Matahari pagi menyusup masuk melalui kaca jendela balkon. Tiara terbangun, perlahan ia membuka mata. Hatinya merasa lega saat melihat ranjang sebelahnya sudah kosong. Suaminya pasti sudah lebih dulu bangun dan berangkat bekerja.
Sambil masih meringis, Tiara memencet tombol panggilan di sebelah ranjang. Tidak lama kedua pelayan wanita masuk ke dalam kamarnya. "Aku mau berendam di bathtub, tolong siapkan air panas." titah Tiara, yang masih menutup tubuh polosnya. Kedua pelayan itu mengangguk, menyiapkan baju dan juga air hangat. Seperti biasanya, setiap pagi Tiara menikmati kedamaian. Ia membasuh dirinya. Menumpahkan jiwanya lelah di dalam bathtub air hangat. Menenggelamkan tubuhnya sampai dengan kepala. Tiara tidak ingin keluar. namun kedua pelayan mengawasi dirinya. "Hahaha, mana bisa mati dengan cara seperti ini." batin Tiara, tersenyum smirk. Setelah menuntaskan ritual mandinya. Tiara berpakaian menggunakan dress santai yang bergaya elegant minimalis. Lalu ia memoles dirinya di depan meja rias. Satu orang pelayan menyisir menata rambutnya. Satu orang lagi memakaikannya perhiasan. Sebelum keluar kamar untuk sarapan. Tiara bercermin dahulu. Penampilannya sekarang sangat berbeda dengan yang dulu. Ia terlihat seperti nyonya konglomerat mirip seperti ibu mertuanya. "Dulu aku bisa tersenyum bahagia melihat penampilan baruku ini. Hahahaha..., kenapa sekarang aku malah merasa seperti badut." gumamnya di depan cermin. Tiara turun kebawah menggunakan lift, para pelayan menyambutnya. Mengantarkan dia ke ruang makan. Begitu melangkah masuk. Tercium lah aroma masakan yang menggugah selera. Tiara melihat ada banyak jenis sarapan yang disiapkan untuknya. Tiara segera duduk dan makan dengan lahap. Dirinya sudah terbiasa sarapan sendirian seperti ini. Sagara selalu bangun pagi dan berangkat pagi tanpa berpamitan. Dalam kesendirian di pagi hari yang cerah ini. Tiara mulai mengingat kembali kenangan yang dulu. (Flashback) Stelah menerima lamaran dadakan kekasihnya. Sagara mengajak Tiara makan malam bersama kedua orangtuanya di sebuah kediaman rumah mewah dan megah. Tiara datang berbalut gaun indah dan juga perhiasan cetar, Sagara mempersiapkan penampilan Tiara untuk menemui kedua orangtuanya. Saat melangkah masuk, Tiara langsung terpana dengan design rumah milik calon mertuanya. Mirip istana kerajaan Eropa. "Tiara..." sapa seorang wanita paruh baya, ia tersenyum ramah menyambut kedatangan Tiara, walaupun umurnya sudah setengah abad. Ibu Sagara tetaplah terlihat lebih muda dari umurnya, rambutnya hitam pekat tertata rapi, bola matanya berwarna biru sama seperti Sagara. "Ha...halo Tante.." cicit Tiara yang gugup. "Ya ampun jangan panggil saya tante, panggil aku mama. Sebentar lagi kamu akan menikah dengan putraku Sagara..." ujar Grace yang sangat ramah. Grace memeluk erat Tiara, lalu menggandeng tangannya. Tiara mengulum senyum, tidak menyangka dirinya mendapatkan sambutan ramah dan hangat dari Grace ibu sagara. "Syukurlah ibu Sagara tidak seperti emak-emak konglomerat yang ada di sinetron." ucap batinnya. Hati Tiara merasa lega, sebenarnya sejak kemarin ia terus kepikiran soal orangtua pacarnya, ia takut kalau ibu Sagara menyiram dengan air atau mengusirnya. Bayangan kejadian itu membuat Tiara sulit tidur. Takut saja kalau orangtua Sagara akan merendahkan status Tiara, namun nyatanya tidak begitu. Saat memasuki ruang makan, terlihat seorang pria paruh baya dan satu wanita muda yang seumuran dengan adik Tiara. "Honey..., perkenalkan dia ayahku Fernando dan adik perempuanku Sabrina." "Halo..., senang bisa berkenalan dengan calon menantuku yang cantik." kekeh Fernando tersenyum ramah pada Tiara. Tiara pun ikut tersenyum pada ayah mertuanya yang ramah. Namun ia sedikit bingung, karena wajah ayah Sagara sangat berbeda jauh dari kekasihnya, sama sekali tidak ada kemiripan. "Halo kak..., salam kenal." sapa Sabrina, cipika cipiki dengan Tiara. Waktu makan malam di mulai, Tiara duduk di dekat kedua orangtua tua Sagara. "Tiara saat ini sibuk bekerja atau kuliah..??" Tanya Grace kepada calon menantu. "Saat ini aku cuma sibuk bantu-bantu mama dan papa kelola restoran kecil." ujar Tiara malu-malu, sebenarnya ia sendiri ingin mencari pekerjaan untuk menambah uang jajan, namun karena hanya lulusan SMA jadi sulit untuk bisa bekerja di posisi yang layak. Ibu dan ayahnya juga tidak mau Tiara bekerja sebagai OB kantor atau pramusaji di restoran lain. Tiara menunduk malu, namun Grace dengan lembut menggenggam tangan Tiara yang gemetaran. " Kamu gak perlu merasa sungkan sama kami nak. Kami mau terima kamu apa adanya kok..., yang terpenting kalian menikah karena saling mencintai." ucap Grace sembari tersenyum hangat kepada Tiara dan putranya. Tiara mengangguk setuju, namun sebenarnya ia sendiri masih merasa ragu untuk menikah diusianya yang sekarang. Bukan karena tidak cinta dengan Sagara. Atau karena masa berpacaran yang sebentar. Tapi sesungguhnya Tiara sendiri merasa belum siap untuk menikah diusianya yang sekarang, ia masih ingin bersenang-senang seperti teman-teman sebayanya. Bersambung......Tut....Tut...Tut....Tut. suara alat rekam jantung di rumah sakit, Roger terbaring lemah di ranjang rumah sakit, untuk bernafas saja butuh tabung oksigen, pelan-pelan ia membuka kelopak matanya, lalu melihat sekeliling. Matanya membulat saat melihat sosok mantan istrinya duduk di sebelah sedang menatapnya sinis, "Ini di rumah sakit!! Apa Anakku sudah di tangkap polisi? Apa yang sebenarnya terjadi?" ucapnya pelan menatap Grace mantan istrinya. "Kamu ini!! Semakin tua malah semakin jahat!! Tega sekali kamu, ingin memenjarakan putramu sendiri, apa kau sudah tidak waras...!! Mau membunuh menantu juga cucumu!!" umpat Grace dengan kemarahan membuncah. Ingin sekali ia mengakhiri kehidupan si tua bangka yang sedang tidak berdaya ini, agar tidak lagi-lagi mengganggu kehidupan pernikahan putranya. "Apa maksudmu! Sagara tidak jadi dipenjara!" ujarnya dengan suara parau. BUGH...!! Grace memukul perutnya dengan keras Tit....tit....tit.....tit....tit!!! Alat rekam jantung langsung b
Mobil sedan di laju dengan kecepatan tinggi, Alfred berupaya sampai secepatnya mungkin di rumah sakit terdekat. Tiara menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa sakit yang semakin intens. "Aaaggh... Sakit sekali." pekik Tiara, berkeringat sangat banyak. Sagara pun panik, ia terus menggenggam erat tangan Tiara. "Tenang, Honey, sebentar lagi akan sampai..." ucap Sagara dengan suara penuh ketegangan, hatinya terus berdebar-debar. Alfred memacu kendaraan menuju rumah sakit dengan hati yang cemas namun penuh harapan. Sepanjang perjalanan, Tiara menggenggam tangan Sagara erat, mencoba mencari kenyamanan dalam sentuhan suaminya. ***** Malam ini, Rangga, tengah menjalani shift malam di rumah sakit. Akhir-akhir ini baik pekerjaan dan hubungan dengan sang istri sedang berjalan dengan baik, Rangga bisa lembur seperti dulu, karena Sonya mulai sering menemani putrinya. Namun tiba-tiba telepon dari ruang perawatan datang. Kring... Kring... Kring... "Dokter Rangga!! Kami membutuhkan
"Teganya paman! Kenapa berbuat seperti ini!! dasar penghianat!!" teriak Tiara, saat di bawa paksa oleh paman Alfred untuk masuk ke dalam bangunan istana Roger. "Ssstt... Maafkan paman Tiara, paman terpaksa melakukan ini semua, tolong jangan melawan dan banyak bergerak, ingat kondisi bayi dalam perutmu." ujar Alfred mengingatkan. "Hiks hiks hiks." Tiara terus menangis, berharap sang paman bisa menolong suaminya. Eh!! dirinya malah terjebak, ternyata paman Alfred kembali berpihak pada ayah mertuanya yang bejat, dan itu semua ia lakukan demi harta kekayaan yang dijanjikan oleh Roger. Sangat tidak di sangka-sangka jerat harta kekayaan memang bisa mengubah hati dan pikiran seseorang yang tadinya baik jadi nekad. Sambil menahan Tiara di ruangan lain, Alfred menghela nafas panjang, saat ini Tiara sangat membencinya, namun ya... terpaksa ia lakukan, hanya untuk sementara waktu, kalau bukan karena Sagara yang merancang semua rencana ini, ia tidak akan mau terlibat lagi dengan rencana ja
Kediaman Roger yang bagaikan sebuah istana kerajaan, pilar-pilar menjulang tinggi di sepanjang lorong pintu masuk rumahnya, suasana gelap dan dingin, tidak ada kehangatan di rumah ini. Tuk...tuk...tuk. Suara tongkat Roger, karena kondisi kesehatan yang semakin memburuk kini dirinya harus berjalan dengan menggunakan tongkat. Lalu keempat bodyguard bertubuh besar mengikutinya di belakang, dua diantaranya sedang menggotong tubuh putranya yang masih pingsan. "Beraninya dia mengelabui ku selama ini, dasar anak tidak tahu diuntung!!" pekiknya sembari memasuki sebuah ruangan kamar. Bruk...!! Tubuh Sagara di jatuhkan di lantai, Roger duduk di kursi sambil memandangi putranya dengan perasaan marah, sudah lama ia menahan diri untuk merasakan momen ini, kalau bukan karena Alfred ia tidak akan menahan dirinya. Beberapa saat... Sagara mulai membuka kelopak matanya pelan-pelan, saat kesadarannya kembali, ia mengerejap berkali-kali mencoba menetralkan penglihatannya. Sungguh terkejut
Waktu berlalu cepat, kini usia kandungan Tiara mulai memasuki usia 9 bulan, perutnya sudah sangat besar, ia menikmati masa kehamilannya dengan damai bersama suami, satria dan keluarganya. Layaknya sebuah keluarga yang bahagia tanpa ada gangguan. "Halo adik cantikku..., jangan lama-lama di dalam, kamu tidak pegal di dalam sana, pasti sempit kan, lebih baik temani kakakmu main puzzle disini..." celoteh Satria, terus saja berbicara pada adiknya sambil mengelus perut ibunya. "Sabar nak, bulan depan, adikmu baru keluar dari perut mama, sayang." Tiara tertawa geli, gemas sekali melihat tingkah lucu Satria yang penuh semangat menyambut adik perempuannya. "Satia udah gak sabar mama, bosen main sendirian terus, papa juga sibuk kerja, mama juga gak bisa temani Satria main gara-gara dedek bayi masih di dalam perut," keluh Satria, mengerutkan dahi. "Sabar ya Nak, Papa kamu lagi ada proyek besar, kalau kamu bosan kamu kan bisa ajak teman sekolahmu main kesini atau kamu main ke rumah dia, na
BUGH...!! BUGH...!! BUGH...!! Sagara dan Rangga saling baku hantam. "Hentikan aduh!!" teriak Tiara yang panik, mau melerai tapi takut, karena dirinya sedang hamil. "Huhuhu, huaa...hiks." Satria menangis sambil memeluk ibunya. Sonya segera mencari petugas hotel, meminta bantuan agar ada yang memisahkan mereka. "Apa sih masalahmu!" kedua tangan Sagara menahan kepalan tangan Rangga yang mau mendarat di wajahnya. Rangga yang tidak menyerah menjatuhkan diri, lalu keduanya berguling-guling di lantai. BUGH!! Kali ini Sagara berhasil menghajar balik Rangga. Rangga terhuyung lalu berusaha berdiri, "Kamu gak pantas, untuknya...!!" teriak Rangga, menatap Sagara dengan penuh kebencian. "Apa hak-mu melarang Tiara rujuk lagi denganku, terimakasih kamu sudah berselingkuh, aku dan Tiara jadi bisa menikah!" umpat Sagara. "Aaagghh!!" teriakkan kekesalan Rangga membuncah, dengan cepat menyerang balik orang yang paling ia benci. "Uugghh...!! Sagara berhasil menangkis pukulan, n