Share

6. Pernikahan Arfaaz

Author: Anik Safitri
last update Last Updated: 2022-10-14 11:41:06

Menjelang acara pernikahanya, hanya rasa kebimbangan yang seolah terus bersemayam di hati Arfaaz. 

Bagaimana sang istri dan Naina nanti? Apakah mereka bisa hidup rukun? 

Namun waktu tetap berjalan sebagaimana mestinya. 

Pagi ini deru mobil Arfaaz mulai terdengar dipanasi. Ada hiasan bunga di atasnya.  Arfaaz tampak bersiap siap pergi ke gedung tempat pernikahanya dilangsungkan. 

"Rind, kamu tidak siap-siap?" tanya Arfaaz ketika melihat Arindi masih santai dengan laptopnya. 

"Kemana?" tanyanya santai. 

"Rind, tolong jangan buat aku marah,"

"Siapa yang membuatmu marah?  Ini acaramu sementara aku tidak melarang dan tetap mencoba kuat.  Jadi, ini kesalahanku begitu?"

Ah, Arfaaz selalu kehilangan kata-kata di depan Arindi.  Sosok yang tidak pernah meninggikan suara dihadapanya kini benar benar menjadi sosok berbeda.

"Kamu tidak datangkah, Rind?" tanya Arfaaz dengan nada lembut. 

Arindi sejenak menghela nafas pelan. 

"Untuk apa? Untuk dipameri kemesraan kalian di atas pelaminan?"

"Lalu kenapa kamu seolah enggan hadir Rind? Ini acara penting dalam hidupku.”

"Penting bagimu.  Bukan berarti penting bagiku." jawab Rindi dengan nada dingin. 

"Ah. Mengapa kamu memberi restu jika akhirnya kamu bersikap seperti ini?" keluh Arfaaz mengusap kasar wajahnya. 

"Memberi? Kamu itu memaksa, Mas. Bukan meminta," jawab Arindi tidak mau kalah. 

Arfaaz mengalah. Meninggalkan Arindi yang masih terpekur diatas ranjang mewahnya. Meninggalkan wanita yang di hari ini mengalami patah hati yang luar biasa. 

Sebelum langkah kaki itu mulai meninggalkan istana mewahnya, ada rasa berat menggelayuti. 

Mama. 

Ya dimana Mamanya kini? Mengapa tidak ada kabar menjelang pernikahanya? Mungkinkah sang mama trauma dengan wanita yang dipilih anaknya?

Denting jam yang terus memburu, seolah memaksa Arfaaz untuk segera menaiki mobil itu. 

Di sebuah gedung mewah,  sudah tampak karangan bunga  ucapan selamat berjejer begitu indahnya.

Ada seorang wanita yang berdiri di depan pintu,  yang membuat mata Arfaaz terbelalak dengan senyum yang merekah.

Sang mama telah berdiri menyambutnya dengan anggun dan senyum manisnya. Arfaaz setengah berlari kecil untuk bisa memeluk Mamanya setelah bertahun-tahun tidak bertemu. 

"Ma'af Mama langsung kesini. Mama enggan bertemu dengan istrimu yang di rumah. Selamat ya sayang, " ucap Tami kepada putranya.

"Mama setuju? Mama senang kan?"

Tami mengangguk penuh perasaan mengharu biru. 

"Kini mama tidak akan malu saat ditanya siapa menantu Mama. Mana mungkin mama menjawab bermenantukan Arindi. Sementara semua orang tau bahwa ia adalah korban pemerkosaan. Ah memalukan.  Namun kali ini, mama acungkan jempol untuk pilihan kamu,"

Naina menepati janji. Ia sudah menunggu dengan gaun pilihan Arindi tempo hari. Meski hatinya tidak ikhlas dan tidak puas. Beruntung, semua tertolong dengan wajah cantik dan tubuh proposional Naina. 

Berkali-kali ia mematut diri di cermin. Berkali-kali pula ia mendesah kecewa. Ia memang cantik, namun ia tak suka dengan gaun yang ia kenakan. Bagaimana tanggapan orang nanti? Diperistri konglomerat, namun gaun yang ia pakai sangat jauh dari kata mewah. 

Sementara itu,  Arindi dan sang perancang busana. Alestio Prambada tampak mempersiapkan diri. Sembari sesekali laki-laki yang sedikit kemayu itu membenarkan gaun yang dipakai Arindi.

"Hari ini kamu harus menjadi bintang Rind."

"Apa tidak berlebihan Les?" sapa akrab Arindi kepada perancang busana kondang itu. 

"No no no. Kamu tidak mau semakin di injak-injak oleh wanita itu kan? Terlebih oleh mama mertuamu? Mereka boleh melangsungkan pernikahan. Mereka boleh tertawa bahagia. Tetapi mereka tidak bisa segampang itu meremehkan kamu. Ingat baik-baik itu Rind."

Dengan langkah tegap dan pasti, seorang Arindi melangkah mantap. Balutan gaun rancangan Alestio nyatanya pas di badan Arindi yang kini bagaikan bintang itu. Dres panjang berwarna merah maron dengan aksen payet yang mewah itu membalut tubuh Arindi dengan sempurna. Sanggul kecil di belakang,  menambah anggunya seorang arsitek itu.

Alestio mengekor dari belakang. Ia pun turut di undang di acara bersejerah konglomerat ini.

"Selamat," ucap Arindi dengan tegar diatas pelaminan sang suami.

Tangan Arfaaz lama menjabat tangan Arindi. Hingga Naina menyenggol lenganya.

"Nan, perkenalkn ini Arindi," kata Arfaaz memperkenalkan istri pertamanya. 

Mata Naina terbelalak. Arindi yang ia kira adalah seorang wanita kucel dan lemah namun kali ini ia membawa aura yang berbeda. Ditambah dengan hadirnya seorang Alestio yang sesekali membenarkan gaun Arindi membuat Naina hampir tak percaya. Istri pertama suaminya mempercayakan gaun kepada perancang busana yang menjadi idolanya itu. Sementara dirinya hanya di rias oleh MUA biasa saja. 

Tangan Naina terulur hendak menyalami kakak madunya. Namun sayang,  Arindi melewatinya begitu saja. 

"Mama juga datang?" seru Arindi yang melihat kehadiran sang ibu mertua. 

Masih sama. Dengan tatapan sinis, Tami menolehkan kepala ke arah menantunya.

"Mentalmu kuat juga mau datang? Kamu tidak malu? Apa tidak merasa kalah dengan wanita yang akan menjadi madumu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   62. END

    Naina hanya melengos mendengar alasan Arindi. Saat para pelayat satu persatu saat sudah pulang. Datanglah seorang tamu berpakaian rapi.Semula mereka mengira bahwa laki laki itu adalah teman atau klien Arfaaz. Ternyata laki laki itu memperkenalkan diri sebagai pengacara."Saya pengacara dari Pak Arfaaz, ingin menyampaikan amanah. Bahwa beliau mempunyai tabungan yang ia amanahkan kepada istrinya jika meninggal."Naina kaget. Namun dalam hati tentu ia bernafas lega. Ia kira ia akan hidup miskin setelah ditinggal mati Arfaaz dan perusahaannya terancam bangkrut. Namun rupanya suami pelitnya itu menyiapkan tabungan untuk mereka. Pengacara tersebut menyerahkan masing masing satu buku tabungan. Saat Arindi menerima buku tabungan itu, ekor mata Naina sempat meliriknya. Jumlahnya Wow cukup fantastis.Dan saat tiba gilirannya. Jumlahnya sangat berbeda jauh dengan yang di terima Arindi."Loh Pak. Kok jumlahnya tidak sama?""Iya Bu. Dikarenakan pernikahan Mbak Arindi dan Mas Arfaaz sudah berjala

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   61. JATUH TERTIMPA TANGGA PULA

    Naina masih gemetar "Mbak Arindi," teriaknya. Suaranya bahkan hampir tercekat."Mbak," panggilnya sekali lagi sedikit keras.Arindi mendekat."Ada apa?""Mas Arfaaz kecelakaan. Dan dia meninggal.""Hah, serius kamu?""Aku Baru saja dapat telefon dari kepolisian. Dan sekarang dibawa ke RS BAYANGKARA," Jawab Naina..Arindi sebenarnya ingin menangis, meraung, menjerit saat itu. Tapi itu bukan solusi di saat genting. Ia segera menyambar kunci mobil."Aku ikut Mbak," tanya Naina dengan panik. Ia masuk ke kamar dulu."Tidak usah pakai acara dandan segala. Ini darurat," bentak ArindiSaat itu Naina tak memilih berdebat. Kecuali menuruti."Ra, kamu pulang dulu ya. Aku Mau ke rumah sakit. Suamiku kecelakaan,""Oh iya Nan. Tidak apa apa."Sepeninggal Naina, Clara hanya menggeleng. Membayangkan apesnya menjadi Naina saat itu.Saat sampai di rumah sakit, Arindi segera berlari di lorong rumah sakit. Tak perduli banyak pasang mata yang menatapnya."Sus, pasien kecelakaan atas nama Arfaaz dirawat d

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   60. BERITA MENGEJUTKAN

    Clara mengusap wajahnya dengan kasar. Berarti memang apa yang dikatakan Naina saat itu adalah benar."Ya Tuhan, Man. Kamu kok tega sekali sih?" protes Clara."Tega? Maksut kamu? Aku tidak menyakitinya.""Kamu itu sebagai laki laki peka sedikit kenapa sih. Kamu tau jika Naina itu suka dengan kamu. Masih tidak mengerti. Selama ini kamu berusaha mendekatinya. Lalu untuk apa kalau Ki tidak suka?" tanya Clara lagi."Ya Jan sikapku ke Naina ya sama seperti ke kamu Ra. Kita teman. Aku tidak pernah memberinya harapan lebih.""Tapi kalau dia berharap lebih bagaimana?""Ya dia yang salah.""Loh kok dia yang salah?" tanya Clara."Dia sudah bersuami. Kalaupun menjalin hubungan denganku, tujuannya untuk apa? Suatu hubungan itu harus ada tujuan yang jelas ke depannya seperti apa. Kalau aku dan Naina menikah itu adalah hal yang mustahil." jawab HermanAlis Clara bertaut."Kenapa mustahil? Kalian tidak ada ikatan darah. Kalian juga satu agama. Toh Naina juga hanya menjadi istri kedua. Bisa lah menik

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   59.MEMANG KENYATAAN

    Sesampai rumah juga Naina tak mengatakan apapun. Meskipun ia begitu kesal dengan Herman. Namun justru seperti Arfaaz yang terkena dampaknya."Nan, aku balik ke kantor ya," ucap Arfaaz.Naina hanya cemberut.'Mau balik ke kantor, mau balik ke alam kubur. Aku tidak perduli,' gumam Naina dalam hati.Namun saat Arfaaz hendak masuk ke dalam mobilnya, tiba-tiba ada sebuah taksi yang berhenti di depan rumah. Dan Arfaaz yakin dibalik taksi itu ada Arindi.Benar saja. Arindi turun bersama Keenandra. Dan laki laki itu mengurungkan niatnya untuk balik ke kantor."Rind," sapa Arfaaz."Iya.""Ada yang perlu aku bicarakan Rind.""Iya aku ingat Mas. Ada apa?"Langkah Arindi menuju teras. Dan Arfaaz mengekor di belakang."Kamu sedekat apa sih dengan Herman sekarang?" tanya Arfaaz.Arindi tertawa kecil."Dekat? Aku tidak dekat sedikit pun dengan dia. Ya kali sudah besuami dekat dengan laki laki lain," jawab Arindi dengan santai."Tapi lihatlah, bagaimana orang tuamu sekarang tidak menyukaiku Rind. It

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   58. SIAP.MENDUKUNG

    Arfaaz tidak dapat berkata apa apa dengan penolakan Arindi tersebut. Ya memang karena nyatanya ada Naina yang sudah menunggunya di luar. Ia kenal Arindi menang berwatak tegas dan keras."Aku pesankan taksi untuk kamu ya nanti," tawar Arfaaz lagi.Arindi menggeleng pelan."Tidak usah Mas. Aku bisa pesan sendiri." jawab Arindi "Ya sudah. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku ya." pesan Arfaaz lagi.Arindi hanya mengangguk."Ada hal penting juga yang ingin aku sampaikan Rind. Tapi nanti saja menunggu di rumah," pesannya lagi.Arfaaz hanya menurut. Ia memilih segera berlalu dari situ. Bukan karena apa. Toh kehadirannya juga sudah tidak diharapkan oleh orang tua Arindi. Jadi untuk apa?Naina sudah ada di mobil. Hatinya kesal bukan main. Bukan karena direndahkan karena menjadi istri kedua oleh orang lain. Tetapi karena Herman menganggapnya mereka hanya teman biasa.Lalu apa artinya kedekatan mereka selama ini?"Lama sekali sih Mas." gerutu Naina."Sabar Nan. Aku juga harus pamit kepada ora

  • Aibku Ditukar Dengan Madu   57. BERBEDA

    "Bu," pekik Arindi sebagai bentuk rasa protesnya."Biarlah Arindi. Biar semua tau dan menilai. Bagaimana suamimu ini," jawab Bu Asih."Kasihan sekali sih Arindi. Padahal kamu cantik, pintar, hebat, sukses lagi, kenapa mau saja dimadu?" jawab Mama Herman."Tante, Bu, saya kesini tidak berharap mendapatkan komentar apapun. Mau bagaimanapun, mau seperti apapun kehidupan saya, tetapi tidak dapat menutup kenyataan bahwa memang Naina adalah istri saya." jawab Arfaaz dengan berani.Naina yang sudah kesal karena Herman. Kini harus mendapatkan kesal lebih dobel lagi. Ia memegang tangan Arfaaz. Menandakan ia tidak suka di sini. Herman pun hanya diam seribu bahasa.Naina tiba tiba keluar begitu saja."Nan," pekik Arfaaz. Naina juga tidak menggubris lagi. Namun Arfaaz juga tidak mengejarnya sama sekali. Ia tentu tidak enak hati dengan keluarga mertuanya.Naina kesal dan menunggu di ruang tunggu yang agak jauh dengan kamar perawatan sang mertua.. "Heran dengan Mas Arfaaz. Orang kok hobinya mencar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status