Share

Bab 36: Penerus

Penulis: Duvessa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-25 23:45:36
Setelah Isvara pikir-pikir, mengajak Alvano menikah secara tiba-tiba ternyata membawa lebih banyak konsekuensi dari yang pernah dia bayangkan.

Mulai dari kehilangan pekerjaan yang Isvara bangun bertahun-tahun, dan kini harus menghadapi keluarga Alvano.

Isvara sempat berpikir untuk menolak pertemuan ini. Dia tahu betul, pertemuan keluarga bukanlah ajang ramah-tamah biasa. Akan ada tatapan tajam, pertanyaan menyelidik, dan diam-diam, penghakiman.

Namun, tetap saja ... di sinilah Isvara berada. Berdiri di depan rumah keluarga Alvano. Sebuah rumah mewah dengan pilar-pilar tinggi dan pencahayaan hangat yang justru terasa mengintimidasi.

Rumah ini bahkan lebih mewah daripada tempat tinggal Alvano. Kesannya elegan, tapi juga dingin, seolah setiap sudutnya bisa menilai siapa saja yang masuk tanpa izin.

Dan kini, Isvara melangkah masuk bersama Alvano.

Di ruang keluarga, tiga orang sudah menunggu.

Atma Narendra, ayah Alvano, duduk tegak dengan wajah keras yang tak memberikan ruang kompromi. Sor
Duvessa

Wah kira-kira nanti bakal gimana ya? Jangan lupa lanjut ke bab selanjutnya ya :)

| 55
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mbak Nana
ternyata mau di suruh bikin adek ... sama ayahnya vino
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 250: Calon Ayah

    “Pesta dengan perut hamil?” Isvara langsung mendengus. “Yang bener aja, Mas. Aku bisa pingsan sebelum naik pelaminan. Mending uangnya dipakai buat sesuatu yang lebih berguna nggak sih?”Alvano mengangguk pelan, seolah memang sudah menebak jawaban itu. “Oke. Kalau gitu buat usaha, gimana? Kamu ada rencana mau bikin apa? Biar aku modalin.”“Modalin? Gampang banget bilang mau modalin.” Isvara menyipitkan mata.Alvano hanya mengangkat bahu ringan. “Kalau buat kamu, gampang.”Isvara mendecak, tapi tidak bisa menahan senyum tipis.“Kamu mau bikin toko kue?” usul Alvano dengan nada main-main.Isvara langsung cemberut, mengingat satu kejadian. “Mas nggak inget aku pernah bikin cheesecake gosong?”Alvano terkekeh kecil. “Oke, skip! Kalau galeri? Kamu suka lukis, ‘kan?”“Kalau terapi seni sih iya, aku suka. Tapi kalau soal lukisan? Percayalah, Mas, lukisan aku lebih cocok dipajang di TK daripada di galeri,” sahut Isvara.Pria itu mengusap rambutnya lembut. “Ya udah, bukan toko kue, bukan galeri

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 249: Kabar dan Rencana

    Alvano menoleh. Sekejap wajahnya berubah kaku. Seorang perempuan berdiri tak jauh darinya, berbalut dress hitam sederhana, tapi elegan. Rambut panjangnya terurai rapi, bibirnya melengkung dalam senyum samar. Senyum yang dia kenal, senyum yang selalu menyimpan maksud tersembunyi.“Oh, Liv.” Alvano menyapanya datar, nyaris tanpa intonasi.Livia melangkah mendekat, tatapannya jatuh ke kantong belanjaan di tangan Alvano. “Habis beli apa?” tanyanya ringan, tapi nadanya jelas menyelipkan rasa ingin tahu.“Nggak mungkin habis beli obat di toko kue, ‘kan?” sahut Alvano dingin.Senyum miring muncul di bibir Livia. “Tumben kamu ke mall sendiri. Kamu, ‘kan biasanya selalu ditemani Jefri.”“Iya. Ini permintaan istriku sendiri. Dia lagi ngidam, minta dibeliin ini.” Suara Alvano terdengar tegas, sekaligus menjadi penegasan statusnya.“Ngidam? Isvara lagi hamil?” tanya Livia lalu mengangkat alis.“Hm.” Alvano mengangguk pendek, tanpa penjelasan lebih lanjut.“Selamat ya, Al.” Senyum Livia sekilas te

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 248: Ada Apa?

    “Bukan masalah, Pak. Justru kabar baik. Lihat ini …” Sang dokter menunjuk layar, lalu memperbesar gambar. “Ada dua kantung janin. Selamat, sepertinya kalian akan jadi orang tua dari bayi kembar.”Isvara menutup mulutnya dengan tangan, matanya membesar, campuran syok dan bahagia. Sementara Alvano menatap layar itu tanpa berkedip, dadanya naik turun lebih cepat.Namun kegembiraan itu hanya sebentar. Begitu pemeriksaan selesai, Ratna kembali menoleh serius. “Tapi karena kondisi Ibu masih lemah dan tidak bisa menelan makanan, saya sarankan rawat inap dulu. Supaya cairan dan nutrisi tetap masuk,” ujarnya lembut tapi tegas.Isvara spontan menoleh pada suaminya, sementara Alvano hanya mengangguk cepat, seolah tak memberi ruang untuk tawar-menawar. “Kalau itu yang terbaik, Dok, langsung rawat inap saja.”Beberapa menit kemudian, seorang perawat datang untuk mengantar mereka. Alvano sendiri yang mendorong kursi roda Isvara menuju lantai VIP.Begitu pintu kamar rawat terbuka, aroma antiseptik be

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 247: Mual

    “Nggak usah!” seru Isvara dengan mata melebar. Dengan cepat dia merebut gelas itu dari tangan suaminya, menutup hidung rapat-rapat, lalu meneguk habis cairan putih itu sekaligus.Begitu selesai, Isvara meringis keras, lalu meletakkan gelas di meja dengan ekspresi tersiksa. “Aku bener-bener nggak suka rasanya, Mas,” protesnya.Alvano tertawa pelan, lalu mengusap kepala istrinya dengan lembut, jemarinya menyibak rambut yang menempel di pelipis. “Pinter banget istrinya Mas ini. Maaf ya, harus maksa kamu minum ini.” Alvano berhenti sebentar, menatap manik mata Isvara dalam-dalam. “Kalau aja aku bisa gantiin, aku yang muntah, aku yang mual, aku yang lelah. Aku rela. Aku nggak mau lihat kamu harus tanggung semua ini sendirian.”Isvara tercekat. Matanya panas, bibirnya bergetar tanpa kata. Rasa mual itu, kini kalah oleh rasa hangat yang menyebar ke seluruh dadanya.Alvano menunduk, mengecup keningnya lama sekali, lalu bergumam, “Mulai sekarang, apa pun yang kamu butuh, bilang sama aku. Aku

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 246: Anak dan Ayah

    Alvano dan sang ayah melangkah keluar ke balkon. Dari ketinggian itu, lampu-lampu kota berkelip seperti bintang yang jatuh ke bumi.Alvano bersandar sebentar pada pagar besi, lalu melipat kedua tangan di dada. Sorot matanya tajam, tapi ada bara yang jelas bersembunyi di baliknya.“Pap, sampai kapan Papa mau terus main-main sama urusan itu?” Alvano memulai percakapan.“Urusan apa maksudmu?” tanya Atma yang kini berdiri tidak jauh dari anak lelakinya. Tatapannya diarahkan ke jalanan yang ramai di bawah.“Wanita simpanan.” Alvano menjawab tegas tanpa basa-basi. “Aku tahu, Pap. Dari dulu aku diam, aku tutup mulut karena masih hormat. Tapi sekarang, Papa sebentar lagi jadi kakek. Masih mau begini terus?”“Kamu berani sekali bicara begitu pada ayahmu,” tukas Atma.“Aku berani karena aku muak, Pap!” nada Alvano meninggi, tapi matanya berkilat getir. “Papa yang ngajarin aku soal reputasi, kehormatan keluarga, soal nama besar. Tapi justru Papa sendiri yang main kotor di belakang keluarga.”Angi

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 245: Kedatangan Mertua

    Setelah hampir setengah jam berkeliling, lampu jalan sudah semakin sepi. Alvano mulai kesal sendiri, rahangnya mengeras sambil mengetuk setir. “Mana ada orang jual rujak malem-malem gini? Ini udah hampir jam sembilan, Ra,” gerutunya.“Aku kira ada, Mas. Biasanya, ‘kan ada aja tukang gerobak yang masih buka sampai malam,” cicitnya merasa bersalah, tapi juga masih berharap.“Kalau pun ada, itu bukan rujak Bangkok. Itu rujak random yang entah pakai apa,” sahut Alvano dingin, matanya tetap fokus ke jalan.Isvara cemberut, lalu meraih ponselnya. “Kalau gitu aku tanya Ibu, siapa tahu Ibu tahu tempatnya.” Namun, setelah beberapa kali mencoba, hasilnya nihil. “Ih, Ibu juga nggak tahu. Katanya paling besok baru ada.”Alvano menghela napas panjang, mencoba menahan frustrasi. Namun, begitu menoleh sebentar dan melihat wajah istrinya yang kecewa, hatinya langsung melembek. “Udah, biar aku cari cara lain.” Tanpa pikir panjang, pria itu menepikan mobil dan meraih ponselnya. Jarinya cepat menekan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status