Share

Pengakuan Aldean

last update Last Updated: 2025-12-10 23:54:42
Malam sudah larut. Rumah sunyi. Hanya suara AC dan detak jam yang terdengar samar.

Kayra sudah tertidur pulas di kamarnya. Sementara Celine, berdiri di balkon kamar Aldean.

Angin malam menyapu ujung rambutnya. Jemarinya mencengkeram railing pagar, wajah menunduk. Bayangan makan malam tadi terus berputar di kepalanya, kalimat Kayra yang pendek, tapi mematahkan sesuatu yang rapuh di dadanya.

Ia menggigit bibir, berusaha menahan sesak yang terus menghantam dadanya sejak tadi.

Aldean keluar dari kamar mandi, rambut masih basah. Hanya mengenakan celana training dan handuk kecil tersampir di lehernya. Pandangannya langsung jatuh pada Celine di balkon.

Ia mendekat. Langkahnya tenang, mantap, dan hangat.

Tanpa berkata apa pun, lengannya melingkari pinggang Celine dari belakang. Erat. Nyaman. Seperti tempat paling aman di dunia. Tubuh besar itu merapat lembut, dagunya bertumpu ringan di pundak Celine.

Celine tersentak kecil.

“Masih kepikiran ucapan Kayra tadi, hm?” suara Aldean
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Kamu Yang Di Atas

    Aldean menunduk sedikit, hidungnya menyentuh pelipis Celine.“Nanti Kayra nungguin Om,” ujar Celine lirih. “Kalau Om nggak pulang, nanti dia bakal—”“Aku yang jelasin,” potong Aldean lembut, namun tegas. Tangannya mengusap punggung Celine perlahan. Menenangkan, tapi juga tak memberi ruang untuk dibantah. “Aku bilang malam ini ada urusan mendadak.”“Kalau dia curiga?”“Aku yang urus.”Celine mendongak, menatap Aldean ragu. “Om yakin?”“Aku yakin.” Tatapan Aldean mantap. “Aku mau di sini. Sama kamu. Bukan karena aku bisa, tapi karena aku yang milih.”Kalimat itu menghantam dada Celine pelan tapi dalam. Ia memejamkan mata sesaat, membiarkan hangat itu meresap bersamaan dengan rasa perih yang tak bisa sepenuhnya ia singkirkan.“Om keras kepala,” gumamnya kecil.Sudut bibir Aldean terangkat tipis. “Cuma kalau soal kamu.”Celine menghela napas, lalu mengangguk pasrah. “Ya udah. Tapi besok Om pulang.”“Iya,” jawab Aldean tanpa ragu.Ia merapatkan pelukannya. Tangannya naik ke tengkuk Celine,

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Aku Mau Di Sini Sama Kamu

    Aldean mendekatkan tubuhnya rapat ke Celine, dagunya menyentuh bahu sang kekasih. Napasnya mengusap lembut tengkuk putih dan mulus itu sebelum sebuah kecupan halus mendarat di sana. Bukan terburu-buru, bukan pula menuntut, hanya penuh rasa memiliki.Celine pun refleks mendesah lirih, menutup matanya sejenak. Jantungnya berdegup tak beraturan, namun tangannya tetap sibuk mengaduk masakan di atas kompor.“Harumnya,” ucap Aldean rendah, nyaris berbisik. “Masakannya… atau orangnya ya?”“Om Dean…” Celine tersenyum malu. “Jangan ganggu. Nanti gosong.”Aldean terkekeh pelan. Lengannya mengencang sedikit di pinggang Celine, seolah enggan melepaskan.“Aku cuma kangen,” katanya jujur. “Dari tadi pengin peluk.”Kalimat sederhana itu membuat dada Celine terasa hangat dan nyeri bersamaan.“Kangen padahal baru ketemu,” balas Celine pelan.“Justru karena itu,” sahut Aldean lembut. “Aku pengin pastiin kamu ada. Baik-baik aja.”Celine menelan ludah. Senyumnya masih ada, tapi matanya mulai terasa panas

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Keputusan Celine

    Celine tersentak. Langkahnya terhenti mendadak.Ia menoleh. Aldean berdiri tak jauh darinya. Jasnya masih rapi, rambutnya sedikit berantakan diterpa angin malam.“Om?” Celine terkejut. “Kok Om ada di sini? Bukannya tadi Om pulang?”“Nggak jadi.” Aldean mendekat beberapa langkah. Tatapannya langsung mengunci wajah Celine.“Aku kepikiran kamu.”Jantung Celine berdegup tak karuan.“Jadi... tadi habis lihat Kayra pergi, Om langsung ke sini,” ucapnya pelan.Aldean hanya mengangguk singkat.Ia berhenti tepat di depan Celine. Dari jarak sedekat itu, raut murung di wajah Celine tak luput dari perhatiannya. Mata Celine yang berkaca-kaca dan senyum yang dipaksakan.“Ada apa?” tanyanya rendah. Tidak mendesak, hanya peduli.Celine menggeleng cepat. “Nggak apa-apa, Om.”Aldean tahu itu bohong. Tapi ia memilih tidak memaksa.“Oke. Kalau gitu, kita masuk, ya,” ucapnya lembut.Ia mengulurkan tangan.Celine menyambutnya dan mengangguk kecil.Genggaman Aldean hangat dan tenang. Sedikit demi sedikit, se

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Saat Kebenaran Datang, Celine Mungkin Akan Kehilangan Sahabatnya

    “Kay—!”Celine refleks meraih ponselnya lagi. Tubuhnya condong ke depan, tangannya lebih cepat. Dalam satu tarikan panik, ponsel itu berhasil kembali ke genggamannya.Tanpa buang waktu, Celine langsung menyelipkan ponsel itu ke dalam tas, menutup resletingnya rapat seolah nyawa rahasianya ada di sana.“Cel!” Kayra mendengus kesal. “Ih, pelit amat sih? Cuma lihat doang juga.”Celine tertawa kecil, berusaha santai meski jantungnya masih lompat-lompat. “Bukan pelit. Cuma… nggak enak aja.”“Nggak enak kenapa?” Kayra memicingkan mata, curiga setengah bercanda. “Chat apaan sih sampai segitu dijagain?”“Beneran, Kay. Grup kantor,” jawab Celine cepat. “Aku malu aja kalau kamu baca.”“Malu?” Kayra mendelik. “Lah, kenapa malu?”Celine terdiam sepersekian detik. Otaknya bekerja keras.“Karena…” ia menggaruk pipinya. “Mereka lagi gosipin aku.”“Hah?” Kayra langsung antusias. “Gosip apaan? Serius! Aku pengin tahu.”Celine menghela napas pura-pura pasrah. “Digosipin sama cowok kantor.”“Ohhh—” Kayr

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Pengintaian Hari Pertama...

    Surya baru saja tiba di rumah. Suara pintu utama terbuka membuat dua wanita di ruang keluarga menoleh hampir bersamaan.Maya dan Shasa tengah duduk santai di sofa, masing-masing dengan cangkir teh di tangan.“Gimana, Pa?” tanya Maya cepat, matanya berbinar penuh harap. “Tuan Aldean nerima tawaran makan malam itu?”Surya meletakkan jasnya di sandaran sofa, lalu duduk di seberang Maya dan Shasa.“Sudah,” jawabnya datar. “Semuanya beres.”Shasa langsung mencondongkan tubuh, senyumnya lebar. “Bagus! Akhirnya dia luluh juga.”Maya menaruh cangkir tehnya pelan di meja, bibirnya terangkat licik.“Berarti tinggal jalankan rencana kita nanti. Harus tepat sasaran, nggak boleh meleset sedikit pun.”Shasa terkekeh kecil. “Tenang, Ma. Aku udah siap kok. Kali ini Tuan Aldean nggak bakal bisa kabur dari permainan kita.”Surya mengernyit. “Permainan apa, sih? Dari kemarin Papa tanya, kalian nggak pernah mau cerita.”Maya beranjak, mendekat ke arah Surya. Ia menunduk, lalu berbisik pelan di telinganya

  • Ah! Sentuh Aku Lagi, Om   Akulah Perempuan Itu

    Celine dan Aldean refleks melepas pelukan. Keduanya menoleh bersamaan ke arah pintu.Di ambang sana, Evan berdiri terpaku.Ketegangan yang sempat menggantung di antara Celine dan Aldean langsung luruh begitu mereka menyadari siapa yang datang. Bukan Kayra, bukan siapa pun yang berbahaya, hanya Evan.Evan sendiri tampak kikuk. Tatapannya segera turun, tubuhnya sedikit menunduk.“Maaf, Tuan,” ucapnya cepat. “Saya tidak tahu Tuan sedang—”“Tidak apa,” potong Aldean singkat. Suaranya kembali dingin. “Ada apa?”Evan menarik napas. “Ada hal penting yang perlu saya sampaikan.”Aldean mengangguk pelan, lalu menoleh ke Celine. “Cel... aku harus bahas pekerjaan dengan Evan.”Celine langsung mengerti. Ia gegas berdiri. “Kalau begitu aku balik kerja dulu, Om.”Aldean ikut bangkit dari sofa. Saat Celine hendak melangkah pergi, tangannya menahan Celine sesaat. Ia meraih pundak Celine dan mencium keningnya singkat, enang, protektif, dan penuh makna.“Jaga diri,” ucapnya rendah.Begitu pintu tertutup

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status