Share

bab 4

Tiga hari kemudian, sejak kejadian itu Tari sama sekali tidak beranjak dari kamarnya, ia s’lalu berdiam diri di kamar. Bahkan setiap kali teman kerjanya ingin berkunjung ke kediamannya ia s’lalu menolak, alasannya bahwa dirinya sedang tidak enak badan.

Kali ini, untuk pertama kalinya ia berdandan sangat cantik dengan taburan makeup yang flawles dan di padukan dengan dres yang berwarna soft blue. Dapat menambah kesan cantik dan ke anggunan pada dirinya.

“wah...! hari ini anak Ibu cantik sekali, mau ke mana?” tanya Bu Asti.

“Aku mau ketemu sama Pak Andre, Bu. mau mengurusi tentang perceraianku bersama Mas Aji” ujar Tari.

Terlihat raut wajah yang murung dari Bu Asti, ia sangat menyayangkan semua hal ini. Bu Asti tidak menyangka kalu Aji tega berkhianat di belakang anaknya, padahal Tari sudah memberikan apa yang ia mau, seperti uang yang nilainya cukup besar.

Aji pernah meminta uang untuk modal usaha, ia akan membangun sebuah restoran didaerah Jakarta, sekarang ini usahanya cukup berkembang pesat dan selalu ramai pengunjung, akan tetapi di balik kesuksesan itu semua, dia malah lupa dengan Tari dan dia lebih memilih berselingkuh dengan Yasmin.

“Emangnya kamu sudah yakin dengan keputusan kamu, Sayang?” tanya Bu Asti.

“Iya Bu, Aku sudah yakin dan Aku juga sudah memikirkan ini dengan sangat matang." jawab Tari.

“Ya sudah, kalu begitu mari kita sarapan,” ujar Bu Asti, “ oh ia Ibu lupa, kamu harus berjanji ya sama Ibu? Kamu tidak boleh sedih lagi, apalagi harus berdiam diri di dalam kamar terus.” sambungnya lagi..

Tari tersenyum karena melihat ekspresi Ibunya yang nampak mengerucutkan bibirnya.

"Iya, Bu. Aku janji tidak akan bersedih lagi.” ujar Tari.

Kemudian mereka menikmati sarapan dengan khidmat.

Selesai sarapan, Tari akan menemui Pak Andre selaku pengacara, Tari ingin secepatnya menyelesaikan semua masalah ini.

“Bu, Pak, Aku pamit ya?” ujar Tari.

“Hati-hati ya Nak, jangan melamun bawa kendaraannya!” titah Pak Irwan.

“Siap Bos!” seru Tari sambil memberi hormat kepada Bapaknya.

Tari pun pergi dengan menggunakan sepeda motor maticnya, sebenarnya dia juga mempunyai mobil pribadi namun, Tari tidak mau terkena macet. Jadi dia lebih memilih mengendarai sepeda motornya dibandingkan dengan mobil pribadinya itu.

“Astaga...! Aku lupa belum isi bensin, lagi!” kesal Tari, “mudah-mudahan saja di depan ada yang menjual bensin.” sambungnya lagi.

Mau tidak mau Tari harus mendorong motornya sampe depan komplek perumahannya.

Setelah beberapa menit kemudian, Tari menemukan warung yang menjual bensin secara ecer, dan ia langsung datang menghampiri warung tersebut.

“Alhamdulillah, gak papa deh! Isi bensin pertalite juga, yang penting ini motor bisa hidup lagi." gumamnya.

“Bu...! bensinnya dua liter ya!” ujar Tari.

“Oke Neng, tunggu sebentar!” ujar si Ibu tukang bensin.

Sambil menunggu si Ibu menuangkan bensin, tiba-tiba Tari mendengar segerombolan ibu-ibu yang tengah asik ngerumpi.

Tari sedikit tersentak, ketika salah satu ibu-ibu yang berada di sana menyebutkan nama pria yang tidak asing lagi bagi dirinya, siapa lagi kalu bukan Aji.

“Eh...! para ibu-ibu di sini sudah pada tahu belum? gosip yang lagi panas di kampung kita ini?” ujar Ibu-ibu yang memakai daster yang bergambar tanaman janda bolong.

“Belum, emangnya ada gosip apaan sih?” tanya Ibu-ibu yang memakai baju warna kuning.

“Itu loh, si Aji yang kemarin pas Nikah di samperin sama wanita hamil, itu loh.”

“Oh...! iya Aku tahu, kenapa emang?”

“Tiga Hari lagi, dia akan mengadakan pesta pernikahannya dengan Yasmin."

Deg!

Ada perasaan yang tidak enak ketika mendengar perkataan dari sekelompok ibu-ibu tersebut, belum sembuh luka yang ada di hatinya setelah kejadian di acara pernikahannya, kini hati Tari kembali berdenyut nyeri ketika mendengar bahwa Aji akan menggelar pesta pernikahannya dengan Yasmin.

“Akhirnya kamu mau juga untuk bertanggung jawab Mas," ujar Tari dengan hati yang mencelos.

Tari tidak menyangka perjalanan cinta yang menurutnya baik-baik saja akan menjadi hancur berantakan seperti ini.

Tidak mudah bagi wanita cantik itu untuk melupakan semua kenangan manis bersama dengan Aji, bagaimana tidak, Aji dan Tari menjalin hubungan cukup lama, yakni sekitar empat tahun.

Akan menjadi sangat sulit baginya untuk bisa pulih dari rasa sakit itu, dan butuh perjuangan untuk bisa melupakan semua tentang dirinya.

“Bismillah...! semoga Aku bisa melewati jalan hidup yang penuh dengan duri ini." ujar Tari yang menyemangati dirinya sendiri.

“sudah Neng!” ujar Ibu tukang bensin.

“Astagfirullah! Saya kaget Bu." ujar Tari yang berjingkrak kaget.

“Makanya, Neng. Jangan suka melamun, nanti jodohnya bisa diambil orang!” ujar Ibu itu dan berlalu pergi meninggalkan Tari.

Tari hanya menggelengkan kepalanya setelah mendengar ucapan Ibu tadi, pasalnya memang benar ia batal nikah meskipun ijab kabul sudah di ucapkan, akan tetapi, ia batal nikah bukan jodohnya yang di rebut, melainkan itu adalah tindakan yang di lakukan secara di sengaja oleh pihak tersebut.

“Sudah ah...! ngapain sih harus di pikirin lagi, kayak enggak ada kerjaan yang lain saja." tandas Tari.

Wanita cantik yang memiliki rambut panjang itu pun kembali melanjutkan perjalanannya.

Setelah tiba di sebuah restoran, terlihat seorang pria bertubuh tambun sedang duduk di meja nomor lima.

Rupanya dia datang terlebih dahulu di bandingkan dengan Tari yang datang agak terlambat, gara-gara menguping obrolan Ibu-ibu yang sedang membicarakan Aji, jadi ia sedikit melupakan pertemuannya dengan Pengacara keluarganya.

“Maaf Pak, saya terlambat. Tadi ada urusan yang mendadak." kilah Tari.

“Tidak apa-apa Mbak, saya juga baru datang kok.” ujar Pak Andre.

“Sebelum kita melanjutkan ke pembicaraan yang lebih serius, bagaimana kalau kita memesan minuman dulu Pak? “ ujar Tari menawarkan.

“Boleh Mbak, boleh. Kebetulan saya di rumah belum sarapan. “ ujar Pak Andre.

Kemudian Tari memanggil waiters, untuk memesan makanan dan minuman.

Di lain tempat, Aji sedang mempersiapkan acara pernikahannya dengan Yasmin, sebelumnya pria itu tidak mau untuk bertanggung jawab dan menikahi Yasmin.

Karena dia bersikukuh akan mempertahankan rumah tangganya dengan Tari, meskipun Tari sudah memperingatinya untuk segera menalaknya.

Aji terpaksa harus menikah dengan Yasmin, karena wanita yang tengah berbadan dua itu mengancam Aji akan di laporkan ke polisi untuk masuk penjara, jika ia tidak mau bertanggung jawab atas ulahnya itu.

“Bu...! Tolong Aji, Bu. Aji enggak mau menikahi Yasmin.” ujar Aji yang merengek kepada ibunya.

“Ini semua ulah kamu! Ya kamu harus bertanggung jawab, masa kamu mau enaknya saja!” tukas Bu Ati.

Pria berkulit sawo matang itu menggaruk kepalanya, ia memikirkan bagaimana cara agar pernikahannya bersama dengan Yasmin itu batal.

Akan tetapi, sampai saat ini ia tidak kunjung menemukan alasan yang tepat untuk membatalkan semua ini.

“Aku harus melakukan sesuatu, supaya pernikahan ini batal!” ujar Aji.

Kemudian tanpa sepengetahuan Aji ada seseorang yang mendengar ucapannya dan langsung datang untuk menghampiri.

“Apa kamu bilang...!” ujar seseorang itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status