Aji yang mendengar itu langsung menggelengkan kepalanya, dia tidak mau menalak wanitanya itu.
“Tidak...! Aku tidak akan pernah mau menalak kamu Tari!” pekikAji pun menghampiri Yasmin yang masih tergugu, kemudian dia menyuruh Yasmin beserta ibunya agar pergi meninggalkan pesta pernikahannya.“Pergi...! dan bawa juga ibumu dari sini, kedatangan kalian di sini hanya menghancurkan acaraku saja." usir Aji.Yasmin menatap Aji dengan berurai air mata, ada penyesalan yang tumbuh pada dirinya, setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut pria yang sudah menodainya.Rayuan manis Aji s’lalu terngiang-ngiang, bahwa ia akan segera menikahinya jika Yasmin mau memberikan bagian yang paling berharga di hidupnya.Tari semakin muak ketika melihat perlakuan kasar Aji terhadap Yasmin, kemudian ia menghampiri wanita yang tengah hamil muda itu.“Cukup Aku yang kamu sakiti Mas! Lihat dia? Dia ini sedang mengandung anakmu!” ujar Tari, “sekarang, kalian pergilah dari sini! Aku mau istirahat." sambungnya.Kini Tari menatap wajah kedua orang tuanya, wajah teduh dan sendu itu seketika tersenyum memberi tanda bahwa dirinya baik-baik saja, dan menyerahkan semua keputusan yang akan Tari ambil untuk masa depannya.Setelah itu, wanita cantik berkebaya itu melangkahkan kakinya untuk pergi ke dalam, agar hati dan pikirannya bisa lebih tenangAkan tetapi, langkah wanita cantik itu seketika terhenti ia merasakan ada sebuah tangan yang menarik lengannya, kemudian Tari berbalik dan melihat Aji yang tengah bersimpuh dikakinya. Sambi berurai air mata agar Tari mau memaafkan semua kesalahannya dan menarik kata-katanya yang ingin bercerai itu.“Lepaskan! Dan cepat kamu pergi dari sini Mas." geram Tari.“Aku tidak akan pergi dari sini, sebelum kamu mau memaafkan ku Tar,” seru Aji.“Aku sudah memaafkanmu, Aku sudah ikhlas.” ujar Tari.Ada senyum yang terpancar di bibir hitam Aji, ternyata ia salah mengartikan ucapan Tari yang mengatakan kalau Tari sudah ikhlas menerima semua ini. Pikir Aji, wanitanya itu akan mencabut kata-katanya akan tetapi, Tari justru malah menelepon seseorang untuk mempercepat menangani soal perceraiannya bersama dengan Aji.“Halo, Pak Andre maaf saya sudah mengganggu waktunya, saya mau bilang sama Bapak,” ujar Tari sambil melirik sekilas ke arah Aji, “ tolong Pak Andre urus secepatnya surat perceraian saya bersama dengan Mas Aji." sambungnya lagi.Daarrr!Wajah yang tadinya menampilkan senyum yang sangat manis, kini berubah menjadi datar.Ada kilatan amarah yang membuncah pada diri Aji yang mendengar percakapan antara Tari dan Pak Andre.Aji kira wanita yang kini telah menjadi istrinya itu akan membatalkan semuanya, tetapi malah sebaliknya, ia malah mempercepat proses sidang melalui Pak Andre yang terkenal sebagai pengacara di keluarganya. “Apa-apaan kamu Tari!” teriak Aji dengan suara menggelagar.“Maaf Mas, Aku sudah menganggap jika hubungan kita ini sudah berakhir,” ujar Tari, “dan Aku sedang menuntut keadilan untuk Yasmin, wanita yang telah kamu tiduri itu.” ungkap Tari.Wanita yang kini sedang menangis sambil memeluk ibunya itu terpaku, mendengar semua ucapan yang di katakan oleh Tari. Dia tidak menyangka bahwa wanita yang telah dikhianati itu ternyata mempunyai hati yang sangat lembut dan pemaaf.Yasmin pun melepaskan dari pelukan ibunya dan kini tengah bersimpuh di kaki Tari.“Maafkan Aku Mbak, gara-gara kebodohanku pernikahan Mbak kini menjadi hancur berantakan.” ujar Yasmin.Sebenarnya, Tari itu sangat muak dengan Yasmin namun, ia tidak menampakkan itu semua.Pernikahan yang selama ini ia dambakan dan s’lalu ia impi-impikan, kini menjadi hancur berantakan oleh ulah pria yang hanya mengedepankan nafsunya saja, tanpa memikirkan perasaan orang lain.Sesak, benar-benar sesak hati Tari saat ini, padahal dia sudah merencanakan bulan madu ke Seoul Korea bersama dengan pria yang akan berstatus sebagai suaminya itu, akan tetapi rencana itu tinggalah rencana. Yang hancur bersamaan dengan datangnya seorang perempuan yang menangis sambil membawa sebuah alat tes pack. “Bangun! Saya hanya kasihan dengan anak yang ada di dalam kandunganmu saja." ujar Tari.Yasmin pun melepaskan pegangannya di kakiTari, ia mendongak ke wajah Tari yang kini ternyata menangis mengeluarkan air matanya.Sadar akan arah pandangan Yasmin yang melihat ke arah wajahnya, dengan cepat Tari mengusap air matanya yang keluar dari benteng pertahanannya itu.Kemudian ia berlari menuju kamar dan menguncinya, di situlah Tari mengeluarkan isi hatinya yang telah hancur berkeping-keping itu, kemudian ia menangis meraung sejadi-jadinya.Tidak pernah dia bayangkan kalau semuanya akan menjadi seperti ini, Tari berjalan mengitari kamar yang sudah didekor dengan sedemikian rupa.Sungguh indah, kamar yang akan di tempati oleh sepasang suami istri yang baru saja melangsungkan ijab kabulnya.Terlihat ada sebuah taburan bunga mawar yang berbentuk hati di atas kasur tersebut dan ada sebuah selimut yang di ukir menjadi sepasang angsa yang sedang berbahagia namun, kebahagiaan itu hanyalah sebuah bayangan semu yang melintas di pikiran Tari saja.“Apa salahku ya Rab, sehingga engkau tega menghukumku dengan cara seperti ini!” teriak Tari yang cukup kencang, sehingga kedua orang tua Tari yang akan mengetuk pintu itu merasa khawatir dengan keadaan putri keduanya itu.“Astagfirullah, Tari pak.” ujar Bu Asti yang mendengar teriakan Tari.“Coba kita ketuk pintunya Bu, siapa tau Tari mau membuka pintunya,” seru Pak Irwan.Kemudian, Bu Asti mengetuk pintunya dengan perasaan yang begitu khawatir, takut terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan.Tok! Tok! TokSuara ketukan pintu terdengar namun, Tari tidak memedulikan itu. Ia terus menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya itu sambil berurai air mata.Pak Irwan dan Bu Asti semakin khawatir, jika sampai saat ini Tari tidak membukakan pintunya dan tidak ada sahutan apa pun dari dalam kamar, yang mereka dengar hanyalah isakkan demi isakkan pilu yang berada di dalam sana.“Bagaimana ini Pak,? Ibu takut kalau...”“Sudah, Ibu jangan mikir yang macam-macam” potong Pak Irwan, “ Bapak yakin, kalu anak kita itu tidak mempunyai pikiran yang mencelakai dirinya sendiri." ujar Pak Irwan yang berusaha meyakinkan Bu Asti.“Iya Pak, Ibu tahu. Terus ini bagaimana?” tanya Bu Asti.Di tengah kepanikan Bu Asti dan Pak Irwan, tiba-tiba pintu kamar Tari terbuka dan memperlihatkan Tari dengan sedikit matanya yang sembab.“Ada apa Bu?” tanya Tari dengan suara khas seperti orang yang habis menangis.“Kamu tidak apa-apa Nak?” tanya Bu Asti yang khawatir.“Tidak kok Bu, ada apa Ibu memanggil Tari?” tanya TariBu Asti menatap putrinya dengan sendu, ia paham betul dengan apa yang di rasakan oleh anaknya saat ini.“Bu, kok malah bengong?” tanya Tari yang membuyarkan lamunan ibunya.“E-eh itu Nak, di luar ada yang mencari kamu." ujar Bu Asti.“Kira-kira siapa yang mencari Aku ya?” batin Tri.“Ada yang mencariku Bu? Siapa?” tanya Tari.“Nak Ali, sahabat kamu waktu kecil," ujar Bu Asti.“Kak Ali? Benarkah itu kak Ali Bu?” tanya Tari.Tari terlihat bahagia, ketika mendengar nama Ali yang Bu Asti sebut.Dengan langkah cepat ia menyusuri anak tangga yang berada di rumanya, sementara Ali sedang duduk di sofa menunggu kedatangan Tari sambil memainkan handphone miliknya.“Kak Ali...!” pekik Tari.Ali pun menengok ke arah sumber suara yang telah memanggil namanya, namun tidak yang seperti ia bayangkan.Pria berkulit sawo matang itu membayangkan, jika hari ini Tari akan berpenampilan seperti pengantin pada umumnya, di mana si pengantin wanita akan di rias dengan balutan makeup yang sangat cantik dan juga mengenakan kebaya yang sangat indah.Pria itu melihat Tari dengan raut wajah kebingungan, karena melihat penampilannya seperti orang yang tidak waras.Riasan makeup yang acak-acakan, rambut yang semerawut, dan juga ada jejak air mata yang belum Tari hapus.“Ini kamu Dek?” tanya Ali.
Tiga hari kemudian, sejak kejadian itu Tari sama sekali tidak beranjak dari kamarnya, ia s’lalu berdiam diri di kamar. Bahkan setiap kali teman kerjanya ingin berkunjung ke kediamannya ia s’lalu menolak, alasannya bahwa dirinya sedang tidak enak badan.Kali ini, untuk pertama kalinya ia berdandan sangat cantik dengan taburan makeup yang flawles dan di padukan dengan dres yang berwarna soft blue. Dapat menambah kesan cantik dan ke anggunan pada dirinya.“wah...! hari ini anak Ibu cantik sekali, mau ke mana?” tanya Bu Asti. “Aku mau ketemu sama Pak Andre, Bu. mau mengurusi tentang perceraianku bersama Mas Aji” ujar Tari.Terlihat raut wajah yang murung dari Bu Asti, ia sangat menyayangkan semua hal ini. Bu Asti tidak menyangka kalu Aji tega berkhianat di belakang anaknya, padahal Tari sudah memberikan apa yang ia mau, seperti uang yang nilainya cukup besar.Aji pernah meminta uang untuk modal usaha, ia akan membangun sebuah restoran didaerah Jakarta, sekarang ini usahanya cukup berkemba
“Apa kamu bilang!"Deg!Aji terperanjat ketika mendengar teriakkan yang sangat melengking itu, suara itu seperti sudah tidak asing lagi bagi dirinya.Dengan perlahan, pria yang memiliki rambut ikal itu langsung melihat ke arah sumber suara yang sudah mengagetkannya.Benar saja yang di ucapkan oleh Aji, ternyata wanita yang tadi berteriak itu adalah Bu Nesih, dia adalah adik dari Bu Ati. Orangnya memang terkenal sangat tegas dan bertanggung jawab, jadi tidak heran jika dia terlihat akan sangat marah ketika Aji tidak mau untuk bertanggung jawab atas apa yang telah dia buat.Terlihat wanita yang ditaksir berumur lima puluh tahunan itu sedang berdiri sambil bertolak pinggang.Matanya menatap tajam ke arah Aji, dia sangat marah ketika mendengar kabar bahwa keponakannya telah menghamili anak orang lain.“Beraninya kau mau mempermainkan acara yang sangat sakral ini! saya akan memotong burungmu itu, jika kamu dengan beraninya membatalkan pernikahan!” tegas Bu Nesih.Seketika Aji langsung memeg
“Aduh...!” Pekik Tari.“Mbak enggak kenapa-kenapa?”Tari tidak menghiraukan pertanyaan dari pria itu, dia lebih memilih untuk pergi dari kedai bakso tersebut.Rencana yang ingin makan bakso di tempat menjadi gagal oleh ular Dara, dia merusak semuanya dan hampir mencelakai dirinya.“Ah s14l! Kenapa harus ada pria itu sih, padahal sedikit lagi Aku akan mempermalukan dia di tempat umum.” kesal Dara.Dengan menghentakkan kakinya kini ia pun pergi meninggalkan kedai bakso itu. Dengan muka yang di tekuk dia berjalan menuju rumah yang kebetulan tidak jauh dari kedai bakso tersebut.“Kamu kenapa Ra? Kok mukanya cemberut gitu, ada apa?” tanya Bu Ati yang melihat anak perempuannya yang pulang sambil menampakkan wajah yang di tekuk.“Itu Bu, Aku kesal sama Mbak Tari.“ seru Dara.“ kesal kenapa? Emangnya kamu ketemu sama Tari di mana?”“Di kedai bakso cuangki yang ada di depan kompleks Bu” ujar Dara, “Aku lihat mbak Tari yang sedang membeli bakso di situ, terus Aku samperin dan Aku nagih janji yan
“Nih!” Ujar Tari sambil memberikan cek senilai sepuluh juta rupiah.Seketika mata gadis yang masih berumur sembilan belas tahun itu membelalak lebar, ia hampir kehilangan kesadarannya karena habis mendapatkan durian runtuh dari Tari.Tari yang melihat itu tidak mau kehilangan kesempatannya untuk segera pergi bersama dengan Ali.“Ayok Kak, kita pergi dari sini.” ajak Tari.Aji dan Tari langsung pergi melesat dari hadapan Bu Ati dan juga Dara. Di tengah perjalanan, Ali sangat penasaran dengan cek yang di berikan oleh Tari, nilainya yang cukup fantastis membuat Ali sedikit protes dan tidak terima, kenapa tari mau memberi uang kepada Bu Ati dan Juga Dara, padahal sikap mereka berdua sangat tidak terpuji.“Dek, kamu jadi orang kok baik banget sih! Sekali-kalilah Dek, kasih mereka pelajaran jangan malah dikasih duit malah keenakan nanti." protes Ali.“Apaan sih Kak, kenapa kakak malah protes? Bukannya dukung Aku." seru Tari.“Enggak kali ini kakak tidak akan dukung kamu!” ketusnya.“Lah, ken
“Dasar wanita murahan!”Terlihat ada seorang wanita yang sedang berdiri sambil menenteng sebuah paper bag, yang berisikan baju-baju yang bermerek.Wanita itu menatap rendah ke arah Tari yang akan pergi meninggalkan restoran bersama dengan Ali.“Apa maksud kamu berucap seperti itu sama saya, Sal?” Kesal Tari.Nama wanita cantik itu adalah Salsa adik kedua dari Aji, usia antara Tari dan Salsa itu hanya selisih satu tahun yaitu dua puluh empat tahun.“Jadi ini alasan kamu, minta di talak sama kakakku?” ujar Salsa sambil melipat kedua tangannya.“Alasan saya minta cerai dari kakakmu itu, karena dia telah menghamili wanita lain.“ jelas Tari.“Halah, tidak usah banyak alasan deh. Aku tahu kok, kamu pasti mempunyai hubungan dengan laki-laki ini kan!” tuduhnya.Tari yang emosi, ingin menghampiri Salsa namun, di cegah oleh Ali dan membawanya untuk pergi meninggalkan Salsa.“Tidak usah mendengarkan ucapan dia, mending kita pergi saja dari sini." ajak Ali.Wanita cantik yang menggunakan dress itu
“Mas Ali!”Terdengar suara pekikan wanita yang memanggil nama Ali dari arah belakang, dia berjalan tergesa-gesa menghampiri Ali dan juga Tari.Ada kilatan amarah dari pancaran matanya, yang menandakan bahwa ia sedang marah.Wanita itu menatap wajah Ali dengan beringas, seperti harimau yang akan menyergap mangsanya.“Maksudnya apa ini Mas!, wanita ini siapa?” Ujar wanita itu.“Aku bisa jelasin semuanya sama kamu Lis.” ujar Ali.“Dia siapa Kak?” tanya Tari.“Oh rupanya kamu belum tahu saya,” ujar Lisda, “perkenalkan nama saya Lisda, calon istrinya Mas Ali!" sambungnya.Tari terkejut, ia tidak tahu kalau rupanya Ali sudah memiliki calon istri. Ali sama sekali belum pernah menceritakan semua tentang calon istrinya itu, jadi wajar jika Tari merasa tidak enak kepada Lisda. Karena dia tidak mau di tuduh yang bukan-bukan, apa lagi jika di tuduh sebagai perusak hubungan orang lain.“Ma—maaf Mbak, saya tidak tahu jika Kak Ali ternyata sudah punya calon istri. Sekali lagi saya minta maaf.“ seru
“Ibu...!” pekik Dara.Bu Ati yang memiliki riwayat penyakit jantung langsung jatuh pingsan, dia sangat syok ketika mendengar pengakuan dari Dara.“Tolong... Tolong bantu bawa Ibu saya ke rumah sakit, saya mohon,“ pinta Dara kepada orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya.Akhirnya beberapa orang mau membantu untuk membawa Bu Ati ke Rumah Sakit. Namun, ketika Dara hendak mengikuti ibunya dari belakang, tiba-tiba ada yang menarik lengannya.“Mbak... Mbak mau ke mana? Bayar dulu bajunya?” Ternyata yang menarik lengan Dara itu adalah pegawai butik yang ia kunjungi.“emm... Maaf Mbak enggak jadi,” Ucap Dara yang tampak malu.“Loh... Kok enggak jadi, sudah kami bungkus loh Mbak, bagaimana sih!” pegawai butik itu terlihat kesal dengan ulah Dara yang malah tidak jadi membeli. Padahal baju-baju yang Dara pilih itu sudah siap di bungkus.“Maaf, Mbak. Saya buru-buru,” gadis cantik itu langsung menghempaskan tangannya dan lari meninggalkan butik tersebut.Di lain tempat, Ali sedang cekcok de