeras, kepalanya mendongak ke atas. “Arghh, Celine...!” erang Aldean, suaranya berat dan sensual, sangat seksi dan menggoda. Hingga sepuluh menit berikutnya, Aldean tak tahan lagi dan akhirnya menyemburkan bibit unggulnya di dalam sana, membuat tubuh Celine bergetar hebat, merasakan hangat dan penuh di dalam dirinya saat gelombang kenikmatan itu menghantamnya tanpa ampun. Bruk! Tubuh Aldean yang kekar se

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Malam Panas

    Aldean mengatupkan rahang saat mendengar desahan merdu yang terus keluar dari mulut Celine. Goyangan amatir yang dilakukan Celine membuat Aldean mengeram tertahan, terhanyut oleh sensasi luar biasa yang ia rasakan. Meski masih amatir, gerakan Celine berhasil membuat Aldean kehilangan kewarasannya. Tatapannya yang penuh hasrat itu menelusuri perut ramping Celine, lalu naik ke da da sintalnya yang menggoda. Matanya berhenti sejenak di ujung merah jambu yang mengeras, kemudian menyusuri leher hingga wajah Celine yang tampak sangat menggoda dan seksi. “Engh... Om Dean... aahh ini... ini rasanya gila banget, Om,” rancau Celine tak terkendali, menikmati setiap penyatuan itu. “Ough... ahhh... kamu nikmat dan bikin aku candu, Bebi...” balas Aldean di sela desahnya. Satu tangan Aldean yang berada di pinggang Celine perlahan bergerak ke perut Celine yang rata dan mengelusnya, lalu beralih ke atas, menangkup bantalan kenyal dan besar itu. “Da da mu makin besar, Cel. Oh—kamu seksi bang

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Kamu Yang Di Atas

    Aldean menunduk sedikit, hidungnya menyentuh pelipis Celine.“Nanti Kayra nungguin Om,” ujar Celine lirih. “Kalau Om nggak pulang, nanti dia bakal—”“Aku yang jelasin,” potong Aldean lembut, namun tegas. Tangannya mengusap punggung Celine perlahan. Menenangkan, tapi juga tak memberi ruang untuk dibantah. “Aku bilang malam ini ada urusan mendadak.”“Kalau dia curiga?”“Aku yang urus.”Celine mendongak, menatap Aldean ragu. “Om yakin?”“Aku yakin.” Tatapan Aldean mantap. “Aku mau di sini. Sama kamu. Bukan karena aku bisa, tapi karena aku yang milih.”Kalimat itu menghantam dada Celine pelan tapi dalam. Ia memejamkan mata sesaat, membiarkan hangat itu meresap bersamaan dengan rasa perih yang tak bisa sepenuhnya ia singkirkan.“Om keras kepala,” gumamnya kecil.Sudut bibir Aldean terangkat tipis. “Cuma kalau soal kamu.”Celine menghela napas, lalu mengangguk pasrah. “Ya udah. Tapi besok Om pulang.”“Iya,” jawab Aldean tanpa ragu.Ia merapatkan pelukannya. Tangannya naik ke tengkuk Celine,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status