Siang menjelang sore harinya, Steve Hart sudah kembali ke rumah keluarga istrinya. Ia berlari dari halte bis untuk sampai di sana, membuat keringat bercucuran memenuhi dahinya.
"Sial, aku terlambat," gumam Steve.
Di halaman depan rumah mewah tersebut, sudah terparkir mobil sedan yang biasa mertuanya gunakan, tanda mereka sudah sampai di rumah sekarang.
Steve Hart sadar tidak ada gunanya menyesal. Jika memang harus menerima hinaan, maka hanya mencoba bersabar yang dapat dirinya lakukan.
Steve baru memasuki rumah ketika di sofa ruang tamu, sudah ada wanita berusia 40-an tahun tengah membaca sebuah majalah, kebiasaan yang menurun pada Agatha, istrinya.
Olivia Cattegirn, seorang wanita cantik yang tampak jauh lebih muda dari usia aslinya. Wanita yang sama juga merupakan ibu mertua Steve, salah satu orang yang juga bertanggung jawab membuat kehidupan Steve terasa begitu menyedihkan.
"Aku hanya meninggalkan rumah beberapa hari dan tebak apa?" tanya Olivia Cattegirn tiba-tiba.
Steve Hart hanya diam, tidak berani menjawab sebab itu hanya akan membuat ibu mertuanya semakin marah.
"Menantuku yang tidak berguna mulai berani lalai dalam tugasnya, dan malah memilih bersenang-senang di luar sana," lanjut Olivia Cattegirn.
"Aku sudah menyapu rumah dan mengepel lantai seperti biasa, aku keluar sebab ada keperluan dan itu dilakukan setelah tugasku usai," jelas Steve Hart.
"Lantai masih kotor seperti ini kau masih berani menyangkal? Pelayan, kemari sebab ada hal ingin aku tanyakan!"
Salah satu pelayan rumah datang setelah Olivia memanggilnya, bertanya apa yang ingin Olivia dengar darinya.
"Sampah ini, apa benar dia sudah melakukan tugasnya?"
Pelayan rumah sempat melirik Steve sesaat sebelum menjawab, "Seingatku sudah, Nyonya Olivia."
"Jangan bohong!" Olivia Cattegirn dengan nada tinggi, menolak percaya.
Pelayan rumah menyadari apa yang baru disampaikannya bukanlah apa yang Olivia ingin dengar, dirinya hanya bisa menatap Steve penuh rasa bersalah sebelum berkata, " Belum ... Nyonya Olivia."
"Katakan seperti itu sedari awal, apa susahnya? Sekarang pergi dan kembali bekerja," ucap Olivia, memerintahkan pelayan tersebut untuk segera enyah dari hadapannya.
Setelah pelayan rumah pergi, sorot mata Olivia kembali tertuju pada Steve.
"Sekarang, kau ingin mengelak seperti apa lagi?" tanya Olivia Cattegirn pada Steve.
Steve hanya bisa mengumpat dalam hati, kemarahan Olivia jelas tanpa alasan dan hanya ingin memojokkannya saja.
Meski merasa marah, Steve tetap mencoba mempertahankan ekspresi ramahnya.
Olivia Cattegirn sempat menghembuskan napas kesal sebelum berkata, "Sudahlah, sekarang pergi jemput Agatha dari kampusnya. Aku tidak akan memaafkanmu jika kau berani membuat putriku menunggu barang sedetik saja."
"Nyonya Olivia, bukankah menjemput Nona Agatha adalah tugas supir pribadinya?" tanya Steve Hart, karena menjemput Agatha memanglah bukan tanggung jawabnya.
"Memang bukan, aku hanya tidak ingin melihatmu bersantai. Apa kau keberatan?" Olivia Cattegirn menaikan alisnya.
Steve Hart dengan cepat menggeleng sebelum berkata, "Sama sekali tidak, Nyonya Olivia."
Steve Hart pada akhirnya pergi menuju salah satu mobil yang terparkir di halaman rumah setelah menerima kunci dari ibu mertuanya. Satu hal yang membuatnya malas mendapat tugas semacam ini, adalah karena takut membuat mobil yang dikemudikannya tergores sehingga harus memberi ganti rugi.
[Tuan Rumah tidak perlu khawatir, lagipula sudah ada sistem yang bisa membuat Tuan Rumah kaya raya sampai tidak lagi perlu memikirkan uang]
"Benar juga, tetapi apakah kau bisa membantuku jika aku menerjunkan mobil ini ke jurang sehingga membuat ibu mertuaku ingin membunuhku?" tanya Steve Hart.
[Ehhh ... itu sudah di luar kuasa sistem.]
"Diamlah kalau begitu," timpal Steve Hart.
Steve Hart sadar jika 100.000 dolar yang dimilikinya tidaklah seberapa dibandingkan kekayaan keluarga Cattegirn, hal ini membuatnya tidak boleh gegabah atau kehadiran sistem akan percuma.
[Sistem mengapresiasi kepintaran Tuan Rumah, cukup mengesankan Anda tidak terbutakan rasa ingin balas dendam dan masih memikirkan konsekuensi tindakan Anda]
"Hei, berhenti membaca pikiranku," gumam Steve Hart sembari mengemudikan mobil menuju kampus Agatha berada.
Setelah mengemudikan mobilnya cukup lama, Steve akhirnya sampai di sebuah universitas terkenal di kota Avebury.
Avebury University, tempat di mana keturunan keluarga kaya juga orang-orang paling pintar di kota tersebut menempuh pendidikan.
Steve Hart sampai di depan salah satu gedung universitas sekitar jam 3 sore, masih ada setengah jam hingga kelas Agatha usai sehingga Steve bisa bernafas lega.
Steve Hart turun dari mobilnya untuk menunggu Agatha. Benar saja, tiga puluh menit kemudian Agatha terlihat keluar dari gedung tersebut bersama teman-temannya.
“Wow, lihat siapa yang datang,” ucap salah satu teman Agatha.
Mendengar ucapan tersebut, keberadaan Steve di sana langsung diketahui oleh teman-teman Agatha yang lain.
“Agatha, apa yang terjadi pada supir pribadimu hingga mereka mengirim pelayan rumah untuk menjemputmu?”
Steve Hart hanya bisa menghela napas panjang mendengar ini, teman-teman Agatha bukan tidak tau siapa dirinya, mereka hanya mengatakan hal sejenis itu untuk mempermalukannya.
“Berhenti mengganggunya,” ucap Agatha pada teman-temannya.
Agatha Cattegirn langsung menghampiri Steve, wajahnya nampak bertanya-tanya mengapa Steve yang datang untuk menjemputnya.
“Aku tau kau mungkin merasa tidak nyaman sebab kedatanganku, tetapi Nyonya Olivia lah yang memerintahkan aku kemari untuk menjemputmu," jelas Steve Hart.
Agatha mengangguk mengerti. Meski demikian, dirinya tidak bisa ikut pulang bersama Steve sebab masih ada hal harus dilakukannya sekarang.
“Kenapa? Kau tau aku akan dimarahi jika tidak membawamu pulang bersamaku, kan?” tanya Steve Hart.
Agatha baru ingin menjawab, tetapi, salah satu teman pria lebih dahulu menghampirinya, merangkul Agatha tepat di hadapan Steve entah apa maksudnya.
“Hei, kau tidak pernah benar-benar menganggap Agatha sebagai Istrimu, kan?" tanya pria itu.
Steve mengenali pria itu sebagai Eric Daran, sama seperti Cattegirn, keluarga Daran juga terkenal sebab kekayaan mereka yang didapat dari berbagai macam bisnis di kota Avebury.
“Kenapa diam? Jika kau menyadari posisimu, maka enyahlah dan jangan sok memerintah apa yang harus Agatha lakukan,” lanjut Eric Daran.
Agatha yang merasa risih dengan rangkulan Eric, langsung menghempas rangkulan tangan tersebut dari bahunya, setelahnya berkata, “Aku bilang berhenti menganggunya, lagipula ia datang karena diperintahkan oleh Ibuku.”
“Benarkah? Kalau begitu suruh dia pergi, jika dia tetap tidak mau ... maka aku tidak keberatan mengurusnya untukmu," ucap Eric Daran seraya menatap Steve tajam.
Steve Hart hanya diam tidak bergeming di posisinya, dirinya juga bingung harus bagaimana jika sudah seperti ini.
“Kembalilah, aku hanya pergi ke pesta penyambutan mahasiswa baru setelah ini. Katakan itu pada Ibuku, dirinya pasti akan mengerti,” jelas Agatha Cattegirn.
Tidak menunggu jawaban dari Steve Hart, Agatha langsung pergi dari sana bersama Eric juga teman-temannya yang lain.
Mengetahui ini, Steve Hart langsung paham jika apa yang baru Agatha sampaikan merupakan perintah, bukan permintaan atau semacamnya.
“Ini menyebalkan,” gumam Steve Hart.
Steve Hart sempat merasakan lonjakan emosi luar biasa ketika melihat Eric berani merangkul Agatha tepat di hadapannya, benar-benar terlihat jelas kalau Eric tidak pernah menganggapnya sebagai suami dari Agatha.
Steve Hart pada akhirnya bersiap kembali ke rumah guna menyampaikan pesan dari Agatha untuk ibu mertuanya. Meski harga dirinya terluka, Steve tidak ingat ia masih memiliki harga diri tersisa dalam dirinya.
[Misi terpicu, Lindungi Agatha dan tunjukan apa yang bisa Tuan Rumah lakukan sebagai suaminya]
Setelah Callista berhasil membawa Steve menjauh dari rumah mewah keluarga Cattegirn, akhirnya tarikan tangannya pada lengan Steve dirinya lepas.Steve Hart melirik sekitarnya, itu merupakan jalanan dengan pepohonan di sisi kanan dan kirinya. Hampir tidak ada rumah lain, karena wilayah tersebut memanglah kawasan elit yang jarak antar rumahnya cukup jauh.Steve Hart yang telah mengetahui ada suatu hal buruk ingin dilakukan Callista padanya, langsung menaruh waspada karena hal tidak terduga bisa terjadi kapan saja.Benar saja, tidak lama dari balik salah satu pohon muncul seorang pria yang tidak lain merupakan Eric Daran.“Apa dirinya yang akan membantumu untuk membuatku menyesal?” tanya Steve Hart pada Callista.Callista hanya diam tidak menanggapi, di samping itu, Eric terus berjalan mendekat sebelum mengayunkan tinjunya pada Steve.Steve Hart yang sedari awal sudsh waspada, bisa menghindari pukulan itu cukup mudah, hal ini membuat Eric semakin gelap mata dengan terus mencoba mendaratk
Agatha Cattegirn baru membuka mata ketika rasa pening mendera kepalanya, ia mencoba mengingat apa yang baru terjadi hingga dirinya bisa merasa seperti ini.“Apa kamu sudah merasa lebih baik?”Suara familiar terdengar, Agatha langsung menoleh untuk melihat siapa yang berbicara.Steve Hart tengah duduk di samping Agatha seraya mengemudikan mobil, ini membuat Agatha semakin bertanya-tanya terkait apa yang baru terjadi padanya."Kenapa kau ada di sini? Belum lagi ... bukankah sebelumnya sudah kukatakan, kalau aku belum bisa pulang sebab masih ada pesta penyambutan?"Steve Hart mengerutkan dahi, dirinya merasa penasaran apakah Agatha benar-benar tidak ingat tentang apa yang baru terjadi.“Maaf kalau aku lancang, tetapi aku terpaksa menjemputmu dari pesta penyambutan mahasiswa baru,” jelas Steve Hart, mewajarkan jika Agatha tidak ingat sebab alkohol berlebih yang telah dikonsumsinya.Belum lagi, Steve juga tidak yakin apakah Agatha masih akan menaruh kepercayaan padanya jika sadar sepenuhny
"Ikut aku, kau pembuat ulah!" seru security bar sembari menarik lengan Steve."Apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan!" Steve Hart mencoba memberontak untuk melepas cengkraman tangan security bar di lengannya, tetapi tidak berhasil sebab perbedaan tenaga mereka."Kenapa repot-repot melawan, sampah? Pergi saja sana, Agatha biar aku yang jaga," ucap Eric Daran dengan senyum seringai di wajahnya.Amarah Steve segera terpancing karena hal itu, dirinya mulai memikirkan cara melepas cengkraman tangan security agar dapat menghajar Eric yang telah berani lancang.Di tengah semua itu, sebuah suara familiar seorang wanita terdengar dan membuat segala kejadian yang tengah terjadi tiba-tiba terhenti."Ada apa ini ... Steve, kenapa kau ada di sini?" Agatha beberapa kali mengusap matanya yang nampak sayu, seperti kebingungan dengan apa yang tengah terjadi."Lepas!" seru Steve pada security bar, yang mana ini membuat security bar terkejut sehingga melepaskan cengkramannya.Di tengah itu semua, Eric me
Melihat pesan munculnya misi, Steve Hart langsung mengemudikan mobilnya menuju arah Agatha pergi bersama teman-temannya.Meski Steve Hart menyalahkan Agatha akan situasinya di keluarga Cattegirn saat ini, tetapi Agatha bukanlah orang yang ikut memperlakukannya buruk bahkan beberapa kali mencoba melindunginya dari perlakuan tidak pantas keluarga Cattegirn.Kini Steve mengetahui ada hal buruk coba Eric dan teman-temannya yang lain ingin lakukan pada Agatha, tentulah Steve Hart tidak bisa membiarkan hal ini begitu saja, terlebih Agatha merupakan istrinya.Tidak lama Steve Hart mengemudikan mobilnya, ia akhirnya berhasil menyusul Agatha yang ternyata memasuki sebuah bar tidak jauh dari Universitas Avebury.Bukan hanya mereka saja, tetapi banyak mahsiswa lain juga memasuki bar tersebut. Membuat alasan menghadiri penyambutan mahasiswa baru yang Agatha sempat sampaikan, terbukti benar.“Apa yang kau rencanakan, Eric?” gumam Steve Hart.Steve Hart bukan tidak tau kalau Eric menaruh rasa pada
Siang menjelang sore harinya, Steve Hart sudah kembali ke rumah keluarga istrinya. Ia berlari dari halte bis untuk sampai di sana, membuat keringat bercucuran memenuhi dahinya."Sial, aku terlambat," gumam Steve.Di halaman depan rumah mewah tersebut, sudah terparkir mobil sedan yang biasa mertuanya gunakan, tanda mereka sudah sampai di rumah sekarang.Steve Hart sadar tidak ada gunanya menyesal. Jika memang harus menerima hinaan, maka hanya mencoba bersabar yang dapat dirinya lakukan.Steve baru memasuki rumah ketika di sofa ruang tamu, sudah ada wanita berusia 40-an tahun tengah membaca sebuah majalah, kebiasaan yang menurun pada Agatha, istrinya.Olivia Cattegirn, seorang wanita cantik yang tampak jauh lebih muda dari usia aslinya. Wanita yang sama juga merupakan ibu mertua Steve, salah satu orang yang juga bertanggung jawab membuat kehidupan Steve terasa begitu menyedihkan."Aku hanya meninggalkan rumah beberapa hari dan tebak apa?" tanya Olivia Cattegirn tiba-tiba.Steve Hart han
Steve Hart terlalu terpaku dengan pesan yang masuk ke ponselnya hingga tidak menyadari perubahan ekspresi Callista, rona wajah wanita itu sudah amat merah tanda ia tengah sangat marah.Tidak cukup hanya dengan menyebutnya bajingan, kini Steve Hart bahkan berani berteriak tepat di hadapannya. Dua hal itu saja sudah cukup membuat Callista berang bukan main."Sampah, bicara apa kau barusan?!" seru Callista Categirn.Steve Hart tersentak, dirinya baru ingat jika Callista adalah seorang wanita yang tumbuh dengan memiliki segala hal tanpa perlu berjuang mendapatkannya.Percaya tidak percaya, hal ini membuat Callista menjadi sosok wanita yang paling tidak bisa tersinggung sedikit saja."Katakan kau ingin melakukan apa jika aku berbuat sesuatu pada ibumu, Sampah?! Jika hal itu benar aku lakukan sekalipun memangnya kau bisa apa?!" seru Callista dengan emosi meledak-ledak.Steve Hart baru ingin mengucapkan sesuatu ketika Callista tiba-tiba mengambil handohone dari sakunya, wanita itu nampak men