Share

Aku Bukan Gadis
Aku Bukan Gadis
Author: Dewi Astarina Sirait

1. Salah paham

 "Apa ini Mas?" tanya Arisha menatap sebuah map berwarna coklat yang di lempar Ziko kearah tempat tidurnya saat ia sedang merapikan kasurnya. Ia menatap lembar demi lembar dalam berkas itu, adanya kejangkalan yang dilihatnya.

"Kamu tanda tangani saja!" pinta Ziko yang kini melemparkan pena kearah wanita itu. Arisha semakin dibuat binggung oleh maksud pria ini.

"Kawin kontrak? Pernikahaan kita hanya sampai enam bulan saja? Tidak, aku tidak mau Mas," ujar Arisha yang langsung melempar map itu kearah lain dan menjauhkan darinya.

"Apa yang mau kamu pertahankan dari pernikahan kita?, ingat pernikahan ini terjadi bukan karena keinginan kita, ini hanyalah sebuah kesalah pahaman yang membuat kita harus perkawinan ini tampa rencana, aku juga tidak melakukan hal yang aneh pada mu, kita hanya di fitnah!" balas Ziko dengan santai.

"Apa pun alasannya perceraian, bukanlah jalan dari awal cerita kita, aku tidak ingin memulai hal dengan niat yang buruk, aku juga yakin Mas di balik semua ini pasti ada hikmah di dalamnya."

  Dalam satu malam status Arisha sebagai seorang gadis berubah dalam sekejap, sekarang ia menyandang sebagai seorang istri dari Tuan Ziko, sang Ceo diperusahaan besar dan ternama baik didalam negeri maupun di luar negeri.

Malam itu Arisha mendengar suara teriakan santriwati saat ia sedang berkeliling disekitaran pesantren milik abinya. Hal itu menjadi rutinitasnya setiap malam sebelum tidur untuk memastikan anak anak santriwatinya dalam keadaan baik. Ia mendengar teriakan itu digudang pesantren, tempat menyimpan barang barang sudah tidak layak digunakan.

Biasanya Arisha selalu berkeliling ditemani oleh Arhan dan Meidiva, tetapi kebetulan malam ini ia harus berjaga sendiri karena Meidiva dan Arhan yang sedang melakukan lamaran di kediaman Meidiva yang berada dikampung sebelah.

Tampa basa basi dan rasa takut ia segera mendekati sumber suara itu dan mencari teriakan santriwatinya.

Ditempat yang sama Ziko berkeliling disekitaran pesantren karena baru pertama kalinya ketempat ini, Ziko belum mengetahui letak letak lokasi ditempat ini, ia juga belum mengetahui tempat tempat terlarang yang tidak boleh di kunjunginya karena ada sebagian tempat yang tidak boleh untuk dimasuki oleh lawan jenis.

Karena tak ada yang menemaninya, Ziko berlari tak tentu arah untuk mencari tempat untuk membuang air kecil. Mendengar hal yang sama dengan Arisha, Ziko memutuskan untuk mencari sumber suara itu barang kali disekitaran sini terjadi pel*cehan. Ia memasuki gudang kosong yang terbuka dengan lebar.

Arisha mencoba menghidupkan lampu yang berada di gudang ini, namun sepertinya saklarnya sedang rusak. Dengan senter seadanya ia memaksakan untuk menerawang ruangan gelap ini, suara yang didengarnya semakin keras, Arisha semakin yakin untuk mencari sumber suara itu walau dalam keadaan yang tidak memungkinkan.

"Bagaimana bisa gudang pesantren malam malam seperti ini tidak di tutup? Apa mereka tidak takut bahaya?" gumam Ziko yang juga mengamati seisi gudang ini mengunakan senter handphonenya.

Ia melihat adanya cahaya dari arah depanya, ia semakin yakin kalau tempat ini dalam keadaan tidak aman. Pintu terbuka, adanya suara teriakan dan sekarang ia melihat ada sinar tak jauh dari tempatnya. Dengan sangat hati hati Ziko berjalan mendekat tampa terdengar suara sedikit pun agar orang itu tidak tidak menyadari kehadirannya dan tidak dapat melarikan diri.

"Aaaaaaaa"

Ziko menarik ujung baju orang itu hingga robek karena orang yang ditangkapnya itu sepertinya mencoba melarikan diri makanya, Ziko menariknya dengan kuat. Tetapi, ada sesuatu yang menganjal ditemukanya, kenapa suara itu terdengar seperti teriakan wanita, tidak mungkin seorang wanita yang melakukan kejahatan malam malam seperti ini.

Ziko justru berfikir jika orang yang ditangkapnya ini adalah wanita yang akan menjadi korban asusila.

"Tenanglah aku akan menolong mu!" ujar Ziko yang langsung menarik pergelangan tangan wanita yang ditemukanya di dalam gudang itu.

"Ngapain kalian malam malam di tempat gelap seperti ini?" tanya Burhan selaku orang yang menjaga gudang. Ia menghidupkan lampu yang baru saja dibenerinya. Arisha langsung menatap orang yang mengengam tanganya itu dan seketika Ziko langsung melepaskan tanganya dari pergelangan tangan Arisha serta mengelengkan kepalanya.

"Saya tidak menyangka kamu akan berbuat seperti ini Arisha, bagaimana jika ustad Henry tau hal ini, beliau pasti akan sangat kecewa sama kamu, apalagi kamu ini adalah anak sekaligus putri satu satu beliau, mau di taruh dimana muka beliau?" ucap Burhan yang langsung berfikir buruk atas apa yang dilihatnya.

"Om saya dan dia tidak melakukan apa apa dan saya juga tidak mengenalinya!" ucap Arisha berkata jujur. Burhan menatap tajam kearah Ziko yang terdiam. Ia sangat mempercayai keponakannya, tidak mungkin gadis sepolos Arisha berbohong. Jika Arisha tidak mengenali pria ini berarti lelaki ini yang sudah berbuat zolim pada keponakanya.

"Apa yang sudah kamu lakukan pada keponakan saya?" Ziko mengeleng karena ia memang tidak melakukan hal apa pun selain menyentuh tangan Arisha. Apakah itu dianggap sesuatu yang berlebihan di tempat ini?.

Plaakkkkk

"Jangan berbohong kamu, Saya tanya sekali lagi apa yang sudah kamu lakukan  pada keponakan saya sebelum hal ini ini saya laporkan pada pemilik pesantren sekaligus abi Arisha." kekeh Burhan.

Lagi lagi Ziko mengeleng, ia merasa tidak menutupi sesuatu apalagi berbohong, ia sudah mengatakan yang sebenarnya.

Burhan kini mengalihkan pandanganya pada Arisha yang hanya menunduk karena tidak mungkin ia menatap yang bukan mahrumnya. Ia melihat adanya sobekan di baju yang berada dibelakang leher keponakanya itu. Fikiran buruk tentang Ziko semakin dalam pria itu. Ia kembali menatap Ziko dengan tatapan penuh amarah. Arisha tidak mengerti dengan maksud Omnya ini karena ia juga belum menyadari jika baju sudah sobek karena di tarik oleh Ziko.

"Saya tanya, apa yang sudah kamu lakukan pada ponakan saya?"

"Saya tidak melakukan apa apa pada dia, kami hanya tidak sengaja bertemu disini karena tadi saya mendengar suara teriakan seorang wanita di tempat ini makanya, saya langsung kesini dan saya melihat adanya sinar, saya segera menghampirinya dan menarik gadis ini karena saya pikir dia adalah korban pelecehan ditempat ini, saya masuk ketempat ini dalam keadaan pintu terbuka, lampu mati dan teriakan yang saya dengar diawal menyakinkan saya kalau ada hal buruk yang terjadi disini." jelas Ziko tak kalah keras dari volume suara Burhan yang terus menuduhnya berbuat hal buruk.

"Terus kamu pikir saya akan percaya? Saya sejak tadi disini jadi, tidak mungkin ada perbuatan kriminal di sini dan saya tadi sedang memperbaiki lampu yang saklarnya rusak, banyak alasan kamu,"

"Terserah Bapak mau ngomong apa yang jelas saya tidak melakukan asusila pada keponakan Bapak." ujar Ziko yang hendak meninggalkan pria itu dan Arisha karena ia benar benar tidak merasa bersalah.

"Ngk bisa gitu dong Kak, Kakak harus bertanggung jawab atas apa yang sudah Kaka perbuat!" teriak Laras dengan lantang bersama beberapa temanya yang lain. Kiara yang mendengar adanya keributan dari dalam gudang memutuskan untuk melihatnya dan ia melihat Burhan yang tampak sedang marah besar pada lelaki yang tidak dikenalinya. Ia segera keluar dari dalam gudang itu dan pergi memanggil beberapa teman yang lain untuk ikut andil dalam melihat kejadian ini.

Ziko langsung menatap lelaki paruh baya itu dengan tatapan amarahnya, jika saja tadi pria ini tidak berbicara keras pasti anak anak perempuan usia dibawahnya ini tidak berada disini dan tidak mengetahui hal ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status