Aibku Ditukar Dengan Madu

Aibku Ditukar Dengan Madu

last updateLast Updated : 2024-01-31
By:  Anik SafitriCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
62Chapters
18.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Selain kata cinta, ada aib yang ingin ditutupi dalam pernikahan Arindi dan Arfaaz. Bertahun-tahun lamanya, rumah tangga yang dikata tanpa cela itu akhirnya menggores luka. Arfaaz mendatangkan Naina sebagai madu demi alasan sang Mama yang sedari awal tidak menyetujuinya menikah dengan Arindi

View More

Chapter 1

1. Arindi Yang Berubah

"Rin, kamu marah?" tanya lelaki itu.

Pertanyaan bodoh. Hati wanita mana yang tidak sakit saat mendengar suaminya menyebut nama wanita lain? Kenapa masih saja dipertanyakan.

"Bukankah kita sudah membahas ini sebelumnya, Rin?" tanya Arfaaz dengan lirih.

Arindi menatap ke atas ke arah langit-langit rumah. Agar pertahananya tidak runtuh. Agar linangan air matanya tidak jadi jatuh.

Arindi mengangguk lemah. Kendati tubuhnya belum berbalik menatap sang suami.

"Lalu mengapa sifatmu menjadi seperti ini? Arindi yang biasanya hangat lalu mengapa kini membeku sedingin ini?" tanya Arfaaz. Seakan tanpa dosa dan tanpa merasa bersalah. Seolah ia tersakiti karena sikap Arindi, tetapi nyatanya ia lah seorang pembuat luka itu sendiri.

"Aku perlu waktu untuk kuat. Tidak semudah itu. Tetapi tenanglah. Arindi tetap seperti yang kamu kenal sedari dulu hingga sekarang. Ia adalah wanita kuat yang akan selalu membuatmu bangga," kata Arindi.

Nada kalimat yang keluar dari mulut Arindi seolah terasa bergetar. Tentu tidak mudah mengucapkan kalimat itu untuk keluar dari bibir. Perlu rangkaian kekuatan untuk menguarkan dan mengucapkanya.

Ia memilih pergi meninggalkan Arfaaz di ruang makan begitu saja. Arfaz memeluknya dari belakang, membuat langkahnya terhenti dengan melingkarkan tangan di pinggang sang istri. Menenggelamkan kepalanya kepada pundak Arindi yang menahan kesedihan agar tidak terlihat. Oleh siapapun.

Dalam hati kecil Arindi, ia meratap. Apakah perlakuan manis sang suami akan terus ia dapati walau kelak akan hadir seorang wanita sebagai madu, yang katanya manis.

Benarkah memang manis? Atau justru akan sepahit empedu?

"Bantu aku berbakti kepada mamaku, Rind," pinta lirih Arfaaz. Dan Arindi merasakan cairan hangat mendarat di pundaknya. Ya, Arfaaz menitikan air mata.

Kata orang, air mata laki-laki adalah air mata ketulusan. Benarkah itu?

"Apa bentuk bakti anak kepada seorang ibu adalah dengan menikahi wanita lain, Mas? Aku dan mama mu sama-sama perempuan. Harusnya hal itu tidak perlu diperjelas oleh siapapun bukan?"

Arfaaz menghela nafas pelan.

"Lalu apa yang bisa aku persembahkan untuk wanita yang telah melahirkan dan membesarkanku itu Rind? Harta? Mamaku bahkan sudah tak perlu limpahan materi lagi dari ku. Dia tidak akan terlena akan segepok uang yang aku beri. Harta mama bahkan lebih dari aku,"

Arindi melepaskan pelukan Arfaaz dengan pelan. Ia mengumpulkan kekuatan untuk membalikan badan menatap sang suami.

"Apa masih kurang yang aku lakukan ini?" tanya Arindi lirih menatap netra sang sumi yang basah.

Arindi selalu gagal. Saat keinginan menatap tajam lawan bicaranya. Terlebih sang suami. Seorang imam yang pantas ia hargai. Dia tidak seberani itu. Meninggikan apapun di hadapan sang suami.

Arfaaz tersenyum. Keinginan yang tidak mudah digapai. Harus ada perang batin, perdebatan dan tentu saja air mata dengan Arindi sebelum ini. Sebelum Arindi mengalah mengizinkan Arfaaz menikahi Naina. Karena alasan 'Mama'.

'Bantulah suamimu berbakti kepada ibunya. Kelak kamu juga akan merasakan anakmu yang tetap berbakti padamu walau sudah berkeluarga'.

Kalimat dari Arfaaz itulah yang selalu berdengung di telinga Arindi. Ia percaya betul akan hukum tabur tuai dan hukum sebab akibat di dunia ini. Namun benarkah dengan poligami adalah bentuk berbakti kepada sang ibu?

"Dia wanita yang ramah dan murah senyum Rind. Aku rasa dia juga seorang yang asyik. Ajaklah untuk bertemu," kata Arfaaz di akhir senyumnya. Membuat Arindi yang semula menunduk menjadi mendongakan kepala kembali menatap suaminya.

Dia mundur beberapa langkah. Meyakinkan akan pertanyaan Arfaaz.

"Aku? Mengajaknya bertemu? Tidak salah mas? Dia yang akan masuk ke dalam kehidupan rumah tanggaku. Dia yang akan menjadi tamu. Seperti orang bertamu di rumah orang lain, harusnya dia yang mengatakan permisi. Bahkan meminta izin. Dan satu lagi, asyik untumu. Belum tentu asyik untukku, Mas." jawab Arindi dengan tegas.

Arfaaz lupa. Berbicara dengan wanita secerdas Arindi tidaklah mudah. Tidak seperti kebanyakan wanita yang menilai sesuatu dari hati. Tetapi Arindi selalu melihat segala sesuatu dari sisi yang berbeda. Itulah yang membuat Arfaaz menggilainya. Selain cerdas, dia mengajarkan Arfaaz melihat dunia dari sisi yang lain. Hingga Arfaaz banyak belajar dari wanita ini.

***

[Akhir pekan di bulan ini, kuharap Mama bisa terbang ke Indonesia. Arfaaz tunggu]

Sepenggal pesan yang dikirim Arfaaz untuk sang ibu yang tengah berada di negeri Paman Sam.

Seperti biasa. Lama. Mamanya bukan wanita yang gemar berlama lama di depan layar handphone. Meskipun sang mama juga terbiasa dengan hingar bingar kehidupan sosialita.

[Ada apa? Untuk bertemu Arindi lagi? Mama rasa, Mama masih perlu waktu]

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Lucy Ang
wah suaminya pengen dibalang. baca ahhh
2022-10-22 12:39:51
1
user avatar
Pinnacullata
cerita tentang madu selalu saja sukses bikin hati teriris sembilu
2022-10-21 15:23:58
1
62 Chapters
1. Arindi Yang Berubah
"Rin, kamu marah?" tanya lelaki itu.Pertanyaan bodoh. Hati wanita mana yang tidak sakit saat mendengar suaminya menyebut nama wanita lain? Kenapa masih saja dipertanyakan."Bukankah kita sudah membahas ini sebelumnya, Rin?" tanya Arfaaz dengan lirih.Arindi menatap ke atas ke arah langit-langit rumah. Agar pertahananya tidak runtuh. Agar linangan air matanya tidak jadi jatuh.Arindi mengangguk lemah. Kendati tubuhnya belum berbalik menatap sang suami."Lalu mengapa sifatmu menjadi seperti ini? Arindi yang biasanya hangat lalu mengapa kini membeku sedingin ini?" tanya Arfaaz. Seakan tanpa dosa dan tanpa merasa bersalah. Seolah ia tersakiti karena sikap Arindi, tetapi nyatanya ia lah seorang pembuat luka itu sendiri. "Aku perlu waktu untuk kuat. Tidak semudah itu. Tetapi tenanglah. Arindi tetap seperti yang kamu kenal sedari dulu hingga sekarang. Ia adalah wanita kuat yang akan selalu membuatmu bangga," kata Arindi. Nada kalimat yang keluar dari mulut Arindi seolah terasa bergetar. Te
last updateLast Updated : 2022-09-30
Read more
2. Dibenci Mertua
Sebenarnya Arindi selalu menyambut dengan hangat Nyonya Tami. Menganggapnya seperti ibu kandungnya sendiri. Tetapi sifat sang mertua masih sama seperti dulu. Sama seperti saat menentang pernikahan Arfaaz dan Arindi. Meskipun usia Keenandra sudah berada di angka lima tahun, namun nyatanya Nyonya Tami tetap pada prinsipnya. Tetap tidak tergugah dengan hadirnya bocah lucu itu. [No, Mam. Ini bukan tentang Arindi. Arfaaz jamin, Mama akan bahagia dengan kejutan yang akan Arfaaz beri]Pesan terkirim. Arfaaz menyandarkan punggungnya di kursi ruang kerja sembari menatap rintikan hujan di luar sana. Di mejanya sudah tersaji wedang jahe hangat buatan Arindi. Dia tipikal wanita yang begitu memperdulikan suaminya, terlepas bagaimana kondisi hatinya saat itu. Arindi tetap menunaikan kewajibanya. Di sisi lain, Arfaaz yakin sang mama akan senang bertemu Naina. Menantu idaman seperti yang mamanya harapkan. Berbakat jika ada di lingkungan sosialita, cantik, dan modis. Itulah yang diinginkan mama A
last updateLast Updated : 2022-09-30
Read more
3. Gaun Pilihan Arindi
Deru mobil Arfaaz di penghujung senja entah mengapa bukan menjadi hal yang membuat candu lagi di telinga Arindi. Jika dulu suara itu yang selalu ia nantikan di temaram sore, lalu menyambut suaminya dengan hangat, kini semua terasa berbeda. Tetapi tidak dengan Keenandra, seperti biasa ia selalu menyambut hangat sang papa."Duh, anak Papa.” Arfaaz langsung menggendong sang putra."Mama mana?" tanyanya. "Di kamar."Hati Arfaaz mendadak tidak enak. Sepertinya Arindi memang tengah tidak baik-baik saja. "Keenan mainan dulu, ya. Papa mau ganti baju dulu," ucapnya sembari menurunkan sang putra.Beruntungnya Keenan bukan anak yang manja. Ia selalu menurut apa kata orangtuanya. Arfaaz menaiki tangga menuju kamar utama. Kamar yang menjadi istananya dan Arindi. Ia sengaja menempelkan telinga di pintu. Apakah saat ini Arindi tengah menangis bergelimangan air mata? Namun yang ia dengar justru musik hip hop yang diputar begitu kencang.‘Apakah ini cara Arindi mengobati lukanya?’"Rind," sapa
last updateLast Updated : 2022-09-30
Read more
4. Adalah Naina
"Maukah kamu menjadi istriku?" tanya seorang pria yang bersimpuh di hadapanya dengan sebuah cincin berkilau emas di kotak bentuk love itu.Naina tersenyum kecil. Ini bukan kali pertama ia diperlakukakan begitu spesial oleh seorang laki-laki. Dari perjaka sampai suami orang sekalipun pernah memperlakukan dia begitu istimewa seperti ini.Tidak heran. Walaupun hanya staff biasa, Naina mempunyai wajah yang cantik campuran Indo-Turki. Berkulit putih bersih. Tentu tidak lepas dari perawatan mahal yang ia lakukan. Tubuhnya juga proposional. Kalau kata orang seperti gitar spanyol. Namun entah mengapa, seorang laki-laki yang bersimpuh di hadapanya kini terlihat berbeda. Ia masih muda, tampan dan tentu saja mapan. Seantero penjuru mungkin mengenal pria ini. Kekayaanya masuk dalam jajaran orang terkaya di negeri ini.Naina pun tau siapa dan latar belakang pria ini. Arfaaz Khairul Hartanto. Salah satu crazy rich di negara ini. "Tetapi istrimu?" tanya Naina masih dengan santai.Ya, Naina tahu
last updateLast Updated : 2022-09-30
Read more
5. Naina Murka
Tangan Arindi tampak membolak-balik gaun yang menjuntai hingga lantai dengan pernak pernik payet yang terlihat gemerlap. Mewah dan glamour. Arfaaz pun memuji pilihan Arindi. Seleranya sama. Mengagumi gaun itu dalam hati. "Dia dari kalangan apa?" tanya Arindi tiba tiba. "Maksudmu?""Hem latar belakangmya bagaimana? Mungkin dia seorang priyayi, seorang konglomerat sepertimu atau wanita berkelas yang memiliki jabatan tinggi di tempat kerja. Atau mungkin lebih dari itu?" tanya Arindi lagi. Arfaaz menunduk sesaat. "Dia dari kalangan biasa saja Rind. Perkerjaan terakhirnya juga hanya staff biasa.""Oh, biasa saja," kata Arindi dengan netra yang sedikit pun tidak menoleh ke arah Arfaaz."Mencari yang kedua seharusnya lebih dari yang pertama, Mas. Agar dia tidak insecure," bisik lirih Arindi di telinga sang suami lalu melangkahkan kaki lagi. "Tapi dia can…" jawab Arfaaz tetapi ia tidak melanjutkan kalimatnya itu. Arindi menoleh dengan tawa kecilnya."Karena dia cantik begitu Mas? Ya m
last updateLast Updated : 2022-09-30
Read more
6. Pernikahan Arfaaz
Menjelang acara pernikahanya, hanya rasa kebimbangan yang seolah terus bersemayam di hati Arfaaz. Bagaimana sang istri dan Naina nanti? Apakah mereka bisa hidup rukun? Namun waktu tetap berjalan sebagaimana mestinya. Pagi ini deru mobil Arfaaz mulai terdengar dipanasi. Ada hiasan bunga di atasnya. Arfaaz tampak bersiap siap pergi ke gedung tempat pernikahanya dilangsungkan. "Rind, kamu tidak siap-siap?" tanya Arfaaz ketika melihat Arindi masih santai dengan laptopnya. "Kemana?" tanyanya santai. "Rind, tolong jangan buat aku marah,""Siapa yang membuatmu marah? Ini acaramu sementara aku tidak melarang dan tetap mencoba kuat. Jadi, ini kesalahanku begitu?"Ah, Arfaaz selalu kehilangan kata-kata di depan Arindi. Sosok yang tidak pernah meninggikan suara dihadapanya kini benar benar menjadi sosok berbeda."Kamu tidak datangkah, Rind?" tanya Arfaaz dengan nada lembut. Arindi sejenak menghela nafas pelan. "Untuk apa? Untuk dipameri kemesraan kalian di atas pelaminan?""Lalu kena
last updateLast Updated : 2022-10-14
Read more
7. Selamat Datang Naina
"Mama bohong," teriak Keenandra di suatu pagi.Tubuh kecil anak itu berlari-lari menjauhi pintu utama. Arindi yang tengah memasak di dapur, terkesiap kaget dengan teriakan sang putra. Bergegas ia menghampiri. Walau masih dengan celemek melekat di tubuh."Mama bilang Papa pulang akan membawakan Arfaaz oleh-oleh tetapi nyatanya Papa membawa Tante itu sebagai oleh-oleh," ucap Arfaaz dengan cemberut. Arindi menatap arah tangan telunjuk Keenan. Naina sudah berdiri di depan pintu dengan satu koper di tanganya. Netranya nyalang menatap sekitar. Terlebih dengan rumah yang akan ia tempati. Sementara dari belakang, terdengar suara Arfaaz yang tengah menutup pintu mobil. "Nan, kenapa hanya berdiri disitu? Ayo masuk," ajak Arfaaz.Mereka sama-sama masih diam mematung. Terlebih saat menatap Arindi yang seolah menyambut di ruang tamu. "Eh Arindi," sapa Arfaaz dengan senyumnya. Seolah tidak terjadi sesuatu hal yang menyakitkan di antara mereka. Arindi melengos. Arfaaz lalu mendekatinya. "Kena
last updateLast Updated : 2022-10-14
Read more
8. Sakit Hatinya Seorang Ayah
Tami terkesiap mendengar apa yang dikatakan Arindi. Bukan hanya Tami, namun juga Naina. Namun wanita itu cukup bisa menjaga sikap. Cukup tenang. Karena seperti apapun serangan yang dilakukan Arindi, toh ia dibela mati-matian oleh ibu mertua. "Ku rasa tidak perlu. Bahkan tidak pantas kamu mengatakan itu Rind. Bukan waktu dan tempat yang pas," ucap Arfaaz dengan dingin. Arindi memalingkan wajah dengan kesal. Namun sejenak ia tersenyum kecil."Terkadang aku pun perlu pengakuan dari orang lain, Mas. Aku juga jengah harga diriku di injak-injak. Diremehkan," jawab Arindi dengan berapi-api. Tiba-tiba Tami tertawa sumbang. "Halah ngomongin harga diri segala. Memangnya dirimu yang kotor itu ada harganya?" tanya Tami dengan pedas. Arindi mencoba untuk tetap berdiri dengan tegarnya. Namun apalah dirinya juga manusia yang tentu merasa sakit. Matanya mulai berembun. "Ma," tegur Arfaaz. Kalimat Tami memang dinilai menyakitkan. "Kenapa? Tidak ada yang salah. Aku bisa mengembalikan uang yang
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more
9. Masa Lalu Yang Kembali
Arindi gusar masuk ke dalam rumah. Ia merasa dirinya sudah tidak aman lagi. Apa jadinya andaikan Arfaaz tau? Herman sang Abdi Negara kembali menemuinya dengan Pangkat Kapolsa bintang dua. Ah andai berpangkat Jendral maupun berpangkat Kapolri sekalipun sejujurnya tidak akan membutnya silau. Hanya ia sangat menyayangkan mengapa ia kembali disaat yang tidak tepat. Disaat ia sudah bersuami. Disaat cintanya sudah terkubur rapat. Apa maksutnya? Dia boleh berdinas di kota ini lagi. Namun untuk menemui Arindi, rasanya tidak etis sekali. "Siapa sih? Berisik banget. Pakai membunyikan suara sirine segala." gerutu Naina yang menuruni anak tangga dengan masih menggunakan baju tidur sembari sesekali masih menguap. Sementara jam dinding sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Arindi memiih bungkam dan meneruskan kembali aktifitasnya. "Mbak, sekalian bersihkan kamarku ya. Kotor banget," ucap Naina dengan entengnya."Bagaimana? Apa aku tidak salah mendengar?""Kamu tidak tuli kan Mbak?""Kamu jug
last updateLast Updated : 2022-10-21
Read more
10. Pesta Pernikahan Nessa
"Aku titip ini, Mas. Tolong berikan untuk Nessa,"ujar Arindi sembari menyerahkan satu bungkus kado kecil. Wajah Arindi tidak bisa berbohong. Ia kecewa dengan keputusan Arfaaz yang hanya mengajak Naina untuk datang. "Kamu harus mengerti. Begitulah yang namanya berbagi," jawab Arfaaz. Naina tertawa sumbang. "Pantas saja tidak diajak oleh Mas Arfaaz. Mau memberi hadiah ke pengantin kok sekecil itu? Mau mempermalukan diri sendiri Mbak?" sindir Naina.Arindi tetap tegar menghadapi. "Aku berbicara dengan Mas Arfaaz bukan denganmu. Lagipula aku sudah biasa diajak Mas Arfaaz ke pesta orang kaya seperti ini. Ke pesta pernikahan anak Presiden pun aku pernah. Jadi kalau hanya segini mah kecil. Ndeso sekali kamu," balas Arindi yang membuat Naina bertambah cemberut. Arfaaz tampak merapikan lengan kemeja yang dipakainya."Sudah, jangan terus menerus kamu tampakan muka masammu, Nan. Aku sudah bilang bahwa keluarga Tante Riana bukan orang sembarangan. Dia punya perusahaan tambang terbesar seant
last updateLast Updated : 2022-10-21
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status